HADITS KE 11 SEBAIK-BAIK KALIAN ADALAH YANG PALING BAIK AKHLAKNYA

 HADITS KE 11

SEBAIK-BAIK KALIAN ADALAH YANG PALING BAIK AKHLAKNYA


عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو حِينَ قَدِمَ مَعَ مُعَاوِيَةَ إِلَى الْكُوفَةِ، فَذَكَرَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، فَقَالَ: لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا، وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: (إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا). رواه البخاري (٥٦٧٢)


Artinya: Dari Masyruq, ia berkata: Kami menemui Abdullah bin Amr pada saat ia dan Muawiyah tiba di Kufah, lalu ia menyebutkan tentang akhlak Rasulullah ﷺ bahwa beliau bukanlah orang yang keji dan tidak memerintahkan perbuatan keji, dan beliau pernah bersabda "Sesungguhnya diantara yang terbaik dari kalian adalah yang paling baik akhlaknya. (HR. Bukhari no 5672)


Makna Hadits

Hadits ini menggambarkan inti penting dalam ajaran Agama Islam mengenai pentingnya memiliki akhlak yang baik. Islam dengan tegas mengajarkan untuk berakhlak baik dan menolak segala bentuk perilaku buruk. Beliau menjadi figur utama dalam hal ini, para sahabat meneladani beliau dan sekaligus menunjukkan bahwa orang yang paling baik akhlaknya adalah yang paling baik derajatnya. 


Rasulullah ﷺ dipuji oleh Allah terkait akhlak beliau yang sangat agung. Allah berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظيمٍ [القلم: 4]

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. [QS. Al Qalam: 4]


Beliau adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Allah sendiri yang mendidiknya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah ﷺ bersabda:

 أدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ

Tuhanku telah mendidikku dengan sangat baik. (HR. Suyuthi)

dan salah satu tugas beliau adalah menyempurnakan akhlak. 

إنَّما بُعِثْتُ لِأتمِّمَ مَكَارِمَ الأخْلَاقِ

Artinya: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR Baihaqi No. 21301)


Ini menegaskan bahwa salah satu tujuan misi beliau adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dan menjadikannya teladan dalam kehidupan sehari-hari. Semangat untuk mengikuti jejak beliau dalam menyempurnakan akhlak yang mulia haruslah menjadi bagian penting dalam praktek keagamaan setiap Muslim.


Allah ta’ala telah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [QS. Al Ahzab: 21]

 

Seputar Akhlak

Secara etimologi, Akhlak adalah bentuk jamak dalam bahasa Arab dari kata “khuluq” dan “khalqu” yang artinya dasar penciptaan, yang kemudian bermakna literal sifat, budi pekerti dan watak.

Sedangkan menurut para Ahli, diantaranya Ibnu Miskawaih:

الخُلُقُ حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا إِلَى أَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَا رَوِيَّةٍ

Akhlak adalah Kondisi jiwa yang mendorong tindakan tindakan tanpa perlu berfikir dan pertimbangan lagi. Dan praktiknya, kondisi jiwa ini terbagi menjadi dua: (1) Thobi’i (طبيعيا), alami, bawaan lahir, dan  berasal dari sifat bawaan atau dasar kecenderungan, seperti sifat manusia yang mudah marah akibat hal kecil, atau sebaliknya, menjadi pengecut dari hal-hal yang sebenarnya tidak signifikan, perasaan takut, khawatir, gembira, heran dan sebagainya. (2) Diperoleh melalui Kebiasaan dan Pelatihan (مستفادا بالعادة والتدريب): Ini merujuk pada kondisi jiwa yang berkembang melalui kebiasaan dan pelatihan, mungkin awalnya dimulai dengan pemikiran dan refleksi, namun seiring waktu, menjadi otomatis dan tanpa perlu pemikiran lebih lanjut kemudian menjadi suatu kebiasaan atau kecenderungan yang mendalam, inilah yang dikenal dengan istilah “takhalluq”


Hal senada juga disampaikan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya nya dan Imam Ali Jurjani dalam kitab Ta’rifatnya (Kumpulan definisi) hanya saja ada sedikit tambahan klasifikasi akhlak yang baik (mahmudah) atau buruk (tercela)


Jadi pada intinya: Akhlak adalah perilaku yang otomatis, tanpa perlu berfikir dan pertimbangan. JIka kita dimintai sumbangan, dan masih berfikir dahulu sebelum memberikan donasi, maka kita masih belum berakhlak loman. 


Cara menciptakan akhlak adalah dengan pembiasaan terus menerus. dan itu berada dalam penguasaan kita. Maka jika saat ini watak kita adalah kikir, maka itu bisa kita rubah menjadi watak loman dengan membiasakan hidup loman sehingga loman adalah watak dan sifat otomatis dalam diri kita. 


Abi Ihya’ pernah bercerita tentang sosok Abuya, ketika Abi Ihya memuji tas Abuya yang sangat bagus, spontan Abuya berkata” Khud!, artinya silahkan ambil saja buat kamu. Seketika itu Abi terkaget tidak menduga akan sejauh itu. Itu berarti Abuya sangat loman dan sudah menjadi akhlak beliau. 

 

Ciri-Ciri akhlak yang baik

Selain dari sudut pandang Kalangan filsuf seperti di atas, tidak sedikit para Ulama lebih senang menunjukkan akhlak dari sisi indikator praktis perbuatan seseorang, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya’nya. Diantaranya adalah sebagai berikut: 


حُسْنُ الخُلُقِ بَسْطُ الوَجْهِ وَبَذْلُ النَّدَى وَكَفُّ الأَذَى (حسن)

Hasan Al-Bashri: Akhlak yang baik adalah wajah yang selalu berseri, suka berbagi (tidak pelit) dan tidak menyakiti orang lain. 

وَقَالَ الوَاسِطِيْ: هُوَ أَنْ لَا يُخَاصِمَ وَلَا يُخَاصَمَ مِنْ شِدَّةِ مَعْرِفَتِهِ بِاللَّهِ تَعَالَى. وَقَالَ مَرَّةً: هُوَ إِرْضَاءُ الخَلْقِ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ


Al-Wasithi: Akhlak yang baik adalah tidak berselisih dan bertindak bijak sehingga tidak membuat perselisihan, karena pemahamannya yang mendalam terhadap Allah Yang Maha Tinggi." Dan dia juga pernah mengatakan, "Itu adalah memuaskan orang-orang dalam keadaan senang maupun dalam kesulitan." 

وَقَالَ شَاهْ الكِرْمَانِيْ: هُوَ كَفُّ الأَذَى وَاحْتِمَالُ المُؤْنِ

Syah al-Kirmani berkata, "Akhlak baik adalah menahan diri dari menyakiti dan menerima segala kesulitan dengan sabar."


وَقَالَ بَعْضُهُمْ: هُوَ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ النَّاسِ قَرِيْبًا وَفِيْمَا بَيْنَهُمْ غَرِيْبًا

Sebagian lagi berkata: Akhlak yang baik adalah dekat dengan setiap orang, namun asing dalam mencampuri urusan mereka


وَقَالَ أَبُوْ عُثْمَان: هُوَ الرِّضَا عَنِ اللهِ تَعَالَى

Abu Utsman: Akhlak yang baik adalah selalu ridha terhadap ketentuan Allah


وَسُئِلَ سَهْلٌ التُّسْتَرِي عَنْ حُسْنِ الخُلُقِ فَقَالَ: أَدْنَاهُ الاِحْتِمَالُ وَتَرْكُ المُكَافَأَةِ وَالرَّحْمَةُ لِلظَّالِمِ وَالاِسْتِغْفِارُ لَهُ وَالشَّفَقَةُ عَلَيْهِ. وَقَالَ مَرَّةً: أَنْ لَا يَتَّهِمَ الحَقَّ فِي الرِّزْقِ وَيَثِقَ بِهِ وَيَسْكُنَ إِلَى الوَفَاءِ بِمَا ضَمِنَ، فَيُطَيْعُهُ وَلَا يَعْصِيْهِ فِيْ جَمِيْعِ الأمُوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ وَفِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ 

Syaikh Sahl al-Tustari ditanya tentang kebaikan akhlak, ia menjawab: "Yang paling rendah derajatnya adalah menahan diri dari membalas kejahatan, rahmat kepada orang yang berlaku zalim, memohonkan ampunan untuknya, dan merasakan kasihan kepadanya. Beliau pernah mengatakan bahwa seseorang tidak boleh meragukan keadilan dalam rezeki, tetapi harus percaya dan bersabar hingga waktu keadilan tersebut datang. Seseorang harus tinggal di jalan untuk memenuhi apa yang dijanjikan, taat kepada Allah, dan tidak melanggar-Nya dalam segala hal, baik antara dirinya dan Allah, maupun antara dirinya dan orang lain."


وَقَالَ عَلِيٌّ: حُسْنُ الخُلُقِ فِي ثَلَاثِ خِصَالٍ، اجْتِنَابُ المَحَارِمِ وَطَلَبُ الحَلَالِ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى العِيَالِ 

Sayyidina Ali berkata, "Kebaikan akhlak terdapat dalam tiga hal: (1) menjauhi yang haram, (2) mencari yang halal, dan (3) memberikan kesejahteraan kepada keluarga." 

وَقَالَ الحُسَيْنِ بْنُ مَنْصُوْرٍ: هُوَ أَنْ لَا يُؤَثِّرَ فِيْكَ جَفَاءُ الخُلُقِ بَعْدَ مُطَالَعَتِكَ لِلْحَقِّ 

Al-Husain bin Mansur berkata, "Kebaikan akhlak adalah ketika perilaku buruk orang lain tidak mempengaruhi hatimu setelah kamu mengetahui kebenaran." 

وَقَالَ أَبُوْ سَعِيْدٍ الخَرَّاز: هُوَ أَنْ لَا يَكُوْنَ لَكَ هَمٌّ غَيْرُ اللهِ تَعَالَى 

Abu Sa'id al-Kharraz berkata, "Kebaikan akhlak adalah ketika tidak ada kekhawatiran selain kepada Allah Yang Maha Tinggi."


Abina KH. M. Ihya’ Ulumiddin: “Akhlak baik iku Nguwono Uwong, nyenengno Uwong, nggatekno Uwong lan Ora nggelakno” Artinya: Memanusiakan manusia, menyenangkan mereka, peduli, dan tidak membuat marah mereka. 


Keutamaan Berakhlak yang baik

Banyak sekali keutamaan berakhlak baik dan mulia, karena itu adalah bukti nyata keislaman seseorang. Tiga diantara keutamaan tersebut adalah:

  1. Yang paling berakhlak adalah yang paling dekat dengan Rasulullah ﷺ 

Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا


Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1941)


  1. Mendapatkan derajat setara dengan Ahli Puasa dan Tahajud

Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ


Artinya “Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165)


  1. Yang paling sempurna Imannya

Rasulullah ﷺ bersabda,

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi no. 1162)


Meniru Akhlaknya Gusti Allah

Abina KH. M. Ihya Ulumiddin sering kali melalui majelisnya menyampaikan tentang pentingnya kita niru akhlake Gusti Allah. Hal itu menurut beliau, nama-nama Allah yang baik (asmaul Husna) itu terbagi menjadi 3, yaitu yaitu Jalal (keagungan), Jamal (keindahan), dan Kamal (kesempurnaan). Ciri nama Jalal adalah jika nama itu disebut membuat kita merinding, contohnya Allah, Al Jabbar, Al Qahhar, Syadidul Batsyi dan lain-lain. Sementara ciri nama Jamal adalah yang indah-indah yang manusia diperintahkan untuk menirunya, seperti Arrahman, Arrahim (Kasih sayang), Allathif (lembut) dan lain-lain. Sedangkan ciri nama Kamal adalah yang berpasangan, misalkan Al Awwal Al Akhir (Allah maha pertama dan terakhir), Al-Dhahir dan Al-Bathin (Allah maha jelas dan maha tersembunyi), dan lain-lain. 


Maka beliau menyampaikan pesan:

تَخَلَّقْ بِالجَمَالِ، تَعَلَّقْ بِالجَلَالِ، تَحَقَّقْ بِالكَمَالِ

Ber-akhlak-lah dengan jamal-nya Allah, bergatunglah kamu dengan nama Jalal-Nya, dan jalanilah hidup ini dengan sempurna sehingga bisa menyaksikan kesempurnaan Allah.  


والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara