HADITS KE 27 Jangan Meniru Orang Kafir
HADITS KE 27
Jangan Meniru Orang Kafir
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، نَا أَبُو النَّضْرِ ، نَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتٍ ، نَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ ، عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ.» رواه أبو داود
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu al-Naḍr, telah menceritakan kepada kami Abd al-Raḥman bin Tsabit, telah menceritakan kepada kami Ḥassan bin Aṭiyyah, dari Abi Munib al-Jurasyi, dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, no. 4031)
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa imam hadits:
1. Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud, Kitab al-Libas, Bab fi Libas asy-Syuhrah, No. 4031
2. Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad, No. 5114
3. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf, No. 33012
4. Al-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabir, No. 13650
Status Hadits
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Kitab Fath al-Bari menilai sanadnya hasan
Penjelasan Hadits
Hadits ini menjelaskan bahwa seorang Muslim tidak boleh meniru-niru ciri khas orang non-Muslim, baik dalam hal pakaian, gaya hidup, ibadah, adat istiadat, ataupun simbol-simbol mereka. Bila seseorang meniru secara lahir dan batin, maka secara syariat ia dianggap sebagai bagian dari golongan yang ditirunya.
Meniru atau menyerupai (tasyabbuh) bukan hanya tentang pakaian atau rambut, tapi bisa juga dalam hal perayaan, budaya hidup, bahkan cara berpikir. Contoh: mengikuti cara berpakaian orang fasik atau cara bergaul orang barat yang bertentangan dengan Islam, bisa termasuk tasyabbuh yang dilarang.
Mengapa Dilarang?
Secara umum Abi Ihya menjelaskan dalam salah satu kajiannya hari Kamis: karena dalam Islam, umat ini sudah memiliki identitas yang kuat dan jelas. Allah menyebut identitas ini sebagai "sibghah Allah", yaitu "celupan Allah" yang membedakan Muslim dengan yang lainnya, di mana seorang muslim orientasinya adalah sebagai seorang hamba yang selalu beribadah kepada tuhannya.
Allah SWT juga menegaskan dalam Al-Qur'an tentang identitas Muslim yang sempurna:
صِبْغَةَ ٱللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ
“(Inilah) celupan Allah. Dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya kami menyembah.”(QS. Al-Baqarah: 138)
Latar belakang turunnya ayat ini adalah Kaum Nasrani dahulu membaptis anak-anak mereka dalam air tertentu dan menganggapnya sebagai penyucian. Lalu turunlah ayat ini sebagai bantahan, bahwa yang benar-benar membersihkan dan memberi identitas adalah agama Islam, bukan air atau simbol.
Menurut para ulama seperti Ibnu Abbas, Mujahid, dan Abu al-‘Aliyah, "ṣibghah Allah" berarti agama Islam yang membentuk kepribadian dan tampak jelas dalam kehidupan Muslim. Seperti halnya warna pada pakaian, agama ini membekas pada diri seseorang yang beriman dan membedakannya dari orang lain.
Maka ketika seorang Muslim meniru-niru cara hidup orang kafir atau orang fasik, ia seakan menanggalkan ṣibghah Allah dan mengenakan ṣibghah selain Allah — inilah yang menjadi akar larangan dalam hadits. Selain itu secara khusus ada banyak alasan yang melatarbelakangi larangan meniru identitas non muslim:
Melindungi Identitas Muslim
Islam sudah memberikan identitas yang sempurna kepada umatnya. Allah menyebutnya "shibghah Allah" - yaitu "celupan Allah" yang membuat seorang Muslim punya jati diri yang jelas. Kalau terus meniru orang lain, identitas ini bisa hilang. Dan identitas ini merupakan identitas tertinggi. Tidak ada satupun identitas yang bisa menandingi identitas Islam.
الإسلامُ يعلو، ولا يُعلى عليه
Islam itu tinggi, yang tidak ada yang lebih tinggi darinya (HR. Abu Nu'aim 1/92)
Allah juga berfirman
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran ayat 110)
Mencegah Terpengaruh Hal Buruk
Sejarah membuktikan bahwa komunitas yang suka meniru budaya lain lama-lama akan kehilangan jati diri mereka. Akhirnya mereka terserap dan hilang identitas aslinya.
Melalui riwayat Abu Sa'id Al-Khudri, Rasulullah ﷺ telah menyampaikan:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
"Sungguh kalian akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian pun akan masuk ke dalamnya." (HR. Ahmad 10641)
Menjaga Kemurnian Ajaran Islam
Dengan tidak meniru orang kafir, ajaran Islam tetap murni dan tidak tercampur dengan hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Dan Islam sudah sempurna
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian." (QS. Al-Maidah ayat 3)
Tingkatan Meniru yang Dilarang
Kata "meniru" di sini bukan berarti kesamaan yang terjadi secara kebetulan, tetapi meniru dengan sengaja.
Meniru dalam Hal Keyakinan dan Ibadah
Ini yang paling berbahaya dan bisa membuat seseorang keluar dari Islam. Contohnya: - Ikut ritual ibadah agama lain, - Memakai simbol-simbol keagamaan seperti salib, - Melakukan praktik spiritual yang bertentangan dengan tauhid.
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqarah ayat 120)
Hadits dari Jabir bin Abdullah:
لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ وَقَدْ ضَلُّوا
"Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang sesuatu pun, karena mereka tidak akan memberi petunjuk kepada kalian padahal mereka sendiri telah sesat." (HR. Thabarani 9/354)
Meniru Adat dan Kebiasaan Khas Mereka
Ini termasuk haram jika yang ditiru adalah ciri khas orang kafir. Contohnya: - Ikut merayakan hari raya agama lain seperti Natal atau Diwali. Ingat ya, toleransi itu saling menghormati perbedaan, bukan malah ikut bergabung dengan beda keyakinan. - Memakai pakaian khusus rohaniwan agama lain - Mengikuti upacara adat yang mengandung syirik, dan lain-lain.
Meniru Hal-hal yang Sebetulnya Boleh
Ini adalah kategori yang paling rumit. Ada hal-hal yang sebetulnya biasa saja, tapi kalau sudah jadi kebanggaan atau ciri khas orang kafir, maka sebaiknya dihindari. Contohnya: - Gaya berpakaian yang jadi identitas kelompok tertentu, ahli maksiat, - Potongan rambut yang jadi ciri khas orang kafir. Islam melarang gaya potongan qoza’, yakni mencukur sebagian dan membiarkan sebagian lainnya. -Nama-nama yang khusus untuk agama tertentu. Untuk nama, Abi telah memberikan banyak contoh nama yang keren, penuh makna, kekinian dan juga tetap islami.
Dari Hadits dari Ibnu Umar, Rasulullah telah berpesan:
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
"Bedakanlah diri kalian dari orang-orang musyrik: panjangkan jenggot dan cukur kumis." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal-hal yang Boleh Ditiru
Perlu diingat, tidak semua hal yang dilakukan orang kafir dilarang untuk ditiru. Yang boleh ditiru antara lain:
Kemajuan Teknologi dan Sains
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat boleh dipelajari dan dikembangkan.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
"Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Al-Zumar ayat 9)
Hadits dari Rasulullah:
اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينِ
"Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina." (HR. Al-Bazzar 95)
Sistem yang Baik, dan hal hal Universal.
Sistem administrasi, manajemen, atau organisasi yang efisien, pengobatan, dan lain-lain dan tidak bertentangan dengan Islam.
إنَّ الله يُحِبُ إذا عَمِلَ أحَدُكُم عَمَلاً أن يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai apabila salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, ia menyempurnakannya (menekuninya dengan sebaik-baiknya).” (HR. Baihaqi 4929)
إذا وُسِّدَ الأمرُ إلى غيرِ أهلِه، فانتظرِ الساعةَ."
“Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” (HR. Bukhari 59)
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بالله وَلَا تَعْجِزْ
“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan jangan malas/lemah.”(HR. Muslim 2664)
Dawuh Abuya Ahmad
مَارِسُوا أنْفُسَكُم بالتكنولوجِيَات
“Kuasailah teknologi”
Penutup
Sekali lagi, Hadits di atas "Barang siapa meniru suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka" adalah peringatan penting dari Rasulullah untuk menjaga identitas Muslim. Larangan meniru orang kafir bukan berarti Islam mengajarkan untuk memusuhi atau tidak toleran terhadap yang berbeda. Sebaliknya, ini adalah cara Islam melindungi umatnya agar tidak kehilangan jati diri.
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan pengaruh budaya asing, pesan hadits ini semakin relevan. Kita harus pandai memilah mana yang boleh diambil manfaatnya dan mana yang harus dihindari. Yang terpenting adalah selalu senang dengan identitas sebagai Muslim dan tidak merasa rendah diri dengan agama kita.
Ingatlah firman Allah: "Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan kepada-Nya-lah kami menyembah." (QS. Al-Baqarah: 138). Identitas yang Allah berikan kepada kita adalah yang terbaik, dan kita tidak butuh identitas lain untuk melengkapinya.
والله يتولى الجميع برعايته
Komentar
Posting Komentar