Hadits Kedua puluh Bersyukur

 

Hadits Kedua puluh
Bersyukur

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ


Dari Abdillah bin Amr bin al Ash Ra. beliau berkata : Rasulullah bersabda: (Sesungguhnya Allah Taala senang nikmatnya terlihat berbekas pada hambanya) HR. Tirmidzi 2819

Makna Hadits

Allah taala adalah maha pemberi nikmat. Nikmat yang diberikannya sangat banyak, tidak terbatas, buktinya jika kamu mencoba menghitungnya tidak akan sanggup, kata-katamu tidak akan mencukupi.

وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَاۤۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورࣱ رَّحِیمࣱ

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. An Nahl : 18)


Allah telah menyempurnakan nikmat itu baik yang terlihat maupun yang tidak dapat kamu lihat. Allah telah menundukkan untuk manusia apa saja yang di langit dan di bumi. Sungguh ini merupakan nikamat yang sangat agung.


أَلَمۡ تَرَوۡا۟ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَمَا فِی ٱلۡأَرۡضِ وَأَسۡبَغَ عَلَیۡكُمۡ نِعَمَهُۥ ظَـٰهِرَةࣰ وَبَاطِنَةࣰۗ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن یُجَـٰدِلُ فِی ٱللَّهِ بِغَیۡرِ عِلۡمࣲ وَلَا هُدࣰى وَلَا كِتَـٰبࣲ مُّنِیرࣲ

Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. (QS. Luqman : 20)

Selanjutnya, Sebagai seorang hamba tentunya harus mensyukuri jutaan nikmat itu. Jika ia bersyukur, maka Allah akan menambah lagi, tapi jika ia mengabaikannya, sok fakir, sok bahwa Allah tidak memberikan apa-apa, sok merasa Allah pelit, maka bersiaplah nikmat itu dicabut darinya dan berganti menjadi adzab.


Mensyukuri berarti mengakui nikmat itu sementara kufur berarti tidak mengakui adanya nikmat tersebut. Imam Syibli berkata “Bersyukur adalah melihat yang memberi. (bukan bentuk nikmat itu)1. I ini penting sekali, sehingga tidak terlihat besar kecilnya nikmat, namun poinnya adalah mengakui eksistesi dan maha pemurahnya Allah. Lalu bagaimanakah cara menysukuri nikmat itu?


Cara Bersyukur

Secara garis besar, sebagaimana penjelasan Imam Ghazali, bahwa ada 3 cara bersyukur kepada Allah:

1. Bersyukur dengan Hati

Bersyukur dengan hati yakni dengan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan adalah semata-mata karunia dan kemurahan Allah.

وَمَا بِكُم مِّن نِّعۡمَةࣲ فَمِنَ ٱللَّهِۖ

"Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah." (QS An-Nahl [16]:53).

Bersyukur dengan hati ini akan membuat seseorang bersikap sebagai penerima karunia, dengan penuh keikhlasan tanpa kecewa atau keberatan betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Sebagaimana kutipan Imam Syibli di atas. Dan inilah yang paling inti dan menjadi sumber syukur yang lain.

2. Bersyukur dengan lisan

Bila hati seseorang telah sangat yakin bahwa segala nikmat yang didapatkan berasal dari Allah Taala, dia pasti akan mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Jika mendapatkan nikmat dari seseorang lisannya tetap memuji Allah. Karena mesti disadari bahwa orang itu sekedar perantara Allah. Lisannya akan selalu basah dengan memuji.


Rasulullah saw sendiri telah mengajarkan bagaimana seorang hamba harus senantiasa bersyukur dalam segala kondisi. Beliau mengajarkan cara mengucapkan ungkapan syukur dengan lisan.

Diriwayatkan dari sayyidah Aisyah Ra, bahwa

كانَ إذا أتاهُ الأمرُ يَسُرُّه قال: الحمدُ للهِ الذي بنعمتِهِ تتمُ الصالحاتِ، وإذا أتاهُ الأمرُ يكرهُهُ قالَ: الحمدُ للهِ على كلِّ حالٍ

Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah saw tatkala mendapati perkara yang menyenangkan beliau mengucapkan : “Alhamdulillah alladzi bini’matihi tatimmus shalihat” (segala puji hanya milik Allah yang dengan nikmatnya semua kebaikan menjadi sempurna) dan ketika mendapati yang beliau kurang menyukainya, beliau mengucapkan: “Alhamdulillah Ala Kulli Haal” (Segala puji selalu milik Allah dalam setiap keadaan) HR. Ibnu Majah 3803


Dengan demikian, ciri orang yang hatinya penuh dengan merasakan kenikmatan adalah lisannya selalu basah dengan memuji Allah.

3. Bersyukur dengan perbuatan

Syukur dengan perbuatan berarti bahwa semua nikmat dan kebaikan yang telah diterima seorang hamba haruslah dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Dan ini sagatlah luas. Misalkan nikmat sehat, maka ia menggunakan kesehatan itu untuk semua hal yang diridhai Allah, mencari rizi yang halal, membantu yang sakit dan lain-lain. Nikmat ilmu, dengan mengamalkan, mengajarkan dan mendakwahkan kepada orang lain. Nikmat kaya, dengan berderma, menanggung anak yatim, menanggung biaya pendidikan dan lain sebagainya. Selain iu ada beberapa point penting sebagai bentuk menysukuri nikmat dengan perbuatan:


a. Banyak Beribadah

Dikisahkan oleh sayyidah Aisyah RA sesungguhnya Rasulullah saw berdiri untuk melaksanakan ibadah di malam hari hingga pecah-pecahlah kedua telapak kaki beliau, maka sayyidah Aisyah bertanya : wahai Rasulullah, mengapa anda melakukan ini semua, sungguh dosa-dosamu telah di ampuni semuanya oleh Allah Taala. Maka Rasulullah saw menjawab: apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur.


Abina KH. M. Ihya Ulumiddin juga sering menyampaikan bahwa cara mensyukuri nikmat Allah adalah dengan shalat. Beliau menyitir sebuah hadits

على كُلِّ سُلامى منِ ابنِ آدَمَ في كُلِّ يومٍ صدَقَةٌ ويُجْزِئُ من ذلِكَ كُلِّهِ ركعَتا الضُّحى

Bahwa setiap ruas badan seseorang wajib disedekahi setiap hari sebagai bentuk mensyukurinya. Dan hal itu bisa dicukupi oleh dua rakaat shalat dhuha.


b. Menampakkan nikmat tersebut

Allah taala berfirman

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS. Adh Dhuha: 11).


Diantara cara menyukuri nikmat adalah dengan menampakkan nikmat tersebut. Sebagaimana hadits di atas, bahwa Allah Taala sangat menyukai seorang hamba yang menampakkan nikmat pemberianNya. Ibarat jika kamu memberikan pakaian kepada saudaramu, lalu saudaramu memakai pakaian pemberianmu dihadapan orang banyak, sungguh hatimu akan sangat senang. Karena merasa bahwa saudaramu sangat menyukai pemberianmu dan berterimakasih kepadamu.


Maka tampakkanlah nikmat Allah yang kamu dapatkan dengan raut wajahmu yang selalu sumeh bahwa kamu telah menerima sesuatu dari sang Maha Pemberi. Tampakan dengan pakaianmu yang paling indah, paling bersih dan rapi. Tampakkannlah dengan memberikan belanja yang halal dan cukup kepada keluarga. Dan juga berbagi kepada orang lain.


Imam Malik bin Anas, Syaikh Ali Abil Hasan Assyadhili, Abuya Sayyid Muhammad al Maliki adalah salah satu figur madhzab ini. Pakaian beliau merupakan pakaian nomor 1, indah rapi wangi dan bersih. Beliau melakukan itu bukan karena pamer atau sombong, namun sebagai bentuk menampakkan nikmat ilmu yang telah Allah titipkan kepadanya.


Dalam salah satu kisah tentangnya, Abuya al Maliki perah menyobek jubah salah satu santrinya yang terlihat tidak rapi, lalu beliau memberikan uang untuk membeli jubah yang baru.


Jika demikian, menampakkan nikmat apa berarti identik dengan hidup glamour? Hampir mirip namun bukan glamor pada umumnya. Karena yang dimaksud hidup yang pantas ini motivasinya adalah menampakkan nikmat, bukan untuk sombong. Dalam hadits juga disebutkan bahwa Allah taala maha Indah dan menyukai keindahan2.


Dalam hadits lain, dikisahkan bahwa seseorang mendatangi Nabi saw dan seorang tersebut tampan wajahnya- lalu dia berkata, "Saya senang keindahan dan saya telah diberikan sesuatu yang engkau bisa lihat, sehingga saya tidak senang diungguli oleh seseorang (Adakalanya berkata, dengan tali sandal, dan adakalanya berkata, dengan jepitan sandal) apakah itu termasuk kesombongan?." Nabi menjawab, "Tidak. Kesombongan adalah meremehkan kebenaran dan merendahkan orang lain"3

Dari Hadits ini, Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar selalu menampakan nikmat yang telah didapat dari Allah, diperlihatkan kepada Allah. sebagai bentuk syukur.


Hadits ini juga mengajarkan kepada umatnya agar tidak menjadi orang yang kikir dan berpenampilan jorok. Penampilan jorok bukanlah ajaran Islam. Islam agama yang indah. Islam agama yang bersih. Islam agama yang rapi. Dan hendaknya ini ditampakkan di rumah dan kantor kita.

Tampakkan, namun jangan sampai berlebihan / melebihi dari ukuran cukup. Karena berlebihan motivasinya bukan syukur, namun akan menyeret kepada syuhroh, sum'ah (ingin namanya terkenal dan didengar orang lain) dan ini sudah tidak sesuai.


Lalu bagaimana kedudukan hadits ini?

إنَّ اللهَ يُحِبُّ أنْ يُرَى أثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِه

Hadits yang menganjurkan menceritakan kenikamtan yang telah didapatkan, lalu bagaimanakh dengan hadits

استَعينوا عََلى حَوَائجِكم بالكِتْمَانِ، فَإنَّ كُلَّ ذِيْ نِعْمَةٍ مَحْسُودٌ

Lancarkanlah kebutuhanmu dengan cara merahasiakannya, karena setiap yang mendapatkan kenikmatan pasti ada yang menghasut. Hadits yang menganjurkan untuk menyembunyikan nikmat.?

Secara lahir, dua hadits tersebut nampak berseberangan, namun sebenarnya tidak demikian. Kedua hadits itu sama sekali tidak bertentangan, karena bisa diagabungkan. Yakni bahwa nikmat itu dianjurkan untuk diceritakan, yakni hanya kepada sanak kerabat atau orang yang tidak berpotensi hasut. Sedangkan hadits yang kedua adalah untuk orang yang berpotensi menghasut, maka sebaiknya dirahasiakan.

c. Bersyukur dengan menjaga nikmat dari kerusakan

Diantara bentuk bersyukur kepada Allah adalah merawatnya dan menjaganya dari kerusakan. Sebagaimana amanat yang juga harus dijaga. Dan sesuatu yang bisa merusak nikmat adalah maksiat. Allah taala berfirman:


ذَ ٰ⁠لِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمۡ یَكُ مُغَیِّرࣰا نِّعۡمَةً أَنۡعَمَهَا عَلَىٰ قَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِیعٌ عَلِیمࣱ

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al Anfal : 53)


Disebutkan juga dalam Kalam hikmah

إذَا كُنْتَ فِي نِعْمَةٍ فَارْعَهَا فَإنَّ المَعَاصِيَ تُزِيْلُ النِّعَمَ

Jika kamu mendapatkan nikmat maka jagalah, sesunggunya maksiat bisa menghilangkan nikmat itu.


Pelajaran

  1. Nikmat Allah tidak terbatas. Baik yang tampak maupun tidak nampak

  2. Setiap nikmat yang diberikan Allah wajib atas kita untuk mensyukurinya

  3. Allah senang sekali jika kita sebagai hamba menampakkan nikmat yang telah diberikannya

  4. Cara menmpakkan nikmat Allah adalah, mengamalkan ilmu, berbagi harta, berpenampilan indah, rapi dan bersih.

  5. Termasuk bersyukur adalah menceritakan nikmat tersebut kepada sanak saudara dan menyembunyikan dari musuh (yang berpotensi hasud)

  6. Menggunakan harta benda untuk dinikmati dengan tidak berlebihan

  7. Islam tidak mengajarkan kikir, jorok dan berpenampilan lusuh.

  8. Orang yang hidupnya berlebihan adalah Mubadzir, terlalu irit adalah kikir, sedangkan yang proporsional adalah Indah.

  9. Syukur adalah perbuatan untuk mengagungkan sang pemberi nikmat dengan memuji atau lainnya,

  10. Syukur juga diartikan meletakkan nikmat pada tempatnya dan menggunakan nikmatNya sesuai syariat yang Allah SWT atur.

  11. Hamba yang mau bersyukur akan nikmat yang diberikan Allah SWT ,maka nikmat yang dimilikinya akan ditambah, bahkan hamba-hamba yang bersyukur kelak memperoleh nikmat yang mulia yakni akan dimasukkan surga, syukur pula sebagai penjaga dari kufur kepada Allah SWT, Dan orang yang senantiasa bersyukur akan memperoleh pahala dari Allah SWT

  12. Cara bersyukur dibagi menjadi 3, yaiitu syukur dengan hati, syukur dengan lisan dan syukur dengan anggota badan.


Kita bermohon kepada Allah agar senantiasa memberikan taufiq kepada kita agar bisa selalu bersyukur dan bisa menampakkan nikmat itu sehingga mendapatkan ridhanya. Amiin


والله يتولى الجميع برعايته

1Faidhul Qadir 2/140

2HR. Thabarani Dalam Kitab AL Mu’jam Al Ausath, 7/78

3 HR. Abu Daud, 31-Kitab Al-Libas, 26- Bab Ma Ja^afil Kibari. 'An Ibni Mas'ud fi Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru, 60- Bab Ma Ja‘a fi Kibari]


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara