Hadits Ketiga Puluh Delapan Amal Perbuatan Tergantung Penutupnya

 

Hadits Ketiga Puluh Delapan

Amal Perbuatan Tergantung Penutupnya


عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ  السَّاعِدِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  قَالَ:  

 إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيْمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ.  وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيْمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ  رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ وَاللَّفْظُ لَهُ.    وَفِي رِوَايَةِ الْبُخَارِي زِيَادَةُ: ...وَإِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ

Dari Sahl bin Sa'ad As Sa’idy . sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda : 

“Sungguh, ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak melakukan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya. [HR. Bukhari 6493]

Makna Hadits

Hadits lengkapnya adalah sebagai berikut : Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi ﷺ  pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.”Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya. 

Selanjutnya Nabi ﷺ bersabda, “Sungguh, ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak melakukan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya. 


Manusia diciptakan hidup di dunia ini dalam rangka menjalani ujian dari Allah siapakah yang paling baik amal perbuatannya sebagaimana telah disinyalir oleh QS. Al Mulk ayat 2. Ujian itu dimulai semenjak ia mampu berpikir (usia baligh) dan berakhir ketika sudah meninggal. Sedangkan hasil akhirnya, ada yang manusia berakhir dengan baik, (husnul Khatimah) dan ada pula yang berakhir buruk (su'ul Khatimah)


Pada hadits diatas, Rasulullah ﷺ menunjukkan diantara ciri orang yang akhirnya tidak baik, adalah meninggal dalam kondisi bunuh diri, dan mati agar ingin disebut oleh manusia sebagai orang yang mati syahid, dan pembela agama Allah.  Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa nasib seseorang adalah bagaimana ia berakhir. Oleh sebab itulah maka memperhatikan sebuah akhir itu sangat penting. 


4 Jenis Manusia

Dari sabda beliau ﷺ tentang nasib akhir manusia, maka setidaknya ada empat jenis manusia jika dilihat dari hidup dan meninggalnya, dimana keempat jenis ini akan menjadikan kita mengambil pelajaran untuk menjadi bagian yang mana. 


Pertama, manusia yang buruk pangkalnya dan buruk pula ujungnya. yaitu orang-orang kafir yang hatinya telah tertutup dari kebenaran. (QS al-Baqarah [2]: 6-7). Mereka ingkar kepada Allah dan Nabi ﷺ. Contohnya Abu Lahab yang diabadikan dalam Alquran.


Kedua, manusia yang buruk pangkalnya, tapi baik ujungnya. Yaitu orang-orang yang pernah tersesat jalan hidupnya, lalu sadar dan kembali ke jalan yang benar. Contohnya sayyidina Umar Bin Khattab RA yang menjadi pembela Islam.


Ketiga, orang yang baik pangkalnya, tapi buruk ujungnya, Naudzubillah. Yaitu orang-orang saleh yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu dan rayuan setan, sehingga terjerumus dalam kekufuran. Seperti kisah “Kyai Barseso”


Keempat, orang yang baik pangkalnya dan baik pula ujungnya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Yaitu orang-orang mulia yang terlahir dalam keluarga yang taat kepada Allah SWT.  Seperti Sayyidina Abu Bakar RA, Ali bin Abi Thalib RA, para sahabat, tabi'in dan yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.

5 Hal ini menyebabkan mati Su’ul Khatimah

Hal yang terus dimintakan perlindungan kepada Allah SWT adalah meninggal dalam keadaan buruk atau suul khatimah. Bahkan permohonan ini kerap dijadikan doa wajib agar dihindari dari su'ul khatimah atau akhir kehidupan yang buruk tersebut. 

Selain memanjatkan doa terus menerus, kita juga diwanti-wanti agar tidak terjerumus melakukan Lima perbuatan ini, karena jika tidak, maka sangat dikhawatirkan akan meninggal dalam akhir yang buruk. 

Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr menjelaskan tentang lima golongan orang yang dikhawatirkan meninggal dunia dalam keadaan suul khatimah sebagai berikut:

  1. Suka Melalaikan Shalat 

Shalat adalah ibadah yang membedakan antara seorang muslim dengan kafir. Selama mukallaf, dalam kondisi apapun shalat tidak boleh ditinggalkan. Karena fungsinya yang sangat primer. Ia adalah ibadah pertama yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Rasulullah ﷺ bersabda

أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.   

Artinya: Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. (HR Ibnu Majah 1425).   

  1. Gemar Mengonsumsi Minuman Keras. 

Islam menjaga akal manusia agar tetap menjadi manusia. Minum minuman keras bisa menutupi fungsi akal sehingga Islam melarang. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits yang diriwayatkan Muslim sebagai berikut:


كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ ، وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ   

Artinya: Semua yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah haram. (HR. Muslim 2003)  

  1. Durhaka kepada Orang Tua 

Orang tua adalah penyebab wujudnya anak. Durhaka kepada kedua orang tua sangatlah tidak mulia karena menunjukkan tidak adanya rasa terimakasih atas jasa besarnya itu. Oleh sebab itu durhaka hukumnya haram dan termasuk dosa besar setelah syirik. Hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah ﷺ : 

[عن أنس بن مالك:] سُئِلَ النبيُّ ﷺ عَنِ الكَبائِرِ، قالَ: الإشْراكُ باللهِ، وعُقُوقُ الوالِدَيْنِ، وقَتْلُ النَّفْسِ، وشَهادَةُ الزُّورِ   

Artinya: Nabi ﷺ pernah ditanya tentang dosa-dosa besar. Beliau menjawab: Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh seseorang dan kesaksian palsu. (HR. Bukhari 2653)  

  1. Menyusahkan atau Menzalimi Muslim Lain 

Menzalimi orang lain memang bukan persoalan sepele. Allah sangat memperhitungkan perbuatan ini. Terlebih jika dilakukan kepada saudara muslimnya, ada banyak sekali hak yang dilanggarnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits: 

وأمّا الظلمُ الّذي لا يتركُهُ اللهُ فظُلمُ العبادِ بعضُهمْ بعضًا حتى يَدِينَ لبعضِهِمْ من بعضٍ.   

Artinya: Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya. (HR. Abu Daud 2223)   

  1. Terus Melakukan Dosa Besar dan Tidak Tobat 

Dalam menjalani hidup, seorang manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan. Sebaik-baik yang berlaku salah adalah yang kemudian bertaubat. Allah juga maha pengampun atas segala dosa hambanya. Namun apa jadinya jika ia enggan bertaubat, maka sangat dikhawatirkan dia meninggal sebelum ada kesempatan melakukannya, dan mati dalam su’ul khatimah. Naudzubillah 

Pelajaran

  1. Perjuangan besar seharusnya kita lakukan ketika kita berada di penghujung amalan. 

Al Imam Ibnul Jauzi berkata: “Seekor kuda pacu ketika sudah hampir mencapai garis finish, dia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar memperoleh kemenangan, karena itu jangan sampai kuda lebih cerdas darimu. Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya. Karena itu ketika kamu termasuk orang yang tidak baik dalam penyambutan semoga kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.” 

Hasan al Bashri mengatakan : “Perbaiki apa yang tersisa agar kesalahan yang telah lalu terampuni. Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang masih tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat Allah itu dapat diraih.” 

Abu Bakar Siddiq berdoa kepada Allah : “Ya Allah jadikan usia terbaikku ada di penghujungnya. amal terbaikku ada di penutupnya dan hari terbaikku ketika aku bertemu denganMu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah) 

  1. Hadits diatas menjelaskan sebuah amalan yang secara lahir melakukan perbuatan jihad, namun karena batinnya bertujuan bukan karena Allah, akhirnya dia masuk neraka. Oleh sebab itu, maka selain perbuatan lahir harus baik, amal batin juga jauh lebih penting untuk diperhatikan keselamatannya. 

  2. Jangan terkagum dan bangga terhadap amalan yang saat ini bisa kita kerjakan, karena masih belum tahu finish-nya. Namun bersyukurlah untuk itu sehingga Allah senantiasa menjaganya hingga akhir hayat 

  3. Memang tidak ada kepastian seseorang meninggal dalam keadaan bagaimana, namun seseorang akan meninggal sebagaimana kebiasaannya. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Nabi ﷺ dalam sabdanya : 

يموتُ كلُّ إنسانٍ على ما عاشَ عليهِ ويبعثُ على ما ماتَ عليهِ

Manusia akan meninggal dalam kondisi kebiasaannya. dan dia akan dibangkitkan sebagaimana ia meninggal (HR. Al Haitami)  

Nabi ﷺ juga bersabda


[عن أنس بن مالك:] إذا أراد اللهُ بعبدٍ خيرًا استعمله. قيل: كيف يستعملُه؟ قال: يُوفِّقُه لعملٍ صالحٍ قبل الموتِ


“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah mempekerjakannya”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana Allah akan mempekerjakannya?” Rasulullah menjawab, “Allah akan memberinya taufik untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.” [HR Imam Ahmad, 12055].

  1. Seorang pegiat amal janganlah mengandalkan amalnya dan bersandar kepadanya, karena masih belum ada kejelasan daripada akhir hayatnya. Begitu pula para pelaku maksiat janganlah berputus asa dari Allah, karena selama hidup belum berakhir maka masih ada kesempatan untuk mendapatkan rahmat Allah  

  2. Demi keselamatan seorang hamba, Rasulullah ﷺ sudah mengajarkan ketika memulai dengan niat yang baik, dan mewanti-wanti agar tidak teledor sehingga berakhir tidak baik.

  3. Hadits ini menunjukkan luasnya ilmu Allah yang maha mengetahui segala sesuatu, termasuk ending nasib seseorang, dan itu bahkan sudah diprediksi” Allah sejak ruhnya ditiupkan.

  4. Hadits ini tidak menunjukkan tentang takdir Allah yang banyak dipahami manusia sebagai “pemaksaan Allah” atas diri seorang hamba. Jadi, surga dan neraka bagi seseorang adalah pilihan (ranah ikhtiar) dari seseorang itu sendiri, bukan “paksaan takdir” dari Allah.  


والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara