HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara

Hadits Kedua Arwah adalah Bala Tentara

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُوْلُ:
( الْأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ)


Dari Sayyidah ‘Aisyah ra beliau berkata : Aku mendengar Nabi ﷺ berkata :
(Arwah itu seperti bala tentara yang dihimpun dalam kesatuan-kesatuan. Roh yang saling mengenal antara mereka akan mudah saling terpaut. Dan roh yang saling merasa asing di antara mereka akan mudah saling berselisih(

Sabab Wurud
Ada seorang shahabiyah penduduk Makkah yang jenaka dan selalu membuat orang tertawa turut berhijrah, demikian disebutkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. Begitu tiba di Madinah, dia tinggal dan menjadi akrab dengan perempuan Anshar yang sifatnya sama seperti dirinya, yakni lucu dan membawa suasana gembira. Nabi ﷺ pun tersenyum melihat mereka dan bersabda yang artinya: “Arwah itu seperti bala tentara yang dihimpun dalam kesatuan-kesatuan. Roh yang saling mengenal antara mereka akan mudah saling terpaut. Dan roh yang saling merasa asing di antara mereka akan mudah saling berselisih.”

Makna
Imam An Nawawi  Dalam Syarahnya: “Ruh-ruh itu saling mengenal karena memiliki kesamaan dalam satu hal (perkara) yang diciptakan oleh Allah dalam diri mereka. Sebab isi dunia ini hanyalah keimanan atau kemungkaran; mereka yang taat kepada Allah akan mudah dipertautkan dengan sesama hamba yang taat, dan dipisahkan dengan yang durhaka.” Beliau juga mengutip Sayyidina Abdullah ibn Mas’ud ra yang berkata, “Ruh itu seperti halnya tentara yang dipersiapkan. Mereka akan bertemu dengan yang memiliki kesamaan”
Imam Al Khotthobi berkata : Pertautan dan Perpisahan dalam diri manusai didasarkan pada beruntung atau celaka yang telah dipersiapkan oleh Allah azza wajalla sejak masa awal peniupan Ruh. Dan arwah itu ada dua kelompok yang saling berhadapan di mana pada saat ruh itu disebar pada jasad, maka timbullah pertautan dan perpisahan. Oleh karena itu, orang baik akan suka kepada orang baik, dan orang yang buruk akan suka kepada yang buruk.
Al Munawi dalam Faidhul Qadir (syarah al Jami’ as shaghir) menuliskan : Roh/arwah yang menjadi penopang jasad itu dihimpun dalam beberapa kesatuan. Roh yang memiliki kecocokan sifat dan keselarasan karakter akan menjalin pertautan, hatinya akan saling berpaut dan merasa dekat sakalipun jasadnya jauh. Sementara yang tidak ada saling kecocokan maka akan berlari saling menjauhi, sekalipun jasadnya dekat.
Menyatu tidaknya satu hati dengan lainnya serta kecendrungan seseorang dengan orang lain bergantung pada jenis dan bentuk pada saat berada di alam arwah. Hal itu karena pada saat meniupkan roh pada manusia, Allah taala memperkenalkan DzatNya dengan berbagai macam sifat-sifatNya yang berbeda. Terkadang Allah tampil dengan sifat Qohr dan Jalalnya, terkadang tampil denga sifat lembut dan indah, terkadang juga dengan sifat lainnya. Kemudian Allah mengajukan pertanyaan “Bukankah Aku Tuhanmu?” lalu Allah teruskan sifat Nya tadi pada jasad manusia, sehingga menjadilah manusia lahir dengan watak dan sifat yang berbeda.
Dari sekian pendapat, semua mengarah pada hal yang sama, yakni jiwa, watak, sifat akan condong dengan yang memiliki kesamaan. Apabila bertemu dalam satu keimanan, akhlak, dan amal shalih pasti jasad-jasadnya akan saling berdekatan dan menjalin persahabatan. Inilah maknanya. Sehingga apabila kamu jauh dari pelaku kejelekan maka kamu dikenal sebagai termasuk golongan orang baik. Dan seandainya kamu dekat dengan orang-orang jelek kelakuannya, maka kamu dikenal sebagai termasuk golongan pelaku kejelekan. Rasulullah bersabda :
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِل

“Seseorang itu sesuai agama teman karibnya maka lihatlah masing-masing kalian dengan siapa ia berteman”– Nabi ﷺ mengucapkannya–.

Fudhail Bin Iyadh berkata: Abdul Wahid Bin Zaid Berkata, “ Aku pernah meminta kepada Allah selama tiga hari agar berkenan menunjukkan kepadaku calon istriku nanti di Surga, dalam mimpiku aku mendengar ada yang berkata, “Wahai Abdul Wahid, pendampingmu di surga kelak adalah Maimunah si hitam” aku bertanya : dimana dia sekarang? “dia berada di keluarga fulan di Negara Kufah”. Sejurus kemudian aku berangkat menuju Kufah. Aku bertanya perihal dia, dijawab bahwa “dia adalah seorang wanita gila diantara komunitas kami, kerjanya sehari-hari adalah sebagai tukang gembala kambing kami”. “Aku ingin menemuinya” kataku. Mereka berkata: “carilah sebuah tempat!” Begitu aku datang, aku menjumpainya dalam kondisi berdiri sedang mengerjakan shalat, di depanya terdapat tongkat dan dia mengenakan jubah wol yang ada tulisan, “Tidak diperjualbelikan!”, di sekelilingnya terdapat kambing-kambing yang berkeliaran bebas  bersama srigala, aneh, hewan itu bisa hidup rukun, srigala tidak memangsa dan kambing pun tidak takut.

Tatkala ia melihatku, ia segera menyelesaikan shalatnya, lalu berkata, “pulanglah wahai Ibnu Zaid, perjanjianya (jodoh) bukanlah di sini (dunia), namun kelak di sana (di Surga)”. Aku berkata, “kamu kok tahu kalau saya Ibnu Zaid? “ia menjawab: Bukankah kamu tahu, bahwa arwah layaknya tentara yang sedang dikerahkan, jika saling mengenal pasti menjalin keakraban, dan yang tidak pasti akan saling menjauhi”. Jika demikian, berilah aku nasehat! Kataku. Wah, aneh, dimana seorang penasehat minta dinasehati!, Wahai Ibnu Zaid, telah datang dalam batinku, bahwa jika seorang hamba diberikan satu kenikmatan duniawi, lalu ia minta kepada Allah yang kedua kali, maka Dia akan mencabut kenikmatan berkhalwat dengan-Nya, dan kedekatan dengan-Nya akan diganti dengan jauh dari-Nya, ketenangan bersama-Nya akan dirubah menjadi ketakuan kepad-Nya.”

Ibnu Zaid dan Maimunah belum pernah bertemu namun pada saat bertemu pada kali pertama, Maimunah segera tahu nama dan masa depannya. Itulah salah satu bukti adanya pertautan hati karena di alam arwah sudah saling tertaut.

Ibnu Mas’ud juga berkata: Arwah itu seperti tentara yang sedang dikerahkan, yang saling mengenal pasti menjalin keakraban, dan yang tidak saling mengenal pasti saling menjauh. Jika ada seorang mukmin datang di sebuah masjid, di dalamnya terdapat 100 orang yang semuanya munafik kecuali satu, maka pasti ia akan mendekat dan duduk di dekat seseorang itu. Begitu pula jika seorang munafiq datang di sebuah masjid, di dalamnya terdapat 100 orang yang semuanya mukmin kecuali satu orang saja, pasti ia akan duduk dekat dengan si munafiq.

Pelajaran
Dari keterangan diatas, bisa diambil pelajaran bahwa :
Seseorang itu akan condong kepada yang sepadan (kesamaan watak dan hobi)
Jika merasa bahwa watak dan hobinya condong kepada yang buruk, maka hendaklah ia berjuang untuk melawan kecondongan tersebut dan menyesuaikan dengan perintah Allah
Sekeras apapun watak bawaan manusia, seburuk apapun hobi bawaan lahirnya, semua itu akan bisa dinetralisir dengan Belajar Agama.
Pentingnya mencari teman yang baik, karena teman itu memberikan dampak. Buruk tidaknya seseorang adalah dampak dari buruk tidaknya teman. Rasulullah bersabda, “Manusia itu akan di giring bersama orang yang dicintainya”
Diantara tanda aktifitas teman yang baik adalah berkumpul atau berpisahnya karena Allah, bukan karena faktor lain.
والله يتولى الجميع برعايته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat