HADITS KE TIGA MENGOKOHKAN PERSAUDARAAN

Hadits Ketiga
MENGOKOHKAN PERSAUDARAAN

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ:
(لاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلَا تَدَابَرُوْا وَلاَ تَقَاطَعُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ (

Dari Anas bin Malik Ra sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda :
(Jangan kalian saling membenci, jangan saling iri hati, jangan saling berpaling dan jangan saling memutuskan hubungan. Jadilah kalian, wahai para hamba Allah, orang-orang yang bersaudara! Dan tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (tidak bertegur sapa) saudaranya lebih dari tiga hari(

Makna Hadits:

Sebelum membahas lebih jauh tentang hadits ini, marilah kita kilas balik pelajaran tentang basmalah yang senantiasa kita baca setiap hari, dimana dalam basmalah, lafadz Jalalah disandingkan dengan kata Arrahman dan Arrahim, tidak menggunakan Asmaul Husna yang lain, bukan bismillahil Qohharil Jabbar, yang mengajarkan kepada manusia agar senantiasa hidup dalam berkasih sayang.

Selanjutnya, Nabi kita Muhammad ﷺ yang membawa basmalah ini adalah Nabiyyur Rahmah, yang kemudian bagaimana Rasulullah ﷺ membentuk para Sahabatnya menjadi kader yang bersifat Ruhamau Bainahum (berkasih sayang diantara mereka). Yang kemudian bisakah hal ini bertahan sebagai ciri keummatan kita? Justru dilapangan yang kita lihat adalah jauh dari apa yang dituntun oleh Islam. Di sana-sini perpecahan, perselisihan, karena itulah Allah berpesan dalam firmannya :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Ali Imran:103)

Dari ayat tersebut kita melihat para sahabat yang menjadi sebaik-baik umat dengan sifat Ruhama’u bainahum, yang ini merupakan standar sifat orang mukmin sesame mereka.  Sementara relitas penerapannya bisa kita lihat sendiri. Padahal Allah jauh-jauh sudah memperingatkan kepada kita untuk saling berpegang teguh dan tidak berpecah belah.

Ayat ini masyhur sekali sehingga seukuran anak kecil pun dapat mengahafalnya. Lewat Rasulullah ﷺ, Allah mempertautkan hati para sahabat menjadi satu, satu hati, menjadi saudara yang luar biasa, yang satu sama lain saling memberikan kepeduliannya.

Dipesankan lagi oleh Allah dalam ayat yang lain
إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم واتقوا الله لعلكم ترحمون
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka perbaikilah hubungan diantara kalian. Dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapatkan rahmat. QS. Al Hujurat :10

Realitas kehidupan kaum muslimin ternyata diluar bahkan jauh dari akhlak bersama dalam kemasyarakatan, kejamaahan. Dari sinilah kemudian Rasulullah ﷺ memperingatkan kepada kita semua dengan hadits di atas. Karena adanya penyakit-penyakit hati yang membuat kita tidak pernah bisa bersatu. Yang sudah tentu ini sangat menjadi bidikan setan sampai pada tingkat yang penting ini, yaitu persatuan Islam, ukhuwwah Islamiyyah menjadi hal yang diremehkan oleh kita sendiri.

Jika kita mengingat khutbah Rasulullah ﷺ pada hajjatul Wada’, sebenarnya setan itu sudah berputus asa untuk mengembalikan kaum muslimin yang dahulunya adalah penyembah berhala, yang dahulunya mereka adalah Musyrikin untuk kemudian dikembalikan lagi menjadi penyembah berhala. Tetapi setan masih punya dua trik yang oleh Rasulullah sebutkan dalam haditsanya, yaitu :
Meremehkan
Yaitu setan berusaha bagaimana menjadikan kaum muslimin meremehkan ajaran Islamnya sendiri. Padahal ajaran Islam ini tidak ada yang remeh, sedikitpun. Seandainya ada ajaran yang remeh, maka tidak akan termasuk cabang iman walaupun hanya sekedar imathotul Adza (menyingkirkan duri, sampah dan segala yang mengganggu jalan), bahkan walau hanya sekedar tersenyum sumeh saat bertemu saudaranya, senyummu untuk saudaramu adalah sedekah, tidak ada sedikitpun yang remeh. Semuanya penting dalam pandangan Islam, Rasulullah ﷺ melarang peremehan ini,
لا تحقرن من المعروف شيأ
“Jangan pernah kalian meremehkan kebaikan sekecil apapun”. HR. Tirmidzi no 2722
Disinilah kemudian setan membidik kita agar terjebak meremehkan. Sehingga terjadi ketika berpapasan dengan saudara, kita enggan mengucapkan salam, padahal sangat banyak hadits yang menjelaskan keutamaannya, dan anjuran salam itu berlaku bagi siapapun, baik kepada yang dikenal maupun belum dikenal. Minum dengan tangan kiri yang sudah dianggap biasa (diremehkan), dan lain sebagainya. Padahal Rasulullah ﷺ pernah memerintahkan kepada sebagian sahabatnya, “Minumlah dengan tangan kananmu”, Yang ketika itu ada salah satu sahabatnya enggan mengikuti perintah ini akhirnya struk tangan kirinya.

Mengadu Domba
Trik setan yang kedua adalah mengadu domba sesama muslim, mereka diobok-obok agar tidak pernah bersatu. Disiniliah setan berupaya dengan keras untuk memunculkan nafsu kita yang ammarah bis-suu’ (senanatiasa memerintah melakukan keburukan), dan penyakit-penyakit hati kita antar satu dengan yang lain termasuk diantaranya adalah penyakit tabaghud (saling membenci), Tahasud (saling hasud), Tadabur (saling berpaling) dan Taqhatu’ (saling memutus tali Rahim). Oleh karena itu maka kita selayaknya menyadari kedua trik setan tersebut agar dapat menghindarinya.

لاَ تَبَاغَضُوْا (Jangan saling membenci)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Rasululullah ﷺ, melarang kita untuk marah, sabda beliau :  لا تغضب   Jangan marah!  (HR. Bukhari no. 6116)
Marah adalah Sifatun Qohriyyun ( (صفة قهري, yakni sifat yang suatu ketika bisa muncul dengan sendirinya. Sehingga yang tampak adalah mata melotot, wajah  memerah dan kepala panas.
Jika sifat marah adalah sudah sifat bawaan yang diberikan Allah dari sononya, lalu bagaimana bisa dilarang? Oleh sebab itu para ulama menafsirkan hadits larangan tersebut adalah لا تعاطوا أسباب الغضب  , jangan melakukan hal-hal yang membuat marah atau dimarahi, itulah yang dilarang, bukan marahnya. Karena jika seseorang sedang marah, lalu dilarang marah, malah kemarahannya justru menjadi-jadi.
Jika poin 3 diterapkan, maka ketika sedang tersulut emosi, kita berusaha meredamnya, sehingga tidak jadi marah. Ketika emosi, kita segera berwudlu, lalu tidak jadi. Ketika emosi, kita beusaha tidak melihat yang dimarahi, melihat tembok mislanya, yang akhirnya tidak jadi marah.
Jika kita memahami poin1-4, maka demikian juga laranganلا تباغضوا , bukan larangan untuk membenci, namun lebih kepada melarang melakukan penyemab munculnya kebencian. Hal ini bisa dikatakan sebagai tindakan preventif.
Pengertian benci adalah tidak suka terhadap sesuatu yang dianggap tidak baik. البغض هو الكراهة عن الشيء بمعنى فيه مستقبح  
Kebencian biasanya muncul dikarenakan adanya sifat kekurangan yang dimiliki seseorang. Jika sudah demikian, lantas siapa manusia di dunia ini yang tidak memiliki cacat? Jika kekurangan ini menjadi alasan bagi kita untuk membenci, maka kita tidak bisa hidup. Apalagi jika kekurangan itu ada pada orang yang paling dekat dengan kita, misal Suami, Istri, Bapak Ibu, atau kerabat lain, yang masing-masing sangat mengerti kekurangan lainnya, maka bersiaplah untuk mati ngenes.
Setiap orang mempunyai kekurangan sebagaimana juga kelebihan. Kita harus mengakui bahwa kita mempunyai kekurangan sekaligus kelebihan, yang oleh Allah diperintahkan agar sebagian yang lain bisa memanfaatkan sebagian yang lain. Bukan menjadikan bahan ejekan dan alas an untuk sombong. Allah berfirman
ليتخذ بعضهم بعضا سخريا
agar sebagian yang lain bisa memanfaatkan sebagian yang lain
Jika hal ini dipahami dengan baik, maka sifat sabar dan mbetahi menjadi solusi agar kita tidak mudah membenci. Sehingga sabar bisa diartikan sebagai kuat menahan dan menerima kekurangan orang lain.
Sifat benci bisa jadi muncul dari kedua belah pihak, namun ada juga yang hanya sepihak saja yang kemudian ini berpotensi memunculkan kedhaliman.
Tentu setiap Muslim dengan selainnya mempunyai hak untuk saling memberikan nesihat dan arahan, oleh sebab itu marah yang dilarang adalah yang muncul dari emosi, lain halnya dengan kebencian yang dilandasi karena Allah, maka ia termasuk kategori Al Hubbu fillah dan Al Bughdu fillah, yang justru dianjurkan.

وَلاَ تَحَاسَدُوْا  (Jangan saling hasud)
Hasud adalah berharap hilangnya nikmat dari orang lain. Dan sudah maklum bahwa setiap yang mendapatkan nikmat pasti ada yang hasud, rata-rata orang dapat nikmat pasti ada yang iri, itulah buruknya hati. Padahal
kita semua sudah tahu bahwa kaya dan miskin adalah hak perogatif Allah (taqdir) yang ia berikan kepada siapapun yang dikehendakiNya. Allah berfirman
الله يبسط الرزق لمن يشاء ويقدر
(Allah melapangkan rizki dan menyempitkanya kepada siapapun yang ia kehendaki). Qs. Ar Ra’d :6
نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا
“Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam jkehiduan dunia”. QS. Azzuhruf: 32
Ada orang yang hanya ongkang-ongkang kaki, tiba-tiba burung wallet datang, jadilah kaya dadakan. Ada juga yang sudah kerja mati-matian tetap saja miskin.
Kaya adalah ujian syukur. Sebagaimana miskin ujian sabar. jika si kaya lulus dalam ujiannya maka ia akan mendapatkan surge. Begitu juga simiskin jika ia lulus dalam ujiannya maka ia menjadi orang beruntung,
Allah berfirman : 
إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب .
Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disemurnakan pahalanya tanpa batas (QS. Az Zumar : 10)
Model rizki yang bukan ujian hanyalah model rizki Makfuf, yakni rizki pas-pasan, pas butuh pas ono. Rasulullah ﷺ bersabda:
أفلح من أسلم ورزق كفافا
Beruntung sekali orang yang memeluk Islam dan diberi rizki kafaf. (HR. Muslim no 125)
Jika kita bandingkan dari tiga model rizki diatas (kaya-sedang-miskin), manakah rizki yang paling kita pilih? Ya tidak bisa memimilih, karena ini bagian dari taqdir. Rata-rata rizki kafaf ini adalah rizkinya Dai ilallah, dan inilah yang terbaik, karena sebaik-baik perkara (termasuk rizki) adalah yang pertengahan خير الأمور أوسطها . Oleh karena itu resiko hasud adalah bisa menghanguskan kebaikan karena dalam hasud terdapat sisi “protes” kepada Allah atas pemberian yang dibagi menurut kehendakNya. Sangsinya adalah amal kita yang baik tiba-tiba lenyap begitu saja, karena ada sikap kita yang tidak pantas terhadap Allah.
Jika memahami poin 3, maka sifat hasud adalah bagian dari bentuk protes kepada Allah atas bagian yang telah diberikannya kepda yang dikehendakiNya. Oleh karena itu siksa yang diberikan kepada orang hasud adalah semua amal kebaikannya menjadi hangus. Rasulullah ﷺ jauh jauh sudah mewanti-wanti dengan sabdanya
إياكم والحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
“Hindarilah hasud, karena ia akan memakan kebaikan secepat api yang melahap kayu bakar yang kering” HR. Al Baihaqi no 6184
Bayangkan, kita sudah mengumpulkan berbagai hasanat, tahajjud, dhuha, bak gungung, lalu hasud kepada orang lain, tahu-tahu lenyap begitu saja. Naudz billah
Ironinya, ternyata sifat hasud ini tidak menimpa orang awam saja, banyak para Kyai yang juga terjangkit penyakit ini.
Abina berkata : “Saya ingat dawuhnya Kyai Faqih “kenapa anak Kyai tidak menjadi Kyai, sementara ada anakanya orang awam malah jadi Kyai” ya karena Kyainya tidak seneng Kyai (hasud), dan itu berarti protes sama Allah, makanya anaknya tidak jadi Kyai, sementara orang awam tadi cinta kepada Kyai sehingga anaknya jadi Kyai.
Jika sekelas Kyai saja yang setiap harinya bergelut dengan al quran dan Hadits bisa terjangkit penyakit ini, apalagi kita. Maka Jagalah betul agar kita tidak terjebak melakukan hal sama, karena standar bersosial dengan saudara kita adalah لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه 
minimal ikut senang saat orang lain senang, jangan sampe malah kita bermuka masam ketika saudara kita mendapat kenikmatan. Bisa jadi kita mempunyai tetangga yang awalnya tidak mempunyai apa-apa yang kemudia bisa membeli meja kursi, lalu beli lagi motor, beli lagi lemari, maka ujian adalah pada lisan kita, mungkin yang pertama kali muncul adalah ucapa Al Hamdulillah, ikut senang tetangga membeli kusi, namun berikutnya terkadang terjebak suudzzohn, “ah mungkin tu dapat bantuan, ah paling kredit dan bla-bla-bla, tidak pernah selesai,  tiwas panas atimu sampek mati.
Sikap hasud (iri) ini sangat layak untuk dijauhi bahayanya, karena ini bagian dari penyakit hati, sementara penyakit hati lebih berbahaya dari pada penyakit jasmani.  Mari kita perhatikan, Dalam QS Al Falaq kita bermohon perlindungan kepada Allah dari penyakit eksternal seperti sihir dan lain-lain, kita minta kepada Allah hanya dengan sekali permintaan, yakni dengan kata رب الفلق , sementara sementara permohonan dari untuk penyakit internal (penyakit hati, nafsu, setan was-was) kita mintanya sampai tiga kali,رب الناس، ملك الناس، اله الناس ini menujukkan bahwa penyakit internal itu lebih berbahaya.
Itulah mengapa Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk senantiasa membacanya disetiap selesai shalat, dan sebelum tidur, dengan cara meniupkan angin pada tanga, dibacakan surat tersebut, lalu di usapkan pada seluruh tubuh. Sementara Abuya Sayyid Muhammad juga mengamalkan usapan ini setelah Subuh, demi penjagaan yang lebih ektrsa.
Kalam Hikmah mengatakan: Al Hasuud la Yasuud, orang hasud tidak akan pernah menjadi sayyid (orang terhormat). Man Rooqoban Naasa maata Ghomma, orang yang selalu melihat orang lain, mengamati maka ia mati ngenes/ susah, sesak dada”.

وَلَا تَدَابَرُوْا  (Jangan saling Berpaling)
Tadabur adalah (أن يعرض عن الإنسان احتقارا له ) sikap seseorang berpaling dari orang lain karena meremehkan orang tersebut.
Sebagai manusia sosial, kita tidak bisa hidup sendiri, nyatanya kita butuh tukang sapu, tukang sampah, yang masing-masing hakikatnya saling membantu. ليتخد بعضهم بعضا سخريا adanya sifat meremehkan ini akhirnya kita tidak bisa hidup bersama, padahal hidup itu mestinya yang gayeng hikmah makawiyyah:  كن كما الناس   hiduplah layanknya orang lain. Kanjeng Nabi saja kalau makan sama budak-budak yang makanya “metingkrang”, beliau juga sama.
Potensi meremehkan ini biasanya muncul karena merasa mempunyai nilai lebih, harta, jabatan, banyaknya pengikut atau ilmunya. sementara Al Quran melarang
ولا تصعر خدك للناس ولا تمش في الأرض مرحا إن الله لا يحب كل مختال فخور
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sunggah, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dn membanggakan diri. QS. Luqman: 18.
Jika memalingkan pipi saat bertemu orang lain dianggap sebagai tadabur, kesombongan, lalu bagaimana dengan sikap tidak bijak dalam penggunaan Gadged yang ada di tangan kita ini suatu saat kita harus tidak peduli dengan orang lain yang inilah akhirnya berdampak negative dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab itu, paling tidak ketika sedang ada tamu, gadged dikendalikan. Gadged yang tidak terkendali menjadikan tamu tidak bisa bertamu beserta adabnya, begitu pula tuan rumah yang karena gadgednya akhirnya tidak bisa menghomat tamu. Jika hal ini saja tidak layak dikerjakan bagi orang awam, apalagi tholibul ilmi. Kalau kita kedatangan tamu, ingat pesan Rasulullah ﷺ
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه 
“Barangsiapa yang iman kepada Allah dan Hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya.” Tamu yang datang tidak dengan adabnya, ia kehilangan hak penghormatan ini, haknya adaklah di usir. Sementara tuan rumah yang tidak menghormat kepada tamu yang beradab akan diancam lemahnya iman dia kepada Allah dan kepada Hari Akhir
وَلاَ تَقَاطَعُوْا (dan Jangan saling memutus Rahim)
Pemutus tali silaturahim akan diancam tidak masuk surga bersama Assabiqunal Awwalun, kecuali jika ia menganggap halal memutus Rahim ini, maka ia tidak bisa masuk surga betulan selamanya. Rasulullah ﷺ bersabda
لا يدخل الجنة قاطع
Siapapun yang memutus silaturrahim, ia tidak bisa masuk surga. (HR Abihaqi  No 7579)
Kata قاطع  menggunakan bahasa nakirah, umum. Kita memahami bahwa kata Rahim ini  ada Rahim al amah bil ukhuwwah al imaniyyah dan ada pula Rahim khososh bil qorobah dan bir rabithah ilmiyyah. Jika melakukan pemutusan maka tidak akan masuk surga
Rahim al Ammah al imaniyyah (hubungan umum sesama muslim) berarti kita dilarang memutus hubungan sesama muslim karena keimanan kita, yang iman inilah segala-galanya, yang nanti kita bersama bisa berkumpul di surga semuanya. Makanya jangan suka “gegeran” sama tetangganya, yang juga bisa jadi nanti di surga juga akan menjadi tetangga lagi,
Arrahim Al Khassah bil Qarabah, (hubungan khusus sebab kerabat). Hubungan yang berangkat dari dua orang suami istri yang akhirnya muncul saudara, sepupu, mindoan, mintelon, dan seterusnya yang tercakup dalam istilah Dzawil Arham. Ini jaringan yang dibuat oleh Allah, dan modal dari Allah, jika diikat dengan iman, maka nikmatnya akan bisa dirasakan nanti di akhirat. Kita tidak bisa membanyangkan kehidupan di akhirat (surga) yang penuh dengan kesenangan itu bagaimana, apalgi berkumpul jadi satu dengan serumpunya. Sementara kehidupan di dunia ini bisa jadi seseorang mempunyai anak yang bayak, namun ketika sudah dewasa akan meninggalkannya sendiri-sendiri, satu di aceh, satunya di amerika, satunya di belanda, sementara dia sendiri hidup tinggal dua orang saja, sepi, padahal rumah juga besar. Kita akan merasakan hakikat nikmatnya berkeluarga nanti di akhirat, yaitu kalau diikat dengan iman.
Sementara Arrabithoh ilmiyyah (hubungan khusus sebab tali ilmu) sudah maklum artinya kita berguru kepada siapa, sampai akhirnya seorang Sayyidina Ali Bin Abi Thalib mengatakan : انا عبد من علمني ولو حرفا  “ AKu budak orang yang mengajariku walau satu huruf” Imam Syafi’I berkata: العلم لحمة كلحمة النسب , ilmu itu seperti potongan daging nasab. Maka jangan sampai terjadi ada santri yang sama sekali tidak pernah medoakan Kyainya. Jika terjadi itu pertanda dia calon neraka. Bagaimana lagi kalau bukan doa, karena bisa jadi tempatnya yang jauh yang sulit untuk langsung sowan. Ada santri yang sudah 10 tahun tidak pernah mendoakan, sowan juga tidak, bahwan saat haulnya juga tidak datang. Santri buki itu namanya. Oleh karena itulah merupakan sebuah nikmat kita diikat oleh orang –orang tua kita dengan doa : 
ربنا اغفر لنا ولوالدينا ولمشايخنا ولمعلمينا ولأساتذتنا ولمن أحسن الينا ولأصحاب الحقوق الواجبة علينا ولجميع المسامين والمسلمات الأحياء منهم والأموات
ini doa bukan hadits, tapi justru ini lah yang menyambungkan kita.
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا 
Artinya: 
Kalau kamu meninggalkan sifat-sifat buruk diatas, maka kalian akan menjadi saling bersaudara, namun jika tidak maka akan jadi musuh diantara kalian.
Wahai hamba Allah (karena sudah Islam) jadilah orang-orang yang saling bersaudara
Jadilah kalian sebagai hamba Allah (bukan Hamba setan), yaitu dengan mejadi saling bersaudara
Jika kalian ingin disifati sebagai hamba Allah, maka jadilah saling bersaudara.
Dalam Surat Al Furqan, Allah menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki  Ibadurrahman, atau ibadullah lawannya adalah ibadussyaithan. jika kita menjalankan sifat-sifat tersebut, maka disebut sebagi ibadurrahman, yang artinya hamba yang bisa memperaktekan sifat Rahmannya Allah, atau di sebut Ibadullah. Jika tidak bisa maka disebut sebagai ibadussyaithan.
وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ
Jika terjadi hal-hal yang tidak baik diatas, jangan jangan sampai hal ini berlanjut, batas maksimal adalah 3 hari saja, selebihnya haram.
Cara menghalalkannya adalah jika bertemu, ucapkanlah salam, dan ketika musuhnya menjawab, maka ia sudah terjalin kembali. Jika salam pun tidak ia jawab maka ini sudah kebangetan, didoakan selamat tapi tidak mau menjawab, maka dosanya harus ia tanggung sendiri. Begitu juga shalawat, yang ketika ia mengucapkan dan musuhnya menjawabnya, maka terjalin kembali. 
والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara