[3] YANG LANGKA KEDUA ADALAH ILMU AGAMA

 YANG LANGKA KEDUA ADALAH ILMU AGAMA

dari tiga perkara yang langka di akhir zaman, sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

لا تقوم الساعة حتى يعز الله عز وجل ثلاثة: درهمًا من حلال، وعلمًا مستفادًا، وأخًا في الله عز وجل [الديلمي]


Tidak akan terjadi Kiamat hingga Allah Azza wa Jalla menjadikan langka tiga hal: mencari rizki yang halal, ilmu yang bermanfaat, dan memiliki saudara karena Allah Azza wa Jalla [HR. Al-Dailami]

Sebab

KH. M. Ihya Ulumiddin dalam berbagai kesempatan seringkali menyampaikan hadits diatas mengingat itu adalah salah satu amal yang paling utama di akhir zaman ini. Beliau menyebutkan bahwa kelangkaan itu akan terus meningkat hingga ketika seorang muslim berhasil mengamalkan 10% dari agamanya sudah sangat bagus. Sebagai barometernya adalah ketika menjalankan shalat, yang paling maksimal mendapatkan 50%, bahkan hanya 10%.  

إنَّ الرَّجلَ لينصرِفُ، وما كُتِبَ لَه إلّا عُشرُ صلاتِهِ تُسعُها ثُمنُها سُبعُها سُدسُها خُمسُها رُبعُها ثُلثُها، نِصفُها (أبي داود ٧٩٦)

Artinya: Sesungguhnya seseorang selesai (dari shalat) dan tidak di tulis (pahala) baginya, kecuali sepersepuluh shalatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahnya.” (HR. Abu Daud No. 796)


Ada beberapa alasan mengapa ilmu agama menjadi langka, paling tidak ada dua: 

  1. Fitnah Agama 

Ketika agama sudah menjadi fitnah, maka kebaikan menjadi sulit dibedakan dari keburukan, padahal ciri agama adalah membedakan yang haq dan bathil. ada tiga kelompok yang disabdakan Rasulullah sebagai orang yang dianggap melenceng, dan menjadi fitnah agama (1) Perubahan yang dilakukan oleh kelompok ekstrim, (2) Ayakan yang diselipkan oleh kelompok pemalsu (liberal), dan (3) Penafsiran yang dilakukan orang-orang yang berilmu namun bodoh.


Rasulullah saw bersabda:

 يحمِلُ هذا العلمَ من كلِّ خلفٍ عدولُه ينفونَ عنه تحريفَ الغالينَ وتأويلَ الجاهلينَ وانتحالَ المُبطِلينَ.

Artinya: Ilmu ini (agama ini) akan senantiasa dipikul oleh orang-orang yang adil dari setiap generasi penerus yang baik (khalaf). Mereka tepiskan darinya perubahan yang dilakukan oleh kelompok ekstrem, juga ayakan yang diselipkan oleh kelompok pemalsu (liberal), dan (3) Penafsiran yang dilakukan orang-orang yang berilmu namun bodoh. (HR. Baihaqi)


  1. Lebih menyukai dunia daripada akhirat 

[عن ثوبان مولى رسول الله ﷺ:] يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها. فقال قائل: ومن قلة نحن يومئذ؟ قال: بل أنتم يومئذ كثير، ولكنكم غثاء كغثاء السيل، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم، وليقذفن الله في قلوبكم الوهن. فقال قائل: يا رسول اللهِ ! وما الوهن؟ قال: حب الدنيا وكراهية الموت.( أبو داود ٤٢٩٧)

Artinya: “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya “apa saat itu kita sedikit?” jawab beliau “bahkan saat itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih di laut. Allah akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn dalam hatimu.” Seseorang bertanya “Ya Rasulullah apa itu wahn?” beliau menjawab “cinta dunia dan takut mati” (HR. Abu Daud no. 4297)

Keutamaan Belajar Agama Islam

Dari kondisi di atas, maka sebagian ulama menyimpulkan bahwa belajar Agama terlebih di zaman akhir ini adalah amalan terbaik. Banyak sekali ayat dan hadits yang tentang oentingnya belajar ilmu agama, Berikut ini beberapa diantaranya:


1. Allah memberikan derajat kepada orang beriman yang memiliki ilmu

 يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ   

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu” [QS Al-Mujadalah ayat 11].


Tentu yang dimaksud orang berilmu adalah yang mengamalkannya. Derajat ini dijelaskan oleh al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitab al-Manhaj al-Sawi. 

قلت: وذلك لأن العلم أساس العبادات ومنبع الخيرات كما أن الجهل رأس كل شر وأصل جميع البليات.   

Demikian itu karena ilmu adalah asasnya ibadah dan sumber kebaikan, sebagaimana kebodohan adalah pangkal keburukan dan sumber musibah” 


2. Tinta ulama dan tetesan darah pejuang sangat penting. 

Tetapi bobot ganjaran tinta ulama kelak melebihi bobot tetesan darah syuhada.

 يُوْزَنُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِدَادُ العُلَمَاءِ بِدَمِ الشُّهَدَاءِ 

Artinya, “Pada hari kiamat tinta (karya tulis) ulama ditimbang bersama tetesan darah syuhada. (Hasilnya lebih berat nilai tetesan tinta ulama sebagaimana riwayat lain),” (HR Ibnu Abdil Barr, Ibnun Najjar, Ibnul Jauzi, As-Syairazi, Al-Marhabi, dan Ad-Dailami).


3. Beberapa pendapat ulama salaf

Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata: 

العلم خيرٌ من المال، العلم يحرسك وأنت تحرس المال والعلم حاكم والمال محكوم عليه، والمال تنقصه النفقة، والعلم يزكو بالإنفاق والعالم أفضل من الصائم القائم المجاهد، وإذا مات العالم ثلم في الإسلام ثلمة لا يسدّها إلا خَلَفٌ منه .


"Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga dirimu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu menjadi pemimpin, sedangkan harta diperintah. Harta berkurang dengan pengeluaran, sementara ilmu disucikan dengan berinfak. Seorang alim lebih utama daripada orang yang berpuasa, shalat, dan berjihad. Ketika seorang alim meninggal, maka terdapat kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali oleh orang-orang yang mengikuti jejaknya."


Abu Al-Aswad berkata: 

ليس شيء أعزُّ من العلم الملوك حكام على الناس، والعلماء حكام على الملوك.

"Tidak ada yang lebih mulia daripada ilmu. Para raja memerintah manusia, sementara para ulama memerintah para raja."


Sayyidina Luqman berkata kepada putranya: 

يا بني جالس العلماء وزاحمهم بِرُكْبَتَيْك، فإن الله سبحانه وتعالى يحيي القلوب بنور الحكمة كما يحيي الأرض بوابل السماء.

"Wahai anakku, duduklah bersama para ulama dan bergabunglah dengan mereka. Sesungguhnya Allah Ta'ala membangkitkan hati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia membangkitkan bumi dengan hujan yang melimpah."


Imam Syafi'i rahimahullah berkata: 

ليس بعد الفرائض أفضل من طلب العلم، فهو نور يهتدي به الحائر .

"Setelah kewajiban-kewajiban agama, tidak ada yang lebih utama daripada mencari ilmu. Ilmu adalah cahaya yang menerangi orang yang tersesat."


Dan masih banyak lagi tentang keutamaan ilmu. 

Prioritas Belajar Agama

Ilmu islam sangatlah luas, maka perlu ada prioritas dan tahapan untuk dipelajari agar mendapatkan banyak faedah dan manfaat. Berdasarkan firman Allah 

لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذۡ بَعَثَ فِیهِمۡ رَسُولࣰا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتِهِۦ وَیُزَكِّیهِمۡ وَیُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبۡلُ لَفِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینٍ (آل عمران: ١٦٤)

Ada tiga tahapan materi yang disampaikan oleh Rasulullah saw dalam membimbing umatnya sehingga menjadi khoiru ummah, yang indikatornya adalah memerintahkan yang ma’ruf dan melarang kemungkaran, yaitu : Aqidah (keimanan), Lalu Tazkiyah (pembersihan hati), baru tsaqofah (wawasan keilmuan).  ini merupakan tahapan yang sangat penting agar menjadi seorang muslim yang militan. 


Dalam beberapa kesempatan haflah takhrij, KH. M. Ihya’ Ulumiddin sering menyampaikan kepada wali santri untuk memilihkan tempat pendidikan yang ada ngajinya, yang tujuannya adalah untuk mengenalkan anak kepada Allah dan mempelajari akhlak, bukan sekedar tempat pendidikan yang terkenal, namun isinya hanya diajari nyanyi-nyanyi saja.

Pesan untuk Para Orang Tua

Dari pentingnya sebuah ilmu (pendidikan), maka ada beberapa pesan yang menurut kami penting untuk diketahui oleh kita sebagai orang tua:

  1. Pendidikan anak adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua, bukan guru.

Allah telah memerintahkan kita orang tua agar menjaga keluarga (Anak istri) dari masuk Neraka. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا 

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka [QS. At Tahrim : 6]

  1. Lakukan penelitian atau survei tempat.

Sebelum menitipkan anak di lembaga pendidikan tertentu atau pesantren, sangat perlu sekali untuk cek tempat itu, siapa pengasuhnya, siapa para guru yang akan mengajar, bahkan kurikulumnya. Bukan mencari sekolah atau pesantren karena viral, atau bangunannya yang megah. Perlu diingat bahwa anak-anak kita tidak diajar oleh bangku dan gedung, melainkan para guru yang ada di balik itu semua. Carilah guru-guru yang benar-benar layak untuk dijadikan panutan. 

  1. Jangan Merasa Puas.

Ketika sudah menitipkan anak, jangan kita merasa bebas dari tanggung jawab mengawasi, ingat poin 1, maka saat anak-anak liburan di rumah, tetap pantau dan perhatikan dengan siapa dia bergaul dan beraktifitas. Jangan lupa orang tua memberikan teladan baik. Jangan sampai di pondok diajari cara menutup aurat namun ketika pulang dilepas sendiri oleh orang tua. 

  1. Perhatikan biaya SPP. 

Ini menjadi penting agar anak kita tidak sampai memakan makanan yang menjadi hak temannya, karena kita telat untuk membayar. Makanan adalah energi. Jika yang masuk perut adalah syubhat, maka aktivitas akan ikut syubhat, apalagi jika haram. Naudzubillah. Keberkahan dan kemudahan anak kita dalam mencari ilmu dipengaruhi secara besar oleh makanan.  


Ada ungkapan cukup bagus dari orang bijak: 

“Membayar syahriyah itu wajib, terutama uang makan. Karena kalau tidak membayar ketemunya makan pakai uang temannya, dan itu haram. Ketika perut selalu menerima perkara haram maka hati akan sulit menerima nasihat, sikap akan sulit dididik. Ujung-ujungnya melemahkan karakter. Ilmu, nasihat dan adab tak ada yang masuk. Maka para orang tua perhatikan uang makan anak yg harus dibayar ke pondok jika ingin anak jadi baik, shalih-shalihah, mudah diarahkan dan tentunya jadi anak berbakti.”


Ketika memondokkan anak, justru itu adalah sebab melancarkan rezeki orang tua, bukan sebaliknya. Dan sebagai seorang mukmin tentunya akan meyakini hal itu karena bersumber dari keterangan hadits.  

والله يتولى الجميع برعايته




Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara