HADITS KE 28 Tidak Ada yang Menjaga Wudhu Kecuali Orang Beriman
HADITS KE 28
Tidak Ada yang Menjaga Wudhu Kecuali Orang Beriman
عن أبي هريرة؛ أن رسول الله ﷺ قَالَ «إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ (أَوِ الْمُؤْمِنُ) فَغَسَلَ وَجْهَهُ، خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مع الماء (أو مع آخر قطر الماء) فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ (أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ) فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ (أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاء) حَتَّى يَخْرُجَ نقيا من الذنوب».
Artinya
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Apabila seorang hamba yang Muslim (atau Mukmin) berwudhu, lalu ia membasuh wajahnya, maka keluarlah dari wajahnya setiap dosa yang pernah dilihat oleh kedua matanya bersama air (atau bersama tetesan terakhir air). Apabila ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang pernah dilakukan oleh tangannya bersama air (atau bersama tetesan terakhir air). Apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah dari kedua kakinya setiap dosa yang pernah dilangkahkan oleh kedua kakinya bersama air (atau bersama tetesan terakhir air), hingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa." (HR. Muslim 224)
Takhrij
Rujukan Hadits: HR. Muslim, no. 244; Kitab: الطهارة (Kitab Thaharah), Bab فضل الوضوء; Hadits ini juga diriwayatkan dalam berbagai jalur dengan redaksi mirip oleh: al-Bukhari (secara makna dalam konteks wudhu), at-Tirmidzi dan an-Nasa’i (dengan sanad berbeda).
Sanad:
Jalur 1: Suwaid bin Sa‘id → dari Malik bin Anas
Jalur 2: Abu Thahir (Aḥmad bin ‘Amr bin Sarḥ) → dari Abdullah bin Wahb → dari Malik bin Anas → dari Suhail bin Abi Shalih → dari Abihi (Abu Shalih) → dari Abu Hurairah → dari Nabi ﷺ
Perawi-perawi dalam sanad ini semuanya tsiqah (terpercaya), dan termasuk perawi shahih Muslim.
Status Hadits: Shahih karena diriwayatkan dalam Shahih Muslim.
Penjelasan Hadits
Dalam keseharian, wudhu sering dianggap sebagai rutinitas ringan sebelum shalat. Tak jarang ia diremehkan, dianggap hanya sekadar “formalitas syarat sah shalat”, bahkan dianggap sebagai beban ketika cuaca dingin. Padahal, di balik gerakan-gerakan kecil itu, ada kekuatan menghidupkan ruh dan bahkan limpahan ampunan dari Allah Ta'ala yang sering luput dari perhatian kita.
Hadits ini menjelaskan betapa agungnya syariat wudhu dalam Islam. Wudhu bukan hanya membersihkan anggota tubuh secara lahir, tetapi juga menjadi sebab diampuninya dosa-dosa kecil yang dilakukan oleh anggota tubuh tersebut.
Ketika seseorang membasuh wajah, maka dosa-dosa pandangan yang haram dihapuskan.
Ketika membasuh tangan, maka dosa perbuatan buruk yang dilakukan tangan akan dihapus.
Ketika membasuh kaki, maka dosa langkah-langkah kaki menuju hal yang dilarang juga dihapus.
Semua ini menunjukkan rahmat Allah yang luas, dimana perbuatan sederhana seperti wudhu yang dilakukan dengan penuh keimanan dan pengharapan dapat menggugurkan dosa-dosa kecil.
Imam Nawawi menjelaskan beberapa pokok dari hadits tersebut. Diantaranya:
Kata "Muslim atau Mukmin": Ini adalah bentuk keraguan dari perawi (شك من الراوي ), tapi maknanya menunjukkan bahwa setiap orang yang melaksanakan wudhu dalam keimanan dan keikhlasan, akan mendapatkan fadhilah ini. Abi Ihya’ juga menjelaskan bahwa keraguan dari perawi menunjukkan amanat mereka dalam menjaga ilmu.
Kata “keluar dosa” bukan makna harfiah, karena dosa bukanlah benda fisik. Ulama menjelaskan bahwa ini adalah bentuk majaz (kiasan) yang menggambarkan pengampunan dari Allah, bukan berarti dosa secara literal keluar dari tubuh bersama air.
Setiap anggota tubuh yang dibasuh akan “menggugurkan” dosanya: Wajah: dosa dari pandangan. Tangan: dosa dari perbuatan. Kaki: dosa dari langkah menuju maksiat. Sebagaimana diatas.
Mengapa hanya mata disebut? Karena mata adalah “utusan hati” dan pemicu awal banyak dosa. Sedangkan anggota seperti telinga, mulut, dan hidung sudah memiliki bentuk wudhu tersendiri (istinsyaq, berkumur).
Fadhilah ini berlaku untuk dosa kecil, sebagaimana ditegaskan dalam hadits lain:
“Selama tidak dilakukan dosa besar.” Sedangkan Dosa besar tidak cukup hanya dengan wudhu, tapi memerlukan taubat nasuha. Jangan salah paham.
Keutamaan Wudhu
Meskipun kebanyakan hadits tentang wudhu keutamaannya adalah untuk menghapus dosa, keutamaan selain itu juga banyak. Berikut kami cuplikan beberapa diantaranya agar kita semakin mengimani dan suci bisa menjadi gaya hidup kita:
Jika kamu ingin derajatmu naik, sempurnakanlah dalam wudhu, terlebih dalam kondisi yang tidak kamu sukai. (dingin misalnya).
Rasulullah ﷺ bersabda
أَلا أدُلُّكُمْ على ما يَمْحُو اللَّهُ به الخَطايا، ويَرْفَعُ به الدَّرَجاتِ؟ قالُوا بَلى يا رَسولَ اللهِ، قالَ: إسْباغُ الوُضُوءِ على المَكارِهِ،
Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang bisa menghapus kesalahan dan menaikkan derajat? iya Wahai Rasulullah. Beliau memerintahkan: Kerjakanlah wudhu dengan sempurna meski dalam kondisi tidak menyenangkan. (HR. Muslim 251).
Menyempurnakan wudhu berarti bukan hanya melakukan yang wajib saja, namun menjaga sunnah, khusyu dan penuh adab. Dan supaya kita mengetahui kesempurnaanya, kami cantumkan sifat wudhu kanjeng Nabi.
Cara Wudhu Kanjeng Nabi ﷺ
Seseorang pernah berkata kepada seorang sahabat Nabi, Abdullah bin Zaid: "Tolong tunjukkan kepada kami bagaimana wudhu Rasulullah ﷺ." Lalu Abdullah bin Zaid melakukan wudhu seperti berikut:
Menuangkan air ke tangannya, lalu mencuci kedua tangan tiga kali.
Berkumur dan menghirup air ke hidung (istinsyaq) menggunakan satu telapak tangan, dan mengulanginya tiga kali.
Mencuci wajah tiga kali.
Mencuci kedua tangan sampai siku sebanyak dua kali-dua kali.
Mengusap kepala, yaitu dengan mengusapkan tangan ke depan dan ke belakang kepala.
Mencuci kedua kaki sampai mata kaki.
Setelah selesai, beliau berkata: "Beginilah wudhu Rasulullah ﷺ."
Dalam riwayat lain, terdapat tambahan menghadapkan wajah ke atas lalu berdoa:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Shalat dua Rakaat setelahnya. Dan antara wudhu sampai shalat, menjaga hatinya tetap khusyu.
Wudhu bisa menyelamatkanmu dari berbuat dosa
Saya pernah mendengar sebuah kisah nyata dari tayangan YouTube (maaf, saya lupa sumber pastinya). Kisah ini tentang seorang ustadz yang sedang diuji dengan perasaan cinta kepada seorang wanita. Ternyata, wanita itu juga membalas perasaannya.
Hubungan mereka semakin dekat, sampai suatu hari mereka sepakat untuk melakukan perbuatan zina. Saat momen itu hampir terjadi, sang ustadz minta izin ke kamar mandi terlebih dahulu untuk berwudhu, karena memang sudah menjadi kebiasaannya berwudhu sebelum tidur.
Namun, setelah selesai berwudhu, tiba-tiba hatinya tersentuh. Ia teringat pada dosa dan rasa takut kepada Allah muncul dalam dirinya. Ia pun segera beristighfar (memohon ampun), dan akhirnya perbuatan maksiat itu tidak jadi dilakukan. Hal ini senada dengan fadhilah dari hadits ini:
ولا يُحافظُ على الوضوءِ إلا مؤمنٌ
"Tidaklah menjaga wudhu kecuali orang yang beriman." (HR. Ibnu Majah no. 278)
Jika rumahmu sempit, rizkimu terasa kurang berkah, wudhu bisa meluaskannya.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dari Abu Musa Al Asy’ari bahwa Rasulullah ﷺ pernah membaca doa di pertengahan wudhu:
أتيتُ رَسولَ اللهِ ﷺ بوَضوءٍ، فتوَضَّأَ فسَمِعتُه يدعو يقولُ: اللَّهُمَّ اغفِرْ لي ذنبي، ووَسِّعْ لي في داري، وبارِكْ لي في رزقي
"Aku membawakan air wudhu kepada Rasulullah ﷺ, lalu beliau berwudhu. Aku mendengarnya berdoa sambil berkata: ‘Ya Allah, ampunilah dosaku, luaskanlah rumahku, dan berkahilah rezekiku.’” (HR. An- Nasa’i No 9908)
Semakin jauh, semakin bercahaya(tahjil).
أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. مِنْ إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ. فَمَنِ استطاع منكم فليطل غرته وتحجيله».
"Kalian akan bercahaya wajah dan anggota tubuh kalian pada Hari Kiamat karena kesempurnaan dalam berwudhu. Maka siapa saja di antara kalian yang mampu, hendaklah ia memperluas basuhan pada wajah dan anggota wudhunya." (HR. Muslim 246)
Maka Sempurnakan wudhu, bahkan luaskan sedikit basuhan (melebihi batas minimal), karena itu menjadi tanda cahaya dan kemuliaan di akhirat. Abu Hurairah RA mempraktekannya dengan membasuh tangan hingga sampai ketiak. Lalu ketika Abu Hazim menanyakannya, beliau menyampaikan sabda Nabi ﷺ
«تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنَ المؤمن حيث يبلغ الوضوء».
“Perhiasan (cahaya) orang mukmin pada hari kiamat akan mencapai sejauh mana wudhunya sampai.” (HR. Muslim 250)
Dan akhirnya, Semoga dengan menghidupkan wudhu dalam keseharian, Allah Ta’ala menjaga kita dari maksiat, membukakan pintu ampunan-Nya, dan memuliakan kita dengan cahaya wajah dan tubuh yang bersinar di Hari Akhir.
اللهم اجعلنا من المتطهرين النقيين، المحجلين يوم القيامة، آمين.
والله يتولى الجميع برعايته
Komentar
Posting Komentar