PRINSIP RIZQI

BEBERAPA PRINSIP RIZQI

Rizqi tak ubahnya seperti kematian, selama ajal masih dikandung badan maka selama itu pula rizqi akan terus datang. Keyakinan ini harus senantiasa terpatri dalam hati sehingga manusia tidak tersibukkan dengan rizqi sampai pada tingkat parah, yakni melupakan tugas utama sebagai hamba yang harus mengabdi kepada Allah.

Berikut ini ada beberapa prinsip seputar rizki yang difahami agar jangan karena masalah yang satu ini manusia tercekam oleh kesedihan hati.

1. Rizqi sebanding dengan kebutuhan
seperti sabda Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam:

ان المعونة تأتي من الله للعبد علئ قدر المؤونة وإن الصبر يأتي من الله للعبد على قدر المصيبة

Sesungguhnya pertolongan untuk hamba datang dari Allah sesuai kadar biaya (kebutuhan) dan sesungguhnya kesabaran bagi hamba datang dari Allah sesuai kadar bencana

Dengan jelas sekali sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ini meyakinkan kita semua akan jaminan Allah Maha Kaya. Sungguh Dia Maha Pemberi rizqi Maha Penolong pasti menurunkan pertolongan dan menganugerahkan rizqinya kepada hamba sesuai dengan kadar yang dibutuhkan.

Imam al Munawi berkata, “maksud hadits ini adalah jika seseorang berkewajiban membiayai hidup orang-orang yang secara syara’ wajib ia biayai maka jika biaya itu sedikit maka Allah juga memberi sedikit. Jika biaya itu banyak dan orang tersebut mau berusaha dengan keras pada jalur yang benar niscaya Allah menurunkan anugerahNya dan memberinya rizqi dari jalan yang tidak disangka sehingga ia mampu menghidupi dan mencukupi kebutuhan orang-orang yang mejadi tanggungannya. Hal ini dengan syarat orang tersebut mau memohon pertolongan kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan tulus, pada saat itulah dia akan dikabulkan. Karena barang siapa yang harus mengeluarkan biaya dan dia memohon pertolongan kepada Allah niscaya pertolongannya pasti datang sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak ada kata lemah baginya selamanya”

Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam selaku manusia yang paling bertakwa di atas mendorong kita semua agar percaya penuh dengan kekuatan dan kekuasaan Allah, mengarahkan dan menyandarkan harapan dan permintaan hanya kepadaNya serta secara tersirat melarang melakukan tindakan mengirit biaya (taqtiir) keluarga.

Tidak semestinya seseorang khawatir miskin karena memiliki banyak anggota keluarga sebab Allah pasti menolongnya. Tetapi sebaiknya dia berjuang dan bekerja maksimal dengan tetap bersandar kepada Allah.

Berangkat dari sinilah ketika sebagian murid datang mengeluhkan susahnya mencari nafkah maka Sang Guru lalu memerintahkan murid supaya menikah. Perintah ini membuat murid terheran, kerena untuk mencukupi diri sendiri saja ia belum bisa, apalagi harus menghidupi isteri. Kendati demikian perintah sang guru tetap ia jalankan.

Sesudah mempunyai isteri, murid datang lagi dan mengeluhkan penghidupannya yang susah. Sang Guru lalu memberi perintah untuk bertempat di sebuah rumah, lalu ia membeli kendaraan dan mengambil pembantu. Setelah itu Allah pun meluaskan rizqinya.

Oleh sang guru, saran-saran yang diberikan kepada sang murid tak lain diilhami oleh hadits di atas. Sungguh Allah telah berfirman kepadaNabi Dawud Alaihis Salam:

يا داود اصبر على المؤونة تأتك المعونة وإذا رأيت لي طالبا  فكن لي خادما

“Wahai Dawud, bersabarlah atas biaya (yang harus kamu tanggung) maka pertolongan Allah pasti datang padamu. Dan jika kamu melihatku menuntut maka jadilah pelayanku”

2. Harus menetapi satu pintu
Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
من بورك له في شيء فليلزمه

“Barang siapa diberkahi dalam sesuatu maka hendaknya ia menetapinya” (HR. Ibn Majah dari Anas)

Maksudnya barang siapa yang telah memperoleh penghasilan dari sebuah sumber penghidupan (ma’isyah) maka hendaknya ia senantiasa menetapi dan tidak meninggalkan sumber tersebut selama masih memancarkan air penghidupan. Sebab bisa jadi arah baru yang hendak dituju tidak memancarkan sumber yang diinginkan.

Nafi’ berkisah: Aku biasa berdagang ke Syam dan Mesir dan pada suatu kesempatan hendak datang ke Iraq. Setelah semua telah siap dan sebelum berangkat aku menyempatkan berpamitan pada Ummul Mukminin Aisyah Radliyallahu Anha, “saya hendak pergi berdagang ke Iraq meski sebelumnya biasa pergi berdagang ke Syam dan Mesir!”, mendengar ini Ummul Mukminin memberikan nasehat, “jangan lakukan itu, sungguh aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إذا سبب الله لأحدكم رزقا من وجه فلا يدعه حتي يتغير له

Jika Allah memberikan untuk salah seorang dari kalian sebuah jalan rizqi maka jangn meninggalkan jalan itu sehingga berubah” (HR. Ibnu Majah dari Nafi’)

3. Satu jalan tertutup justru banyak jalan terbuka

Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah dalam kitab agungnya berwasiat: “Jika dengan hikmahNya Dia menutup bagimu satu jalan maka dengan hikmaNya pula Dia pasti membuka untukmu jalan yang lebih banyak dan lebih bermanfaat.

Renungkanlah keadaan janin! Pertama kali makanannya adalah darah dari satu jalan yaitu pusar. Ketika janin telah keluar dari perut ibunda dan jalan pusar itu tertutup maka terbuka baginya dua jalan yang mengalir darinya sesuatu yang lebih enak dari sebelumnya yaitu ASI dari dua puting payudara ibunda. Saat masa menyusui telah habis dan dua jalan itu tertutup oleh sapih (fithom) maka terbuka bagi bayi empat jalan yang lebih sempurna: dua makanan dan dua minuman. Makanan dari hewan dan tumbuhan serta minuman dari air dan susu dan berbagai macam kelezatan yang lain. Ketika manusia telah mati dan empat jalan ini telah tertutup maka jika ia orang beruntung niscaya terbuka untuknya delapan pintu surga. Begitulah Allah, Dia tidak mencegah sesuatu dari hambaNya yang beriman kecuali membeinya ganti yang lebih baik dan lebih bermanfaat.

4. Harus tetap melakukan usaha pencarian
Manusia meyakini Tiada Tuhan Selain Allah. Dia tuhan seru sekalian alam (Robbul Alamin).

Bahasa Rabb memberitahukan bahwa Allah tidak hanya menciptakan manusia tetapi juga merawat dan mendidik manusia hingga manusia sampai dapa ajalnya. Salah satu bentuk perawatan itu adalah dia memberikan jaminan penghidupan.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ان روح القدس نفث في روعي لن تموت نفس حتى تستكمل رزقها فاتقوا الله وأجملو في الطلب

“”sesungguhnya Roh kudus (Jibril) meniupkan dalam hatiku bahwa, “semua yang bernyawa tak akan pernah mati sebelum mendapatkan semua bagian rizqinya. Maka berbuat baiklah kalian dalam pencarian”

Hadits ini mengabarkan jaminan rizqi dari Allah sekaligus dengan jelas mengajarkan supaya seseorang menggerakkan tangan dalam rangka menyambut jaminan rizqi dari Allah.

Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-Hadits memberikan dorongan supaya manusia bekerja dan Allah Maha Pemurah menganggap usaha kerja yang dilakukan oleh manusia sebagai bagian dari bentuk ibadah kepadanya.

Arti tawakkal (berpasrah) adalah menggabungkan unsur kepercayaan penuh terhadap jaminan Allah serta melakukan usaha dzahir dengan menggerakkan tangan. Bila hanya berpasrah saja tanpa usaha maka itu disebut dengan Tawaakul, bukan tawakkal.

Usaha dzahir sama sekali juga tidak bertentangan dengan konsep berpasrah diri (tawakkal), sebab berpasrah adalah aktifitas hati yang diperintahkan. Sementara aktifitas dzahir juga diperintahkan. Jadi bila salah satunya tidak ada maka masih ada perintah Allah yang ditinggalkan.

Jika kita meneliti, para Nabi dan orang-orang saleh terdahulu juga melakukan aktifitas usaha dalam rangka menyambut anugerah rizqi dari Allah. Karena itulah, ketika Amar Bin Umayyah Adh Dhomari datang bertanya, “Wahai Rosul, saya lepaskan unta kendaraan (Raahilah) dan saya bertawakkal?” Nabi  Shallallahu alaihi wasallam lalu bersabda seperti di atas.

Anas Radliyallahu Anhu juga meriwayatkan, “Seorang laki-laki bertanya, Wahai Rosul saya mengikatnya (Raahilah) dan bertawakkal atau saya lepaskan dan saya bertawakkal?” Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

اعقلها وتوكل

“Ikatlah dan bertawakkal ” (HR. Tirmidzi)

Secara mudah dapat disimpulkan bahwa Hadits di atas menganjurkan supaya manusia mengambil sarana-sarana (Asbab/ Wasa’il) tetapi jangan sampai bersandar dengan hal tersebut.

Harits Al Muhasibi berkata, “Barang siapa nenyangka bahwa bertawakkal adalah meninggalkan aktifias (kasab) maka hendaknya dia meninggalkan segala aktifitas dunia dan akhirat. Dan sesudah itu hendaklah dia menerima disebut sebagai orang bodoh”.

Semoga yang seklumit ini bagaikan lampu bagi jalan kita  menuju kesuksesan dunia Akhirat. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara