Hadits Keempat puluh : Meninggalkan Hal yang tidak Bermanfaat

 

                Hadits Keempat puluh

Meninggalkan Hal yang tidak Bermanfaat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  :

 مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالاَ يَعْنِيْهِ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  beliau berkata :  Rasulullah  bersabda : 

Diantara tanda baik keislaman seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya. HR. Tirmidzi [2317]

Makna Hadits

Islam adalah agama yang menjamin kebahagiaan setiap pemeluknya baik di dunia maupun di akhirat. Bahagia di dunia dengan diberikan syariat yang penuh dengan kemaslahatan, bahagia di akhirat dengan mendapatkan surga dan bisa bertemu dengan Allah yang disembahnya. Oleh sebab itu, standar tujuan seorang muslim adalah akhirat karena disana adalah yang hakiki. 


Islam juga mengajarkan agar bisa maksimal mendapatkan nikmat di surga adalah dengan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin, dan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat dan segala sesuatu yang tidak membantu ketaatannya kepada Allah. Jangan sampai ada waktu yang terlewat kecuali ada nilai pahala disana. Perkara yang tidak bermanfaat bisa berupa perbuatan haram, makruh bahkan perkara yang mubah.


Kata Min Husni Islamil Mar’i secara gramatika arab adalah berposisi sebagai khabar muqaddam, sedangkan Min nya menunjukkan faidah tab'idh yang arti sebagian dari. Sehingga artinya adalah : meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya adalah salah satu indikator kualitasnya islam seseorang. dan disana disebutkan dengan mendahulukan khabar adalah untuk menunjukkan pentingnya meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat. 


Lalu Kapan islam seseorang dikatakan baik? Para Ulama berada dalam tiga pendapat: 

  1. Pendapat pertama bahwa kebaikan Islam seseorang bisa dicapai ketika bisa mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan. Tipe ini adalah kelas pertengahan berdasarkan ayat yang disitir oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya,

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ

“Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.” [QS. Fathir: 32]

  1. Pendapat kedua menyatakan: Kebaikan Islam seseorang artinya: jika ia telah mencapai tingkatan ihsan yang disebutkan dalam hadits,

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ, فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»

Malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah ﷺ : “Apakah ihsan itu?” Beliau menjawab: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Seandainya engkau tidak mampu, ketahuilah bahwasanya Dia itu melihatmu.” (HR. Muslim no: 93)


  1. Pendapat ketiga memandang bahwa kebaikan keislaman itu bertingkat, masing-masing orang berbeda tingkatannya. Besarnya pahala dan keutamaan seseorang tergantung tingkatan kebaikan keislaman dia. Rasulullah ﷺ,

« إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ »

“Jika Islam salah seorang dari kalian baik, maka setiap amal kebaikan yang ia lakukan akan dicatat (pahalanya) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.” (HR. Bukhari no: 42)

Hal Ini Dianggap Kecil Padahal Sangat Besar Pengaruhnya

  1. Perkataan

Banyak orang beranggapan bahwa perkataan adalah perkara sederhana, namun faktanya adalah perkara yang sangat penting. Jika sebuah mata amalnya adalah melihat, telinga mendengar, dan kaki adalah berjalan, maka amal lisan adalah berkata. dan andaikan seorang muslim menyadarinya, maka itu akan menjadi rem agar tidak berbicara sembarangan.  Kanjeng Nabi sendiri mewanti-wanti agar tidak berbicara kecuali yang bermanfaat, jika tidak maka sebaiknya diam. 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

''Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan yang baik-baik atau diam.'' (HR Ahmad 6621)


Dari pentingnya menjaga lisan ini, sampai akhirnya Allah menyiapkan malaikat khusus untuk mencatat aktifitas lisannya. Bahkan sampai rintihan seorang itu juga tercatat dan bisa bernilai pahala atau dusta. 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang dikatakan melainkan ada malaikat pengawas) yakni malaikat pencatat amal (yang selalu hadir) selalu berada disisinya [QS. Qaf: 18]  


Imam Ibnu Hibban bertuah, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu; adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sering kali seseorang menyesal di kemudian hari akibat perkataan yang diucapkan, sementara diamnya dia tidak akan pernah membawa penyesalan. (Perlu diketahui pula) bahwa menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada mencabut perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Karena biasanya jika seseorang tengah berbicara, maka kata-katanyalah yang akan menguasai dirinya, sebaliknya jika tidak berbicara, maka ia mampu untuk mengontrol kata-katanya


Banyak orang meremehkan perkataan-perkataan yang terlepas dari lisannya, serta tidak memperdulikan dampak baik buruknya. Padahal jauh-jauh hari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan,

« إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا , يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ »

“Seringkali seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan dampaknya, padahal ternyata perkataan itu akan menjerumuskannya ke neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” (HR. Muslim : 2988)


Ketika perkataan sudah dianggap remeh, kebiasaannya berkata yang tidak bermanfaat akan membuatnya terbiasa untuk berdebat yang dapat membangkitkan emosi, permusuhan, murka, atau menimbulkan dendam. 


Bercanda Keterlaluan juga merupakan hal besar namun dianggap remeh. Humor boleh namun keterlaluan jangan. Rasulullah ﷺ sendiri sudah mengingatkan kaumnya untuk tidak banyak tertawa, karena itu bisa membuat hati keras dan menjadi tidak efektif

 

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ  :

وأقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

'Sedikitlah dalam tertawa, karena sesungguhnya tertawa itu dapat mematikan hati.'' (HR Tirmidzi: 2305)


  1. Waktu Senggang

Hal remeh padahal besar adalah waktu senggang. Umumnya orang akan menggunakan waktu luangnya untuk sekedar beristrahat browsing sana sini tau-tau sudah tiga jam tidak terasa. Itu berarti durasi umurnya 3 jam ia gunakan tanpa pahala. rugilah dia. belum lagi jika dalam browsing tersebut terjebak terhadap maksiat. Naudzubillah.

 

Padahal, Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah. Itu artinya, sebenarnya 24 jamnya seseorang itu bisa menjadi pahala semuanya. Bagaimana caranya? Abina Ihya’ menjelaskan bahwa caranya adalah dengan niat yang baik. Dengan niat yang baik, maka kebiasaan mubah berubah menjadi nilai sunnah. 

Kalam hikmah mengatakan 

بِنِيَّةٍ صَالِحَةٍ تَنْقَلِبُ العَادَةُ عِبَادَةً

dengan niat yang baik, kegiatan mubah akan bernilai menjadi ibadah (berpahala) 

Pelajaran

  1. Orientasi hidup seorang muslim adalah akhirat. Aktivitas dunianya pun dalam rangka untuk bekal akhirat.

  2. Menyibukkan diri dengan perkara yang tidak bermanfaat, adalah kesia-siaan dan tanda lemahnya iman.

  3. Mengawali pekerjaan dengan niat, adalah jalan untuk tidak melakukan perbuatan yang sia-sia

  4. Waktu adalah modal bagi seorang muslim. Maka hendaknya jangan sampai dia menjadi rugi

  5. Hal penting namun banyak orang terpeleset adalah dalam hal perkataan dan menggunakan waktu senggangnya. 



والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara