Hadits Ketiga Puluh Tujuh Dzikir dan Menuntut Ilmu Syar’i

 

Hadits Ketiga Puluh Tujuh

Dzikir dan Menuntut Ilmu Syar’i


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ: 

 الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلاَّ ذِكْرَ اللهِ وَمَا وَالَاهُ أَوْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا

Diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah  bersabda: 

Dunia ini terlaknat (terjauhkan dari rahmat Allah), terlaknat semua yang ada di dalamnya` kecuali dzikir kepada Allah dan hal yang mengantarkan kepadanya, atau orang yang alim atau orang yang belajar. [HR. Ibnu Majah]

Makna Hadits

Dunia ini semuanya terlaknat, seluruh isinya terlaknat, kecuali orang yang alim, orang yang belajar (Muta'allim), atau yang dekat-dekat dengan itu (wama waalah). Kenapa terlaknat? itu ibarat kita orang Indonesia tidak tahu jika Bpk. Jokowi itu Presiden. Itu jelas “ngawur” atau kurang ajar sekali. Andaikan tidak ada pelajaran kita tidak tahu jika Allah itu tuhan kita, itu jelas ngawur sekali. Bertempat di bumiNya, makan rizkiNya, kita menikmati fasilitasNya namun tidak tahu yang memilikinya. Jadi orang tidak kenal dengan tuhannya itu buruk sekali (mal’un). Bisa kenal tuhannya dimulai dari mana? tentu dimulai dari proses belajar mengajar. Sebab itulah maka posisi ilmu itu nomor satu. Ibadah tidak akan ada, akhlak tidak akan ada jika ilmu tidak ada. Sekali ilmu ini hilang maka semuanya hilang. 


Al-Qur’an sendiri dimulai dengan kata Iqra’ yang artinya “bacalah!” yang menunjukkan posisi sebuah ilmu.   إقْرَأ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، Termasuk sifat Allah ta'ala yang dikenalkan pertama kali adalah إقْرَأ وَرَبُّكَ الأكْرَم, Al Akram artinya Yang maha pemurah, lalu melanjutkan dengan menyebutkan dengan gambaran pemurah itu : الذي علَّم Yaitu dzat yang Maha mengajarkan.

Oleh sebab itulah Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa tidak ada sedekah sebaik kalimat yang ditemukan seorang muslim, dan itu kalimat bijak. lalu diajarkan kepada muslim yang lain. dan itulah yang disebut afdholus shodaqoh.


[عن أبي هريرة:] أفضلُ الصدقةِ أنْ يتعلَّمَ المرءُ المسلمُ علمًا، ثم يعلِّمهُ أخاهُ المسلمَ

Sedekah terbaik adalah seorang Muslim yang belajar lalu mengajarkannya kepada saudara muslimnya. (HR. Ibnu Majah 243)   


Dengan demikian maka hakikat dunia bukanlah sesuatu yang buruk, manusia dan seluruh makhluk bukanlah buruk. Yang buruk adalah lalai dari Allah, sehingga hal-hal yang menyebabkan lalai dari Allah menjadi buruk. Dengan demikian, dunia yang terlaknat adalah yang lalai dari Allah, sementara dunia yang tidak lalai dari Allah adalah terpuji.  





Hadits di Atas menunjukkan pentingnya dua hal, yaitu dzikrullah dan ilmu sebagai wasilahnya. 

Dzikrullah

Dzikrullah berarti mengenal, menyembah dan selalu mengingat Allah.  

Dari penjelasan sekilas terkait makna hadits diatas, bisa disimpulkan bahwa inti dari seluruh ajaran islam bermuara pada dzikrullah. Dzikrullah adalah landasan, motivasi, isi, esensi dan sekaligus tujuan seluruh ibadah. Maka tingkat, kualitas dan juga kuantitas ibadah seseorang sangat ditentukan oleh tingkat, kualitas dan juga kualitas dzikir dan ingatnya kepada Allah. Shalat seluruhnya adalah dzikir. Puasa Ramadhan dan ibadah haji juga penuh dengan dzikir. Bahkan aktivitas apapun yang dikerjakan seseorang disitu ada lafal dzikir sebagai pendampingnya. Allah ta'ala berfirman : 

إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku. Maka beribadahlah kepada-Ku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat (dzikir kepada) Aku” [QS. Thaha: 14] 


Macam Dzikrullah

Arti dzikir adalah mengenal, menyembah dan mengingat Allah. Maka aktivitas apapun yang dimaksudkan untuk dzikrullah termasuk kategori ini. Aktivitas dengan ucapan (dzikir bil lisan), dengan berfikir (dzikir bit tafakkur), dzikir dengan kegiatan (dzikir bil arkan) dan dzikir dengan hati (dzikir bil adzhan). 


Syarat Dzikrullah

Tujuan dzikrullah adalah mengenal, menyembah dan mengingat Allah. Sementara manusia beraktivitas duniawi banyak hal, sehingga  tidak jarang manusia sering lalai dari dzikrullah. Oleh sebab itulah sebagian ulama memberikan tips atau persyaratan agar saat berdzikir bisa tetap fokus pada tujuannya. 


Abuya Muhammad al Maliki berkata : Sebenarnya, segala syarat dan adab tentang ibadah (dzikir) yang dinisbatkan kepada seseorang, bukanlah sebuah ketentuan yang wajib diikuti, karena itu hanyalah trik agar bisa sampai kepada maksud dengan cepat. Sebagaimana ahli dunia memiliki strategi untuk mendapatkan dunia, begitu pula ahli akhirat, mereka memiliki trik, syarat dan adab kepada Allah yang mereka tetapkan agar bisa cepat mendapatkan yang dimaksud. Dan masing-masing ulama memiliki cara yang berbeda, Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. [[QS. Al Isra’ : 20]], sementara untuk berdzikir, Allah sudah berfirman : 

فَٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ قِیَـٰمࣰا وَقُعُودࣰا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡۚ

Ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. [[QS. An Nisa’ : 103]]. Dari ayat ini jelas, bahwa untuk mengingat Allah (dzikir), seorang hamba yang melazimkan berdzikir kepada Allah kapanpun dan bagaimanapun pasti mendapatkan maksudnya, hanya saja jika disertai dengan syarat dan adab, akan lebih sempurna dan lebih cepat mendapatkan hasil.  Lalu apa saja syarat dan adab berdzikir?  ada banyak sekali, namun untuk syarat, yang paling pokok merujuk pada lima hal ini: (1) Tujuan (2) Perjuangan (3) Kondisi Suci (4) Menghadap Kiblat (5) Menyendiri. Sementara untuk adab dzikir juga merujuk pada 5 hal ini: (1) Perut kosong (2) Posisi “Melas” (3) Tutup mata dan telinga (4) Membawa tasbih (5) Tidak dipotong oleh sesuatu.


Penghalang Dzikrullah

Meski demikian, manusia banyak yang tetap tertarik dengan dunia. Karena dunia adalah ujian dari Allah. Allah menciptakan dunia hijau dan manis, yakni indah dipandang dan sedap dirasakan, namun itu semuanya adalah semu. 


Allah menggambarkan bagaimana manusia mencintai dunia sampai lupa akhirat, bahkan ada yang memilih dunia daripada akhirat.

وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَقَلْبِهِ

ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya [QS. Al Anfal : 24]

Seorang ulama sepuh, KH. M. Ihya Ulumiddin, menjelaskan bahwa ayat ini memberikan pengertian bahwa hati manusia terhalang dari Allah karena dunia. Orang muslimin menjadi tercebur ke dalam neraka karena lebih mencintai dunia daripada akhirat, sementara orang kafir tercebur selama-lamanya ke dalam neraka karena memilih dunia daripada akhirat.


Oleh sebab itulah, maka agar bisa fokus terhadap dzikrullah maka wasilah atau sarana yang paling kuat adalah ilmu 

Ilmu

Ilmu secara bahasa artinya mengetahui. Yakni mengetahui dan mengenal siapa tuhan yang berhak disembah. Mengetahui bagaimana cara menyembah tuhan itu secara benar. Jika ilmu tidak ada, maka manusia tidak akan tahu siapa tuhannya, terlebih bagaimana cara menyembah kepadaNya. Oleh karena fungsi inilah maka posisi ilmu sangat penting sekali. Segala hal yang terkait dengan ilmu maka menjadi mulia. Guru wajib dihormati karena orang yang menjelaskan ilmu. Kitab, buku, Pulpen, meja juga wajib dimuliakan karena itu semua sebagai perantara dari pada ilmu. Tentang kemuliaan ilmu tentu sangat banyak sekali, yang tidak cukup untuk dituangkan dalam artikel singkat ini. 


Pembagian Ilmu

Ilmu yang dimaksud disini bukan sembarang ilmu, sehingga mendapatkan keutamaan. Namun yang dimaksud disini adalah ilmu yang mengantarkan kepada dzikrullah ta'ala.


Rasulullah ﷺ telah memberikan klasifikasi melalui sabdanya :

العلم ثلاتة، وما سوى ذلك فهو فضل: آية محكمة، أو سنة قائمة، أو فريضة عادلة (أبو داود)

“Ilmu ada tiga, selain itu berarti lebihan: Ayat Muhakkamah, Sunnah yang tegak, dan Faridlah yang adil”


Bahwa ilmu yang pokok ada tiga, selain tiga tersebut berarti lebihan, atau Fadhl. Tiga ilmu tersebut adalah Al-Quran, Hadits dan Faraid. Ada dua pengertian Faraidh di sini, pertama adalah ilmu waris dan yang kedua adalah ilmu yang menjelaskan tentang kewajiban-kewajiban seseorang. Sementara kata Fadhl ada yang bentuk jamaknya Fadhail, artinya keutamaan, ada pula yang bentuk jamaknya fudhul, artinya cairan kotor manusia, seperti ingus dan lain-lain.


Dengan demikian maka selain tiga ilmu pokok tersebut ada dua kemungkinan, yakni ilmu positif dan ilmu negatif. Kategori positif atau negatifnya adalah seberapa besar ia menjadi media bertaqwa kepada Allah, jika dengan ilmunya ia bisa menambah ketaqwaan, baik itu berupa ilmu Matematika, Fisika ataupun yang lain, maka ia adalah ilmu positif. Sementara jika ilmunya justru menjauhkan seseorang dari Allah dan bertaqwa kepadaNya, maka jelas ia adalah ilmu negatif, posisinya seperti ingus yang menjijikan setiap orang yang melihat. Contohnya seperti ilmu kapitalisme dan liberalisme yang justru mengajak manusia lalai dari Dzikrullah


Selain itu, positif negatif sebuah ilmu juga bisa ditentukan oleh usernya, yakni sangat subyektif. Jika pemiliknya bisa menjadikannya sebagai alat untuk menuju taqwa kepada Allah, maka ilmu apapun menjadi positif baginya. Oleh sebab itulah maka ketika dunia berada di tangan orang alim dan shaleh, maka akan muncul maslahat. 


والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara