Hadits Ketiga Puluh Enam : Tipu Daya

Hadits Ketiga Puluh Enam

Larangan Mengelabui Dan Menipu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: 

 مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda : (Barang siapa yang menipu, maka dia bukanlah dari golongan kami). [HR. Tirmidzi]

Pengertian Hadits

Islam agama yang mengatur semua aspek kehidupan, baik yang berhubungan antara hamba dengan tuhannya yang disebut dengan ibadat, juga pergaulan yang berhubungan dengan sesama manusia, yang disebut dengan muamalat. Allah menciptakan manusia dengan sifatnya yang butuh dengan orang lain. oleh sebab itu, dalam konsep muamalat islam mengatur hubungan itu dengan konsep ta'awun alias dilandasi dengan asas tolong menolong sehingga kebutuhan satu sama lain terpenuhi. Namun demikian, karena manusia juga diciptakan dengan kondisinya yang disertai dengan nafsu yang terus mendorong pada perbuatan yang tidak baik, maka Islam mengatur adanya hak dan kewajiban, serta perintah untuk setia terhadap aturan tersebut. Islam juga melarang pengambilan hak orang lain tanpa izin, sehingga islam melarang segala praktik yang berhubungan dengan itu, diantaranya adalah penipuan. Perbuatan menipu merupakan salah satu tindakan yang merusak hubungan antar manusia. Perbuatan ini bisa mengakibatkan hilangnya rasa saling mempercayai antara satu sama lain, asas taawun hilang dan berujung berpecah belah. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi diatas, Rasulullah ﷺ melarang segala praktik penipuan yang pada hadits tersebut terjadi dalam kasus jual beli. Hadits potongan tersebut lengkapnya adalah sebagai berikut :

وفي روايةٍ لَه أنَّ رَسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مرَّ عَلى صُبْرَةِ طَعامٍ ، فَأدْخَلَ يدهُ فيها ، فَنالَتْ أصَابِعُهُ بَلَلاً ، فَقَالَ : مَا هَذَا يا صَاحِبَ الطَّعَامِ ؟ » قَالَ أصَابتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّه قَالَ: « أفَلا جَعلْتَه فَوْقَ الطَّعَامِ حَتِّى يَراهُ النَّاس ، مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا » 

Dalam riwayat lain dari Imam Muslim disebutkan bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berjalan melalui penjual setumpuk bahan makan, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam memasukkan tangannya ke dalam makanan itu, kemudian jari-jarinya terkena basah. Beliau lalu bersabda: “Apakah ini, hai pemilik makanan.” Pemiliknya itu menjawab: “Itu tadi terkena air hujan, ya Rasulullah.” Beliau bersabda lagi: “Mengapa yang terkena air itu tidak engkau letakkan di bagian atas makanan ini, sehingga orang-orang dapat mengetahuinya. Barangsiapa yang mengelabui atau menipu, maka ia bukanlah termasuk golongan kami.
Pada hadits di atas, beliau ﷺ dengan tegas menyebut tindakan itu dengan kata : ليس منا yang arti tekstualnya adalah bukan bagian dari Kami" dimana hal itu "menunjukkan betapa kerasnya larangan tersebut.
Seputar makna ليس منا Imam Nawawi telah memberikan pedoman cara memahami istilah tersebut. Beliau mengatakan :

 وَمَعْنَاهُ عِنْد أَهْل الْعِلْم أَنَّهُ لَيْسَ مِمَّنْ اِهْتَدَى بِهَدْيِنَا وَاقْتَدَى بِعِلْمِنَا وَعَمَلِنَا وَحُسْنِ طَرِيقَتِنَا ، كَمَا يَقُول الرَّجُل لِوَلَدِهِ إِذَا لَمْ يَرْضَ فِعْلَهُ : لَسْت مِنِّي ، وَهَكَذَا الْقَوْل فِي كُلّ الْأَحَادِيث الْوَارِدَة بِنَحْوِ هَذَا الْقَوْل ، كَقَوْلِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا

Menurut ahli ilmu, artinya adalah: “bukan termasuk orang yang mengambil petunjuk dari kami, bukan orang yang mengikuti ilmu, amaliah dan jalan kami” Beliau menambahkan, "hal itu sama dengan ketika orang tua berkata kepada anaknya saat mendapati si anak melakukan sesuatu yang tidak direstui : “Kamu bukan anakku”. itulah pedoman dalam memberikan makna terkait dengan hadits tersebut juga yang senada. Hadits tersebut bukan klaim mengeluarkan seseorang dari daftar agama Islam. 

Efek Negatif Dari Menipu

Islam tidak melarang sebuah perbuatan melainkan karena didalamnya terdapat hal-hal negatif yang merugikan siapapun. Oleh sebab itulah selain melarang, Allah juga mengancam dengan banyak ancaman agar manusia tidak melakukan hal itu. Diantara dampak negatifnya yang merugikan adalah : 

Dosanya Nyata

Allah Ta’ala berfirman: 

والذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتاناً وإثماً مبيناً

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang beriman, lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu yang mereka perbuat, maka orang-orang yang menyakiti itu benar-benar telah menanggung kedustaan dan dosa yang nyata.” (al-Ahzab: 58)

Seorang muslim yang percaya Allah dan hari akhir, (yang tentu dengan seluruh kejadian di akhirat seperti adanya hisab, shirat, surga dan neraka), tidak akan pernah menganggap kecil urusan dosa, karena dosa tempatnya bukan di surga. Sekalipun itu dosa kecil tidak akan bisa masuk kecuali jika telah dibersihkan. Sementara ayat ini menunjukkan bahwa perbuatan menipu ini termasuk dosa yang besar, karena terkait dengan pengambilan hak orang lain. Tentu dosa ini sedikit lebih sulit untuk dibersihkan kecuali jika orang yang diambil haknya sudah memaafkan. 

Sebagai seorang muslim yang percaya terhadap Allah dan hari akhir, ketika hanya dengan mendengar kata "ini dosa", tentu di hatinya akan ada rasa jera untuk melakukan perbuatan itu. 

Menipu Menjauhkan Dari Keberkahan

Ada lima hal yang nanti pasti ditanyakan Allah kepada setiap manusia. Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana didapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416)

Pada Hadits tersebut Rasulullah ﷺ mengabarkan kepada kita bahwasanya, kelak di hari kiamat setiap Bani Adam (manusia) akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai 5 (lima) perkara, diantaranya adalah tentang: Umurnya, Masa mudanya, Hartanya (dari mana didapatkan), Hartanya (dalam hal apa ia belanjakan) dan Ilmu yang dimilikinya. 

Dari lima pertanyaan itu kita mendapatkan bahwa untuk urusan harta ada dua pertanyaan, bukan hanya satu, yakni dapat dari mana, dan digunakan untuk apa. Oleh sebab itu orang yang ketika di dunia harta yang dimiliki sudah dicabut keberkahannya akan sangat rugi. Karena hartanya sudah tidak berkah, dan kelak masih dimintai pertanggungjawaban. 

Kita lihat sekarang para pelaku bisnis berlaku tidak jujur, seringnya akal-akalan atau melakukan pengelabuan/ penipuan demi meraup untung yang banyak. Padahal kejujuran dapat meraih berkah, sedangkan menipu menjauhkan dari keberkahan pada harta.

Tidak Dipercaya Orang

Dampak negatif lainnya dari perbuatan menipu adalah ia tidak dipercaya orang lain. Ini merupakan dampak yang sangat merugikan bagi setiap orang. Ketika manusia hidup membutuhkan bantuan orang lain, ia justru tidak dipercaya oleh mereka. Ketika ia menjalankan urusan bisnis, justru ia membunuh bisnisnya. Ketika ia akan mencalonkan diri untuk urusan amanat (misalkan daftarkan dirinya jadi pejabat), ia tidak akan terpilih. Dan itu terjadi dalam semua sisi kehidupan. Tidak dipercaya orang lain sangat menyusahkan diri. 

Masih ingatkah bagaimana Rasulullah ﷺ ketika masih muda, Beliau sukses dan gemilang menjalankan urusan bisnis milik Siti Khadijah? Karena beliau sangat dipercayai orang lain. Beliau mendapatkan julukan Al Amin. Masih ingatkah tatkala masyarakat Arab berebut ingin meletakkan Hajar Aswad ketika ada kegiatan renovasi Ka'bah, hingga mereka hampir saling membunuh? Lalu pada akhirnya muncul sosok Nabi Muhammad yang kemudian mereka merasa puas jika beliau yang meletakkan Hajar itu. Itulah beliau Al Amin. Kawan dan lawannya sangat mempercayai beliau. 

Tidak Boleh menggunakan sumpah

Dari tidak baiknya perbuatan menipu dan mengambil hak orang lain, Allah memberikan dosa tambahan jika menggunakan sumpah dengan nama Allah sebagai alat untuk meloloskan akal bulusnya. Allah berfirman : 

وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اَيْمَانَكُمْ دَخَلًا ۢ بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌۢ بَعْدَ ثُبُوْتِهَا وَتَذُوْقُوا السُّوْۤءَ بِمَا صَدَدْتُّمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚوَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kaki(mu) tergelincir setelah tegaknya (kukuh), dan kamu akan merasakan keburukan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kamu akan mendapat azab yang besar. [QS An-Nahl: 94]

Ayat ini memiliki arti, kamu jangan berkhianat dengan menjadikan sumpahmu sebagai alat penipu di antara kamu, yang menyebabkan kakimu tergelincir dan terjatuh setelah tegak dan mantapnya di jalan yang benar. Kamu akan terus merasakan keburukan di dunia karena dengan berkhianat maka kepercayaan kepadamu akan hilang. Bila hal itu terjadi maka kamu telah menghalangi siapapun, baik dirimu sendiri maupun orang lain dari jalan Allah, dan akibat dari perbuatan itu kamu akan mendapat azab yang besar di akhirat jika kamu tidak bertobat kepada Allah.

Masih banyak lagi dampak negatif dari perbuatan menipu dan juga mengambil hak orang lain. Semoga kita diselamatkan Allah darinya. Dan diberikan keberkahan Rizki ilmu serta harta benda, yang hidup di dunia ini senantiasa bisa memberikan manfaat kepada orang lain, bukan sebaliknya. Yang keberadaan kita akan membuat orang lain tersenyum dan bahagia. Aamiin ya rabbal Alamin. 

والله يتولى الجميع برعايته



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara