Amal Terputus dan Tersambung (Part 2)

 

Hadits Keenam Belas
Amal Terputus dan Tersambung

(Part 2)

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ:

 )إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ (

 

Di riwayatkan dari Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda: 

(Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang di ambil manfaatnya, dan anak soleh yang mendo’akannya). HR. Muslim 1631

 

Pada episode sebelumnya (Part 1) dijelaskan bahwa setidaknya ada 10 amalan yang dirangkum oleh Imam Suyuthi, yang akan terus mengalir sekalipun pelakunya sudah meninggal, yaitu: :  (1) Ilmu yang dia sebarkan (2) Doa anaknya (3) Menanam kurma (4) Sedekah jariyah (5) Mewariskan mushaf (6) Ribath (menjaga) perbatasan (7) Menggali sumur (8) Mengalirkan sungai (9) Membangun rumah untuk singgah  musafir (10) Membangun tempat dzikrullah (masjid). Berikut penjelasan singkatnya :

 

1.    Ilmu Yang Dia Sebarkan

Ilmu yakni pengetahuan tentang Allah dan cara beribadah kepadaNya. Ilmu merupakan perkara penting dalam kehidupan seseorang. Tanpa ilmu orang menjadi tersesat, ibadah tidak diterima, bahkan justru bisa mendapatkan murka dari Allah.

Orang yang memiliki ilmu disebut sebagai ulama. Ulama adalah pewaris Nabi. Nabi tidak mewarisakn harta benda, namun mewariskan ilmu, maka siapa  saja mendapatkan ilmu berarti telah mendapatkan warisan dari Nabi .

Ciri khas ulama adalah mendahulukan khosyyah atau takutnya kepada Allah sebelum ilmunya, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat berikut,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (QS Fathir: 28)

Dengan demikian, standart ulama bukanlah diukur dari banyaknya follower, ketenaran, indahnya mauidhoh, namun diukur dengan besarnya takut kepada Allah. Banyak orang yang menjadi wali dan mereka mastur (tidak terkenal)

Ketika salah seorang dari mereka wafat, ilmunya akan tetap hidup sebagai warisan di tengah manusia, karya dan ucapan mereka tetap tersebar di tengah mereka. Orang-orang mengambil dan menyampaikan faidah-faidah dari hasil karya-karyanya sementara dia di kuburnya, pahala dan ganjaran terus mengalir dan mengucur untuknya.

Oleh karena pentingnya posisi mereka ditengah umat, kematian mereka adalah kematian dunia, sebagaimana dikatakan Mautul Alim Mautul Alam.

2.    Doa Anaknya

Ketika seseorang berhasil mendidik anaknya menjadi anak yang shalih dan berbakti kepadanya, saat meninggal anak itu akan mendoakannya, doa ini sampai kepadanya sebagai buah dari usaha keras yang telah dilakukan. Bukan hanya doa, namun seluruh kebaikan yang dilakukan anak juga mengalir kepadanya. Ini adalah salah satu nikmat memiliki anak yang shalih.

Perlu diketahui bahwa nikmat teragung sebagai orang tua adalah memikili anak yang shalih. Mengapa demikian? Karena setiap orang tua di dunia ini, siapapun itu, pasti akan lelah dalam merawat dan membesarkan anaknya, karena diantara bentuk sifat belas kasihnya Allah kepada si bayi yang belum bisa apa apa adalah menginstall rasa kasih sayang orang tua kepada anak. Dalam hal ini pasti yang dirugikan adalah orang tua, kecuali jika anaknya kelak menjadi anak yang shalih.  

3.    Menanam Kurma

Sebagaimana yang diketahui bahwasanya pohon kurma adalah pohon yang paling utama dan paling banyak manfaatnya. Dunia medis dan herbal telah membuktikannya. Bahkan ada satu jenis kurma yang bisa digunakan untuk menolak sihir. Maka siapa yang menanam pohon kurma kemudian menginfakkan buahnya di jalan Allah untuk kaum muslimin maka pahalanya akan terus mengalir selama buahnya dimakan. Demikian juga selama ada yang mengambil manfaat dari pohon kurmanya baik manusia atau hewan. Begitu juga berlaku pada setiap tanaman yang bermanfaat bagi manusia. Penyebutan pohon kurma secara khusus di sini adalah karena keutamaan dan keistimewaannya. Dari itu maka saat menanam sebuah tanaman, niatkan untuk berbagi kepada makhluk lain, agar semua aktifitas dan biaya tanam bernilai ibadah.

4.    Sedekah Jariyah

Sedekah adalah pemberian seorang [Muslim] kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal, atau perbuatan baik. Dalam sebuah Hadist digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah sedekah.”

Jariyah artinya mengalir, tergatung seberapa lamanya manfaat yang bisa dihasilkan darinya. Sedangkan sedekah yang manfaatnya bisa terhenti sebutannya sedekah mutawaqqifah. Seperti bersedekah uang 50 ribu kepada orang miskin yang digunakan untuk makan, maka saat sudah lapar lagi, pahala sedekahnya terhenti. Sedekah lampu masjid mungkin bisa bertahan sampai lima tahu. Sedekah semen mungkin bisa bertahan sampai berpuluh-puluh tahun selama belum renovasi. Oleh karena itu, dianjurkan kepada takmir masjid ketika melakukan renovasi masjid atau mushalla, sisa-sisa bangunan lama hendaknya tetap dimanfaatkan agar yang bersedekah tetap bisa merasakan pahalanya.

Sejumlah ulama menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan sedekah jariyah adalah wakaf, yaitu harta yang ditahan tasarrufnya dan diperuntukkan manfaatnya di jalan Allah.

Dengan demikian, maka hadits ini menganjurkan kepada seorang muslim agar cerdas memberikan hartanya agar bisa menghasilkan pahala yang mengalir. Contoh terkecil benda yang paling bermanfaat adalah tanah, karena kemanfaatnanya yang bertahan lama.

5.    Mewariskan Mushaf

Yakni dengan mencetak mushaf, membeli dan mewakafkannya untuk masjid, lembaga pendidikan dan komunitas sehingga kaum muslimin bisa mendapatkan manfaatnya. Orang yang mewakafkannya akan mendapatkan pahala yang sangat besar setiap kali ada yang membaca mushaf tersebut, menghafalnya mentadaburi makna-maknanya dan beramal dengan kandungannya.

6.    Ribath (menjaga perbatasan)

 “Ribath (berjaga) di daerah perbatasan”, keutamaan poin ini disebutkan dalam hadits Abu Umamah dan juga hadits Salman Al Farisy radhiallahu ‘anhu beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah  bersabda:



رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ

“Ribath (berjaga di perbatasan) sehari semalam itu lebih baik dari pada puasa dan shalat malam sebulan. Kalau dia wafat (saat ribath) akan terus mengalir untuknya (pahala) amalan yang biasa dia lakukan sebelumnya, disampaikan rezekinya dan dia aman dari fitnah (kubur).”[1]

7.    Menggali Sumur

Pahalanya sangat luar biasa, sebagaimana termaktub dalam hadits berikut


[عن أبي هريرة:] بيْنا رَجُلٌ بطَرِيقٍ، اشْتَدَّ عليه العَطَشُ، فَوَجَدَ بئْرًا، فَنَزَلَ فِيها، فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ، فَإِذا كَلْبٌ يَلْهَثُ، يَأْكُلُ الثَّرى مِنَ العَطَشِ، فَقالَ الرَّجُلُ: لقَدْ بَلَغَ هذا الكَلْبَ مِنَ العَطَشِ مِثْلُ الذي كانَ بَلَغَ مِنِّي، فَنَزَلَ البِئْرَ فَمَلا خُفَّهُ ماءً، فَسَقى الكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَّهُ له فَغَفَرَ له، قالوا: يا رَسُولَ اللَّهِ، وإنَّ لَنا في البَهائِمِ لَأَجْرًا؟ فَقالَفي كُلِّ ذاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ.

“Suatu ketika ada seorang di jalanan yang sedang merasakan sangat haus. Kemudian dia menemukan sebuah sumur. Dia turun ke sumur tersebut dan minum airnya. Kemudian dia keluar dan ternyata ada seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya memakan tanah lembab karena kehausan juga. Orang ini berkata, “Anjing ini kehausan seperti aku.” Dia pun turun lagi ke dalam dan memenuhi sepatunya dengan air kemudian meminumkannya ke anjing. Maka Allah pun bersyukur kepadanya dan mengampuninya. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah kita bisa mendapatkan ampunan dari binatang-binatang ternak?” Maka beliau menjawab, “Pada setiap yang bernyawa terdapat pahalanya.”[2]

Jika dengan anjing saja bisa mendapatkan pahal dan ampunan, bagaimana dengan seorang yang menggali sumur dan menjadi sebab keberadaannya sehingga bermanfaat bagi banyak orang? Sekarang banyak kesempatan beramal melalui ini dengan berdonasi penggalian sumber di pondok pesantren dan masjid-masjid.

8.    Mengalirkan Sungai

Mengalirkan maksudnya di sini adalah menggali saluran-saluran air dari sumber mata air atau dari sungai-sungai agar air bisa sampai ke tempat-tempat pemukiman atau kebun-kebun, sehingga manusia mendapatkan supply air, kebun-kebun terairi dan hewan-hewan ternak bisa minum.

Berapa banyak pada amalan yang mulia seperti ini dari bentuk ihsan kepada manusia, membantu memudahkan mereka untuk mendapatkan air, yang merupakan unsur penting bahkan yang paling penting bagi kehidupan.

Termasuk diantaranya adalah menyalurkan air melalui pipa-pipa ke pemukiman manusia. Demikian juga meletakkan pendingin-pendingin air di jalan-jalan dan tempat-tempat yang dibutuhkan, dan cara-cara lain terkini.

9.    Membangun Rumah Untuk Singgah  Musafir

Padanya terdapat banyak keutamaan membangun rumah-rumah dan diwakafkan untuk kemanfaatan kaum muslimin apakah untuk ibnu sabil, para penuntut ilmu, anak-anak yatim, janda-janda, para fakir dan miskin, dan lain-lain.

10.  Membangun Tempat Dzikrullah (Masjid).

Masjid adalah baitullah, tempat yang paling dicintai Allah dan tempat dimana Allah izinkan agar namaNya ditinggikan dan disebut padanya. Apabila masjid dibangun, shalat ditegakkan padanya, Al Qur’an dibaca, Allah senantiasa disebut, ilmu disebarkan, kaum muslimin berkumpul di situ, dan selainnya dari maslahat-maslahat yang sangat besar, maka orang yang membangunnya akan mendapatkan pahala pada seluruh perkara tersebut.

Dari Utsman bin Affan –radhiallahu ‘anhu-, aku mendengar Rasulullah  bersabda:

[عن عثمان بن عفان:] مَنْ بَنى مسجِدًا، يَبْتَغِي بِهِ وجَهَ اللهِ، بَنى اللهُ لَهُ مثْلَهُ في الجنَّةِ

“Barang siapa yang membangun masjid dalam rangka mengharapkan ridha Allah, Allah bangunkan untuknya yang semisalnya di surga.”[3]

Demikian sepuluh amalan yang akan tetap mengalir sekalipun pelakunya sudah meninggal. Hal ini memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya cerdas dalam memilih amalan. Karena usia kita terbatas, dan di akhirat kelak hanyalah tempat balasan. Semoga kita senantiasa mendapatkan taufiq dari Allah sehingga bisa mengisi usia dan setiap detik dari waktu yang kita lewati dengan amalan-amalan yang baik, yang terus mengalir sekalipun kelak kita sudah meninggal. Amiin Ya Rabbal Alamin

والله يتولى الجميع برعايته

 

 

 

 

 

 



[1] HR. Muslim (1913)

[2] HR. Bukhari 2466

[3] HR. Bukhari 450, Muslim 533

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara