Hadits Keempat puluh Satu Memasuki Surga dengan Rahmat Allah, Bukan dengan Amal

 Hadits Keempat puluh Satu

Memasuki Surga dengan Rahmat Allah, Bukan dengan Amal.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:  سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ: 

 لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ   قَالُوْا:  وَلاَ أَنْتَ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ أَنَا,  إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ, فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا...

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  beliau berkata :  Aku mendengar Rasulullah  bersabda: 

Amal siapapun tidak pernah bisa memasukkan dirinya ke dalam surga para sahabat bertanya:  Tidak juga engkau wahai Rasulullah?  Beliau bersabda: Tidak juga diriku,  kecuali jika Allah mencurahkan kepada diriku dengan anugerah dan rahmatnya.  Maka carilah perbuatan yang benar dan jangan bertindak melewati batas... . HR. Bukhari  [5673]

Makna Hadits

Islam adalah agama yang sangat lengkap. Menjelaskan segala sesuatu dan secara detail. Termasuk diantaranya adalah mengenai orang-orang yang masuk surga kelak, apakah benar bahwa masuk surga itu tidak ditentukan oleh amal seseorang? lalu apa manfaat manusia diperintah untuk beramal?


Hadits ini memberikan pengertian bahwa masuk surga itu tidak disebabkan oleh sebuah amal ibadah, namun murni karena rahmat atau kasih sayang Allah. Bahkan Rasulullah ﷺ sendiri telah memberikan pengakuan bahwa beliau sendiri pun tidak bisa masuk melainkan karena adanya rahmat Allah. 


Hadits di atas sekilas meniadakan peran amal ibadah seseorang terhadap masuk surga, sementara ada banyak sekali ayat dan hadits lain yang menjelaskan secara gamblang atas pengaruh amal ibadah terhadap surga, sebagaimana ayat berikut:

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” [QS. An-Nahl: 32]


فَمَنْ يَعْمَلْ مِثقالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ،

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. [QS. Al Zalzalah: 7-8]


وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” [QS. Az-Zukhruf: 72]


سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [QS. Al Hadiid: 21]. 


Dalam ayat ini dinyatakan bahwa surga itu disediakan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Berarti ada amalan.


عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً


Hendaklah engkau memperbanyak sujud (shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’. (HR. Muslim no. 488)


Ayat-ayat dan hadits di atas dan masih banyak lagi lainnya menunjukkan adanya pengaruh amal terhadap surga yang akan didapatkan. Seakan hadits di atas terjadi kontradiksi makna dengan ayat dan Hadits lainnya. Apakah memang benar demikian? Jawabannya tidak sama sekali. Itulah pentingnya peran ulama dalam menjelaskan duduk perkara sebuah dalil. 


Ada banyak sekali para ulama yang menjelaskan tentang duduk perkara hal itu, seperti Imam Nawawi, Al Razi, Ibnu Batthal dan lain sebagainya, yang pada intinya sebagaimana disimpulkan oleh Abina KH. M. Ihya Ulumiddin bahwa sebab masuknya seseorang dalam surga adalah karena rahmat Allah, sementara penentuan kelas di surga adalah berdasarkan amal perbuatan. 


Jadi, masuk surga adalah murni atas rahmat (belas kasih) Allah. Karena: (1) Jika dihitung, harga amal manusia tidaklah mencukupi jika ditukar dengan secuil nikmat yang diterimanya. (2) Tidak masuk akal jika masuk surga adalah murni balasan atas perbuatan baiknya. Taruhlah manusia bisa beramal selama 100 tahun, lalu minta balasan surga yang abadi dan tidak terbatas. (3) Bahwa manusia bisa beramal itu juga atas pertolongan Allah (taufiq) berupa ide, kekuatan untuk mengerjakan, dan kekuatan bisa mengalahkan godaan setan.  Sementara penentuan kelas yang disana juga ada fasilitas kenikmatan, ditentukan oleh amal perbuatan seseorang. Di titik inilah kemudian manusia diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam berbuat baik.


Setelah memahami makna di atas, maka Rasulullah ﷺ memerintahkan dua hal, yakni ketika mengerjakan sebuah amal, standarnya adalah Saddidu, dan Qaribu, yaitu benar dan tidak berlebihan. 


Rasulullah ﷺ telah memberikan contoh dalam beramal, bahwa amaliah beliau adalah diimah alias langgeng atau istiqamah. Artinya Rasulullah selalu beramal dan tidak pernah terputus. Model amal ibadah seseorang yang paling disukai Rasulullah ﷺ adalah model istiqamah, sekalipun kuantitasnya tidak seberapa. 


وإن أحبَّ الأعمال إلى الله أدومُها وإن قَلَّ

Dan amalan yang paling disukai Rasulullah ﷺ adalah yang paling langgeng, sekalipun sedikit. (HR. Bukhari 6464)


Hal itu menjadi penting untuk dijadikan sebagai sebuah cara dalam beramal. Karena diantara cara setan menggagalkan manusia dalam berbuat baik adalah dijadikan ia bersemangat hingga berlebihan dan akhirnya terputus dari amalan tersebut. 


Imam Ghazali memberikan perumpamaan bahwa ibadah yang berlebihan sekalipun kelihatan banyak, jika dikalkulasi justru akan kalah dengan ibadah biasa namun istiqomah. Beliau menggambarkan ada dua pohon yang masing-masing disiapkan segentong air. Pohon pertama disiram dengan seluruh air segentong dengan sekali siraman. Sementara pohon yang kedua disiram hanya dengan segelas air, sehingga satu tahun baru habis. Maka bisa dilihat mana pohon yang akan menjadi tumbuh dan bahkan bisa berbuah. Semua sepakat menjawab yang kedua. Begitulah gambaran setan menggoda manusia agar terputus dari beramal. Bersedekah 100.000 hanya sekali akan kalah dengan sedekah 500 rupiah seumur hidup.  


Keterangan ini secara lengkap telah kita tulis dalam hadits kedua belas tentang tidak ada paksaan dalam Islam.  Semoga bermanfaat


والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara