[4] PESAN UNTUK PARA PENCARI ILMU

PESAN UNTUK PARA PENCARI ILMU

Rasulullah ﷺ bersabda:

لا تقوم الساعة حتى يعز الله عز وجل ثلاثة: درهمًا من حلال، وعلمًا مستفادًا، وأخًا في الله عز وجل [الديلمي]


Tidak akan terjadi Kiamat hingga Allah Azza wa Jalla menjadikan langka tiga hal: mencari rizki yang halal, ilmu yang bermanfaat, dan memiliki saudara karena Allah Azza wa Jalla [HR. Al-Dailami]


Pada artikel sebelumnya kita tahu bagaimana penting dan utamanya mencari ilmu agama di akhir zaman. Pada tulisan ini akan kami sajikan beberapa pesan penting untuk para pencari ilmu agar hasil dalam tujuannya. Paling Tidak ada tiga hal:

Mendahulukan Ilmu Asasi

Islam memberikan petunjuk agar mencari ilmu tidak sembarangan, namun perlu juga untuk memetakan antara ilmu pokok (asasi) dengan yang cabang, dan mendahulukan yang pokok agar mendapatkan semuanya. 

Dalam sebuah kisah, Ada seorang dosen yang masuk ruangan dengan membawa bak, batu2 besar, kerikil dan pasir. Tanpa banyak cakap, Dosen tiba-tiba memasukkan batu besar itu ke dalam bak, satu satu hingga penuh dan tidak muat. Dosen bertanya, “apa ini sudah penuh? mahasiswa kompak menjawab, “sudah”. Dosen itu kemudian memasukkan kerikil, satu persatu dimasukkan hingga tidak ada lagi tempat untuk menampungnya. Dosen lalu bertanya lagi, “apa ini sudah penuh? mahasiswa kompak menjawab, “sudah”. Hingga akhirnya dosen itu mengambil pasir dan memasukkannya lagi ke wadah itu, ia tuangkan sedikit demi sedikit hingga penuh tidak ada lagi ruang yang menampung benda terkecil itu. lagi-lagi dosen bertanya “apa ini sudah penuh? mahasiswa kompak menjawab, “sudah”. Suasana hening sebentar. Dosen membiarkan suasana itu sembari menyisakan deretan pertanyaan mahasiswa yang penasaran. 


Lalu dosen memulai percakapan lagi dengan sebuah pertanyaan, “apa kalian tahu maksud dari ini? beberapa jawaban dilontarkan namun kemudian dosen menegaskan dengan satu kalimat, “iya, tentang pentingnya tahapan, bak ini menampung semua benda itu secara maksimal karena tahapannya benar, andaikan yang pertama kali dimasukkan adalah pasir, maka kerikil dan batu besar tidak akan masuk.” lalu dosen menjelaskan bahwa batu besar itu adalah ilmu primer, kerikil ilmu sekunder dan pasir merupakan tersier atau pelengkap.


Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa ilmu yang pokok ada tiga, yaitu Al-Quran, Hadits dan Ilmu Faridhoh. Selain tiga itu adalah lebihan. 


[عن عبد الله بن عمرو:] العِلمُ ثلاثَةٌ، فما سِوى ذلك فضْلٌ: آيَةٌ مُحكمَةٌ وسُنَّةٌ قائِمَةٌ وفَريضَةٌ عادِلَةٌ 

أخرجه أبو داود (٢٨٨٥)، وابن ماجه (٥٤)

Ilmu yang pokok (asas) ada tiga, selain itu adalah lebihan, yaitu: Al-Quran, Hadits dan Faridhah” 

HR. Abu Daud 2885 dan Ibnu Majah 54


Abi Ihya’ menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab, kata Fadhl (فضل) bisa berbentuk jama’ Fadhail artinya kebaikan, juga bisa berbentuk jama’ “Fudhul” yang artinya kotoran. Begitu juga ilmu, ada ilmu positif yang melengkapi kebutuhan hidup yang bisa membuat semakin bertakwa kepada Allah, ada pula ilmu kotoran, sampah, yang menjadikan semakin jauh, berani bahkan menantang Allah. 


Dengan mengetahui peta ini, seorang pelajar, santri hendaknya mengetahui prioritas ilmu yang hendak dicari, diperjuangkan dan dibela, bukan sekedar mencari saja tanpa arah yang jelas, bahkan khawatir salah, maka fatal akibatnya.   


Mencari dua saudara ilmu, yaitu Adab dan Dzauq

Ilmu adalah sesuatu yang berharga. Ilmu karakternya naik, sebagaimana balon yang berisi gas. begitu pula Pemilik ilmu akan cenderung naik (sombong) karena apa yang dimilikinya. Allah sudah menegaskan dalam Al-Quran: 

كَلَّاۤ إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَیَطۡغَىٰۤ

Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, [QS. Al-'Alaq: 6]


Abi menjelaskan bahwa manusia itu berpotensi melampaui batas dikarenakan memiliki sesuatu, bisa jadi karena memiliki ilmu, pangkat, harta dan banyaknya pengikut. 


Oleh sebab itulah, ketika ilmu dibiarkan sendirian maka akan berpotensi membuat pemiliknya sombong. Maka ilmu harus disertakan dua saudaranya, yaitu adab (tata krama, sopan santun) dan Dzauq (mem-fungsikan perasaannya). Jika tiga saudara itu sudah berkumpul dalam diri seseorang, maka dia akan bisa menjadi seorang ulama’ yang disebutkan oleh Allah:


إِنَّمَا یَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰۤؤُا۟ۗ 

Sungguh, Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.

[QS. Fathir: 28] 

Mencari Guru yang Murobbi

Oleh sebab itu, maka penting bagi seorang pencari ilmu untuk memilih guru yang tepat. Karena dari gurulah ia akan sikap dan cara berfikir dan sikapnya. Guru ada yang hanya mentransfer ilmu, itu bagus, namun ada pula yang juga memperhatikan akhlak, bahkan urusan hati seorang santri. Itulah guru Murobbi, Guru pendidik dan bukan sekedar muallim. 


Banyak orang mampu mengajar, tetapi tidak semuanya mampu menanamkan nilai. Banyak yang mampu menyampaikan, namun hanya sedikit yang mampu menembus hati, jiwa, dan pikiran. Keistiqomahan, kesabaran, kekuatan hubungan bersama Allah, cinta kepada Rasulullah saw, kasih sayang terhadap sesama, ketulusan hati, ketenangan jiwa, dan kejernihan pikiran merupakan kunci kesuksesan dalam semua aspek kehidupan. itulah guru Murobbi. 


Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki berkata: 

كُلُّ إنْسَانٍ يَحْتَاجُ إلَى مُرْشِدٍ مُرَبٍّ قَائِدٍ، الَّذِيْ يُرَبِّيْ قَلْبَهُ، وَيُهَذِّبُ أَخْلَاقَهُ وَيَأْتِيْ بِيَدِهِ إلَى الله، وَالَّذِي بِصُحْبَتِهِ اللهُ يَحْفَظُهُ مِنَ الشَّرِّ وَالهَوَى وَالعِصْيَانِ.


Setiap orang pasti butuh Guru Murobbi, Dia yg membimbing hati, Memperbaiki akhlak, Serta mengantarkan kepada Allah, Bersamanya Allah jaga dari keburukan dan berbuat kemaksiatan.


Abuya Sayyid Ahmad Muhammad  Almaliky berkata:

مِنْ تَمَامِ نِعْمَةِ اللهِ عَلَيكَ أنْ هَدَاكَ إلَى شَيْخٍ، وَارِثٍ مُحَمَّدِيٍّ، مُرْشِدٍ ،وَاصِلٍ ،مُوْصِلٍ رَحِیْمٍ، کَرِیمٍ، صَفُوْحٍ عَنْ زَلَّاتِ المُرِيدِ مُعْرِضٍ عَنْ أخْطَائِهِمْ، مُتَوَجِّهٍ لَهُمْ فِي خَلْوَاتِهِ، نَاظِرٍ إلَيْهِمْ بِعَيْنِ عِنَايَتِهِ، آخِذٍ بِزِمَامِ قُلُوبِهِمْ إلى حَضْرَةِ رَبِّهِ يُقَرِّبُهُمْ إلى جَنَابِ نَبِيِّهِ، يُرَبِّيهِمْ بِلَحَظَاتِهِ وَأنْفَاسِهِ قَبْلَ أفعَالِهِ، فَهُوَ أَنْدَرُ فِي هَذَا الزَّمَانِ مِنَ الكِبْرِيت الأحْمَر


Diantara kesempurnaan nikmat Allah kepadamu adalah Allah memberimu petunjuk mendapatkan syeikh Murabbi, sang pewaris Nabi, Selalu mengarahkan, seorang yang sudah sampai  (menempuh jalan menuju Allah) dan mengantarkan muridnya, penuh kasih sayang, dermawan, sangat pemaaf atas  kesalahan (karena terpeleset)  para muridnya, tidak mengungkit kesalahan, selalu menatap mereka di saat khalwatnya, penuh perhatian, yang mengendalikan hati mereka menuju hadorot Tuhannya, membawa mereka semakin dekat dengan Nabinya, yang mendidik mereka dengan perhatian, nafas dan perilaku. Saat ini keberadaan mereka sangat langka bahkan melebihi belerang merah.

Beberapa nasehat Abi dan Abuya

Diantara Nasehat Abi Ihya’ 

  1. Santri kok gelem mulang, ora bakal keleleran, Ora ono!!!

  2. Lek ono santri Muleh gak gelem ngulang iku tandane ora nyukuri nikmat

  3. Wong mondok kok tambah melarat berarti niati keliru


Diantara Nasehat Abuya Muhammad Al-Maliki

Pentingnya Ilmu dan Pengabdian:

الطَّالِبُ عِنْدِيْ مَنْ يَتَعَلَّمُ وَيَخْدُمُ، وَمَنْ خَلُصَ فِي خِدْمَتِهِ يَفْتَحِ اللهُ عَلَيْه

Yang dikatakan murid menurutku adalah seseorang yang belajar sekaligus berkhidmat (mengabdi).  Barangsiapa yang tulus dalam berkhidmat (mengabdi), maka Allah akan membukakan baginya pintu kebaikan.

ثَبَاتُ العِلْمِ بِالمُذَاكَرَةْ ، وَبَرَكَتُهُ بِالخِدْمَةِ وَنَفْعُهُ بِرِضَا الشَّيْخْ

Melekatnya ilmu adalah dengan diskusi, berkahnya dengan berkhidmah (melayani) dan manfaatnya terletak pada ridha guru 

العِلْمُ قَدْ يُدْرَكُ وَلَا تُسْتَدْرَكُ الخِدْمَةُ

Ilmu bisa didapatkan dari mana saja, beda dengan khidmah (hanya ada di tempat yang diberkahi)

العِلْمُ تِرْكَةٌ وَمِيْرَاثٌ نَبَوِيٌّ

Ilmu adalah warisan Nabi

إنَّ مِنْ تَعْظِيْمِ العِلْمِ تَعْظِيْمُ الشَّيْخِ والمُعَلِّمِ

Diantara tanda mengagungkan ilmu adalah mengagungkan guru.


Etika dan Kesantunan dalam Belajar:

لَا يَسْتَهِيْنُ لِطَالِبِ العِلْمِ إلَّا مَنْ لَيْسَ لَهُ عِلْمٌ / إلا جَاهِلٌ

Tidaklah meremehkan santri kecuali orang yang tidak berilmu

المَشِيْخَةُ لَيْسَتْ بِالوِرَاثَةِ، وَإنَّمَا هِيَ بِالتَّعَلُّمِ وَالطَّلَبِ

Menjadi guru bukanlah dengan warisan, namun dengan belajar yang mencari secara serius

لَا بُدَّ لِطَالِبِ العِلْمِ مِنْ وَرَقَةٍ وَقَلَمٍ فِيْ جَيْبِهِ

Seharusnya, setiap santri harus selalu ada buku saku (notes) dan pulpen di sakunya

مِنْ آدَابِ مَجْلِسِ العِلْمِ أنْ لَا يُشْغِلَهُ شَيْءٌ عَنِ الدَّرْسِ

Bagian dari adab adalah tidak disibukkan oleh apapun kecuali oleh belajar itu sendiri.


Hubungan Guru dan Murid:

العَلَاقَةُ الرَّابِطَةُ بَيْنَ الشَّيْخِ وَتِلْمِيْذِهْ نَشْرُ عُلُوْمِهِ وَالسَّيْرِ عَلَى مَنْهَجِهِ

Ikatan yang memperkuat hubungan guru dan muridnya adalah dengan menyebarkan ilmu dan mengikuti prinsipnya


Keteguhan dalam Mencari Ilmu:

يَنْبَغِيْ لِطَالِبِ العِلْمِ مِنْ أوْرَادٍ تَحْرُسُهُ مِنَ الغِوَايَةِ وَالضَّلَالَةِ

Setiap santri seharusnya selalu memiliki wirid yang akan menjaganya dari kesesatan.


Pentingnya Menghormati Ilmu:


أَهْلُكَ مَنْ رَضُوْا لَكَ بِالاغْتِرَابِ فِي سَبِيْلِ العِلْمِ، لَا مَنْ أَشْفَقُوا عَلَى بُعْدِكَ

Yang dikatakan keluarga adalah mereka yang memberikan-mu restu untuk merantau demi menuntut ilmu, bukan mereka yang merasa kasihan atas kepergianmu

لَيْسَ قَصْدِيْ مِنَ التَّجَمُّلِ وَالتَّزَيُّنِ سِوَى احْتِرَام العِلْمِ

Tujuanku berpenampilan rapi dan bagus tidak lain kecuali untuk menghormati ilmu.


Sikap Positif Terhadap Ilmu dan Belajar:


مَا زِلْتَ طَالِباً

Selamanya, kamu tetap seorang santri

الطَّالِبُ الخَدُوْمُ أَحَبُّ عِنْدِيْ مِنَ الطَّالِبِ المُجْتَهِدِ

Bagiku, santri yang senang berkhidmah lebih dari pada santri yang rajin (belajar).


Peran Ilmu dalam Memperluas Wawasan:


الإنْسَانُ كُلَّمَا اتَّسَعَ أُفُقُهُ قَلَّ إنْكَارُهُ عَلَى النَّاسِ

Seorang yang memiliki cakrawala yang luas, tidak mudah protes terhadap orang lain

العَالِمُ لَا بُدَّ أنْ يَتَّسِعَ صَدْرُهُ

Seorang Alim harus memiliki lapang dada.


Kritik Terhadap Sikap Meremehkan Ilmu:


أنَا خَصْمُ مَنْ اسْتَهَانَ لِطُلَّابِ العِلْمِ وَدَرَاوِيْشِ النَّاسِ

Aku adalah musuh orang yang merendahkan santri dan orang miskin

أَغْضَبُ مِنَ الطَّالِبِ الَّذِي لَا يَحْتَرِمُ أُسْتَاذَهُ وَلَوْ كَانَ الأسْتَاذُ صَاحِبَهُ

Aku sangat marah terhadap santri yang tidak menghormati guru meskipun sang guru adalah temannya sendiri.



والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara