HADITS KE 31 KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN Part 2

 HADITS KE 31

KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN

Part 2


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ جَمِيلِ بْنِ طريف الثقفي وزهير بن حرب. قالا: حدثنا جرير عن عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ. قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: مَنْ أحق الناس بحسن صحابتي؟ قال «أمك» قال: ثم من؟ قال «ثم أمك» قال: ثم من؟ قال «ثم أمك» قال: ثم من؟ قال «ثم أبوك» أخرجه البخاري (5971)، ومسلم (2548)

Artinya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah ﷺ lalu bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak aku perlakukan dengan sebaik-baiknya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ayahmu.”  (HR. Bukhari No 5971 Dan Muslim No 2548 bab Birrul Walidain)


Penjelasan mengenai Takhrij, Sanad, Profil Perawi, Hikmah Tasyri’ dan pengertian makna hadits sudah kita paparkan pada part 1. Sekarang kita lanjutkan mengenai cara berbakti kepada mereka. khususnya di zaman sekarang. 

Cara-Cara Berbakti kepada Orang Tua (Birrul Walidain)

1. Berbicara dengan Lembut dan Santun (Qaulan Karima)

Allah berfirman:

 وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا 

“Ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia" (QS. Al-Isra': 23).

Praktiknya: Jangan mengeraskan suara di hadapan orang tua; Panggil dengan sebutan yang sopan dan penuh kasih sayang; Hindari kata-kata kasar, nada sinis, atau ketus (jawa); Jangan memotong pembicaraan mereka; Dengarkan keluhan mereka dengan sabar, meski berulang-ulang, apalagi di usia sudah udzhur; Jangan katakan "ah", "ugh", “duh kah” meski dalam hati kesal. Meskipun orang tua sangat akrab dengan kita, bukan berarti anda anggap ia adalah teman. Beliau tetaplah orang tua yang memiliki hak dihormati. 

"Jangan sampai nada bicaramu pada kurir makanan lebih sopan daripada nada bicaramu pada ibumu."

2. Merendahkan Diri di Hadapan Mereka (Khafdhul Janah)

Allah berfirman:

 وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ 

“Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang" (QS. Al-Isra': 24).

Praktiknya: Cium tangan atau kening orang tua setiap bertemu dan berpisah; Jangan berjalan di depan mereka dengan sombong; Duduk lebih rendah saat berbicara dengan mereka; Jangan merasa lebih pintar atau lebih sukses dari mereka; Terima nasihat mereka dengan rendah hati, meski kita sudah dewasa; Hormati pendapat mereka dalam keputusan keluarga.

"Gelar profesor tidak membebaskanmu dari kewajiban mencium tangan ibumu yang buta huruf."

3. Melayani Kebutuhan Mereka dengan Ikhlas

Rasulullah ﷺ bersabda:

 فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ  

“Maka berjihadlah (dalam melayani) keduanya." (HR. Bukhari 5972)

Praktiknya: Bantu pekerjaan rumah tanpa diminta (cuci piring, bersihkan rumah, masak, lipat baju); Antarkan kemana mereka ingin pergi; Belikan atau siapkan makanan kesukaan mereka; Bantu pakaikan baju, sepatu, atau kebutuhan pribadi jika mereka sudah sepuh; Mandikan, suapi makan, atau ganti popok jika mereka sakit atau pikun; Potong kuku, sisir rambut, pijat badan mereka.

"Dulu ibumu mengganti popokmu dengan senyuman. Sekarang giliranmu mengganti popoknya dengan senyuman yang sama."

4. Mendoakan Mereka 

Allah mengajarkan doa:

رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا 

“Ya Tuhanku, sayangilah mereka keduanya, sebagaimana mereka mendidikku sejak kecil" (QS. Al-Isra': 24).

Praktiknya: Doakan setiap selesai shalat fardhu; Doakan saat sujud (doa paling mustajab); Doakan ketika mereka tidur; Doakan untuk kesehatan, umur panjang, dan kebaikan mereka; Jika sudah wafat, doakan setiap hari tanpa putus. Abi Ihya sudah menyusun doa-doa ini dalam kitab Tawajjuhat, silahkan rujuk kesana. Mendoakan ini juga sudah diperintahkan Allah. 

 أَنِ ٱشۡكُرۡ لِی وَلِوَ ٰ⁠لِدَیۡكَ

“Berterima-kasihlah kepadaku dengan shalat, dan berterima-kasihlah kepada orang tuamu dengan mendoakannya setelah shalat.” 

5. Memberi Nafkah dan Memenuhi Kebutuhan Materi

Praktiknya: Beri uang bulanan sesuai kemampuan secara rutin; Belikan pakaian, makanan bergizi, dan kebutuhan sehari-hari; Bayar biaya pengobatan dan perawatan kesehatan mereka; Renovasi atau perbaiki rumah mereka jika rusak; Siapkan dana darurat untuk kebutuhan mendadak mereka; dan lain-lain. Memberikan uang bulanan bukan karena mereka butuh atau tidak. meski mereka sudah berkecukupan, sudah tidak butuh, tapi itu tentang wafa’ (kesetiaan) kita sebagai anak terhadap orang tua. 

Adabnya: Beri dengan tangan kanan, dengan senyuman, jangan dengan muka masam atau sambil mengeluh. Dan jangan pernah mengungkit-ungkit pemberian.

Mudahnya kata begini: "Gaji pertamamu bukan untuk beli iPhone. Tapi untuk bayar hutang 20 tahun makanan, pakaian, dan sekolah yang orang tuamu berikan tanpa pamrih."

6. Menemani dan Memberi Perhatian (Husnus Suhbah)

Sebagaimana terdapat dalam Hadits:

مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي 

“Siapa yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" yang tentu dijawab “ibumu ibumu ibumu”

Praktiknya: Luangkan waktu berkualitas bersama mereka setiap hari (minimal 15-30 menit, jika jarak jauh bisa disesuaikan kondisinya); Ajak ngobrol, tanyakan kabar dan perasaan mereka; Dengarkan cerita masa lalu mereka dengan antusias (meski sudah 100x diceritakan); Ajak jalan-jalan ringan (ke taman, masjid, pasar, atau tempat favorit mereka); Temani saat mereka sakit atau sedih; Jangan sibuk dengan HP saat bersama mereka; Libatkan dalam keputusan keluarga, jangan buat mereka merasa tersisih. Ringkasnya “Nguwongno wong tuwo”

7. Meminta Izin dan Restu dalam Perkara Penting

Praktiknya: Minta izin dan restu sebelum menikah; Minta pendapat sebelum pindah kerja atau pindah kota; Minta doa restu sebelum memulai usaha atau proyek besar; Beritahu dan minta izin jika ingin bepergian jauh; Konsultasikan keputusan-keputusan besar dalam hidup, dan lain sebagainya. 

Pengecualian: Jika orang tua melarang dalam hal ketaatan kepada Allah (seperti melarang shalat, berhijab, atau menikah dengan orang saleh), maka tidak wajib ditaati. Tapi tetap harus diperlakukan dengan hormat dan kasih sayang. Sebagaimana ketentuan di atas. 

لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Sang Pencipta.” HR. Ahmad 20653

رضا الله في رضا الوالدين، وسخط الله في سخط الوالدين

“Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan keduanya.” HR. Tirmidzi 1899

كلُّ شيءٍ بينَهُ وبينَ اللهِ تعالى حجابٌ إلا شهادةَ أن لا إله إلا اللهُ، ودعاءَ الوالدِ لولدِهِ

“Segala sesuatu menjadi penghalang antara seseorang dengan Allah, kecuali dua hal: kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan doa orang tua untuk anaknya.” HR. As-Suyuthi, dalam Al Jami’ Ash-Shaghir 6306

 "Restu orang tua adalah pembuka pintu rezeki. Laknat orang tua adalah penghancur hidup."

8. Menjaga Nama Baik dan Kehormatan Mereka

Praktiknya: Jaga akhlak dan perilaku baik di masyarakat; Harumkan nama mereka dengan baiknya akhlakmu; Jangan berbuat maksiat atau kriminal yang mencoreng nama keluarga; Bela kehormatan mereka jika ada yang mencaci atau menghina; Jangan ceritakan aib atau kekurangan mereka ke orang lain; Bangun reputasi baik agar orang berkata: "Anak siapa ini? Sopan sekali."

"Cara terbaik membahagiakan orang tua bukan hanya dengan uang, tapi dengan menjadi orang yang mereka banggakan."

9. Menyambung Silaturahmi dengan Kerabat dan Sahabat Mereka

Hadits riwayat Ahmad: Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah masih ada kebaktian kepada orang tuaku setelah keduanya meninggal?" Nabi ﷺ menjawab: 

فقال: نعم، الصلاةُ عليهما والاستغفارُ لهما وإنفاذُ عهدِهما من بعدهما وصلةُ الرحمِ التي لا توصلُ إلا بهما وإكرامُ صديقِهما

“Ya, dengan mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menunaikan janji mereka setelah wafatnya, menyambung tali silaturahmi yang tidak bisa tersambung kecuali melalui keduanya, dan memuliakan sahabat-sahabat mereka.” HR. Ahmad 16059

Praktiknya: Kunjungi saudara-saudara orang tua (paman, bibi, kakek, nenek); Hormati dan bantu sahabat atau teman dekat orang tua; Jaga hubungan baik dengan keluarga besar; Undang kerabat mereka saat ada acara keluarga; Kirim hadiah atau zakat ke kerabat yang membutuhkan

"Birrul walidain bukan hanya ke orang tua, tapi juga ke semua yang mereka cintai."

10. Sabar Menghadapi Kelemahan dan Kesalahan Mereka

Allah berfirman dalam QS. Al-Isra' ayat 23:

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا 

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut di sisimu..."

Praktiknya: Sabar saat mereka pikun, pelupa, atau cerewet; Sabar saat mereka marah-marah tanpa alasan (karena sakit atau usia); Maafkan kesalahan masa lalu mereka (tidak sempurna mendidik, kurang perhatian, dll); Jangan balas dendam atau membawa-bawa kesalahan lama; Ingat: mereka sabar menghadapi tangisanmu 20 tahun lalu

"Dulu kamu mengompol 1000 kali, ibumu sabar. Sekarang dia pelupa 10 kali, kamu sudah kesal. Malu tidak?"

11. Berbakti Setelah Mereka Meninggal

Birrul walidain tidak berhenti saat mereka wafat. Bahkan terus berlanjut hingga akhir hayat kita.

Praktiknya: Doakan setiap hari tanpa putus; Sedekahkan pahala ibadah (shalat, puasa, zakat, umrah, haji) atas nama mereka; Sedekah jariyah: bangun masjid, sumur, wakaf Al-Qur'an, beasiswa atas nama mereka; Tunaikan utang atau janji mereka yang belum terlaksana; Bayar hutang mereka (jika ada); Sambung silaturahmi dengan kerabat dan sahabat mereka; Teruskan kebaikan atau amalan yang mereka mulai semasa hidup; Ziarahi kubur mereka secara rutin.

"Saat orang tuamu wafat, kamu tidak kehilangan kewajiban. Kamu justru mendapat amanah seumur hidup untuk terus mendoakan mereka."



والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS KE 11 SEBAIK-BAIK KALIAN ADALAH YANG PALING BAIK AKHLAKNYA

Hadits Kedua Puluh Tujuh : Doa, Senjata Orang Beriman

ETIKA MERAWAT JENAZAH DAN PERMASALAHANNYA