KEPEDULIAN



                Terjun dalam kancah dakwah llalloh maknanya ada kesediaan untuk memperhatikan hal-hal yang menjadi urusan ummat islam. Dalam kata lain harus terwujud dalam diri seorang da`i sikap kepedulian pada setiap urusan ummat islam. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Barangsiapa pagi-pagi tidak memperhatikan ( urusan ) ummat islam maka dia bukanlah termasuk golongan mereka itu”. (H.R. Al Hakim, lihat Faidlul Qadir jilid VI hal. 67)
                Sementara itu, sikap peduli hanya bisa dilakukan apabila ada sikap tanggap dan peka terhadap keadaan. Oleh karena itu salah satu daripada adab berdakwah bagi para da`i ialah (idroku maa haulah) tanggap terhadap keadaan di lingkungan sekitarnya. Seorang da`i betul- betul mengetahui dan menguasai segala sesuatu yang berada di sekitarnya, seperti mengetahui isme-isme, peristiwa dan dinamika pemikiran. Kepekaan ini penting bagi da`i agar
memungkinkan bagian membongkar ketidakbenaran atas pola pikir dan pola jiwa yang salah dan mampu memberikan penjelasan bahwa pola pikir dan pola jiwa tersebut tidak cocok dijadikan sebagai ajaran yang harus dipenuhi, seiring dengan kemampuan ilmunya menangkap kelebihan dan keutamaan aturan ( nidhom ) islam bagi landasan aqidah, sosial, politik, maupun ekonomi. Plus disertai pemaparan contoh berdasarkan fakta aktual yang mengandung kebenaran sejarah.
                Dengan memiliki sikap tanggap dan peka ini niscaya keberadaan ummat islam yang menjadi sasaran dakwanya akan terangkat, minimal mereka dan dirinya terarahkan pada jalur yang benar dan tidak sampai menjadi korban keadaan akibat ketidaktahuan. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
Seorang mukmin ( yang sempurna) tidak tersengat di satu lubang dua kali.
(H.R. Bukhari dan Muslim, lihat Faidhul Qadir, jilid VI hal. 404)
                Untuk ini, seorang da`i semestinya mengantisipasi setiap keadaan yang berkaitan dengan kepentigan ummat islam, khususnya mengantisipasi bentuk-bentuk upaya makar yang dilakukan oleh musuh-musuh islam. Dan perlu diingat bahwa urusan atau kepentigan ummat islam banyak dan luas. Kejadian krisis moneter dan suksesi pada saat ini misalnya. Semestinya seorang da`i mengetahui apa arti dan latar belakang dari dua peristiwa itu seraya memberikan pemecahan kepada ummat islam sesuai dengan konsep Al-Qur`an dan As Sunnah. Seorang da`i semestinya bisa memberikan alternatif lain lebih daripada dua alternatif yang ditawarkan oleh orang-orang kafir, yakni IMF dengan paket reformasinya dan CBS. Perlu ditunjukan di sini bahwa solusi yang ditawarkan oleh orang-orang kafir tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Satu-satunya jalan penyelesaian yang terbaik hanya ada pada mengikuti Al-Qur`an dan Sunnah.
                Allah Subhanahu Wata`ala berfirman :
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetap bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. (Q.S. An Nur : 39)
                Berkaitan dengan persoalan suksesi, seorang da`i hendaknya tidak terjebak pada pola dukung mendukung pihak tertentu yang bisa jadi pada akhirnya mengorbankan hal yang lebih agung, yakni dirinya sendiri, aktifitasnya berikut ummat yang mengikutinya.
                Berangkat dari sini seorang da`i tidak cukup memiliki tsaqafah sebagai ma`lumat belaka namun mesti pula memiliki tsaqafah dakwah yang wujud sebagai mafahim. Dari sini pula diketahui bahwa antisipasi keadaan (ijtihad) dalam bidang siasah (an-nadzrus siyasi )lebih luas daripada antisipasi keadaan (ijtihad) dalam bidang fiqih karena metode ijtihad dalam bidang fiqh lebih jelas,dengan adanya metode Takhrijul Manath, Tahqiqul Manath, dan Tanqihul Manath. Oleh karena luasnya antisipasi keadaan dalam bidang siasah, maka dibutuhkan pula kepedulian yang benar.
                Kepedulian dan kepekaan yang mesti dimiliki oleh seorang da`i ini merupakan perwujudan dari pengamalan hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berikut ini :
“Orang mukmin itu cerdas dan tangkas”. (H.R. Al Qadla’y, lihat Faidhul Qadir jilid VI hal. 256)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara