Hadits Ketiga Puluh Dua : Teman yang Baik dan Teman yang Buruk

Hadits Ketiga Puluh Dua

Teman yang Baik dan Teman yang Buruk

عَنْ أَبِي مُوْسَى اْلأَشْعَرِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ:
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ, فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً. وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً

Diriwayatkan dari Abi Musa al Asy’ari dari Rasulullah ﷺ , beliau bersabda :

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pande besi. Penjual minyak wangi ada kalanya memberikan sedikit minyak wanginya kepadamu, atau bisa jadi kamu membeli minyak wangi darinya, atau (paling tidak) kamu mencium harum wangi darinya. Sedangkan seorang pande besi ada kalanya ia bisa membuat bajumu terbakar atau kamu mendapatkan bau tidak sedap darinya” (HR. Bukhari 2101)

*****

MAKNA HADITS

  1. Al Jalis artinya teman duduk. Maksudnya adalah orang yang selalu berada di dekatnya dan berkomunikasi. atau orang yang diidolakan olehnya. yang selanjutnya kita istilahkan dengan sebutan teman, kawan dan sahabat. Hadits ini menjelaskan bahwa teman akan memberikan dampak dan bisa mewarnai, sedikit atau banyak. Jika temannya baik, maka ia akan menjadi baik, begitu pula sebaliknya. Hadits ini menunjukkan pentingnya memiliki teman yang baik. Karena dampaknya tersebut. Hadits ini juga menunjukkan larangan duduk dengan seseorang yang duduk bersamanya bisa membahayakan agama atau dunianya.
  2. Hadits di atas juga mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. (1) Kita akan menjadi baik atau (2) Minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita.
  3. Kanjeng Nabi ﷺ memberikan permisalan pertemanan dengan dua contoh (yakni penjual minyak wangi dan seorang pandai besi). Artinya bergaul bersama dengan teman yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan memberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya, engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum minyak wangi tersebut. Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi. Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memberimu nasihat. Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Di juga senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi sebaliknya.
  4. Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih. Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatan buruk dan maksiat. Teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan. Dia juga akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak, dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaan dan doanya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada. Dia juga akan membantu menghilangkan kesulitanmu karena persahabatannya denganmu dan kecintaan kepadamu. (Bahjatu Quluubil Abrar, 148)
  5. Imam Idris As Syafi'i mengklaim bahwa jika kamu ingin mengetahui karakter asli seseorang, maka cukup lihat temannya. Dalam bentuk Nadhom, beliau menyebutkan :
عن المرء لا تسأل وسل عن قرينه فكل قرين بالمقارن يقتدي

Artinya: Tentang seseorang jangan tanya (siapa ia), tapi tanyalah siapa temannya, maka setiap teman akan mengikuti kepada orang yang ia temani.

  • Rasulullah ﷺ menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu beliau ﷺ memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud 4833 dan Tirmidzi 2378)

  • Seorang anak akan menjadi seperti apa tergantung dari orang tua mendidiknya, karena orang tuanya lah yang menemaninya sewaktu kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Rasulullah ﷺ bersabda: 

[عن أبي هريرة:] كلُّ مولودٍ يولَدُ على الفطرةِ فأبواه يُهوِّدانِه ويُنصِّرانِه ويُمجِّسانِه

“Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Ibnu Hibban 172)


TIPS BAGI ORANG TUA UNTUK PENDIDIKAN ANAKNYA


  1. Hendaknya Orang tua mendaftarkan anaknya pada lembaga yang baik, dari sisi lingkungan, kurikulum, sistem peraturan dan terlebih para guru yang ada dibalik semua itu. Sehingga mereka menerima pendidikan yang baik, tidak menyimpang, dan tidak menyaksikan hal yang tidak baik. Kesalahan orang tua dalam meng-amanah-kan anak pada lembaga yang tidak baik berakibat orang tua sendiri yang merugi, selanjutnya adalah generasi.

  2. Standar baik ini tentu barometernya adalah agama, bukan viralitas.   

  3. Orang tua mengizinkan anaknya untuk membaca buku-buku cerita yang isinya baik, media televisi yang baik, dan mengajarinya menggunakan gadget secara baik. Apa yang anak baca, yang ia lihat dan ia pahami akan menentukan akhlaknya. 

  4. Hendaknya orang tua tidak membiarkan anaknya berteman tanpa kendali, membiarkannya berteman dengan siapa pun, bermain dan bermuamalah dengan kawan-kawan yang tidak baik. Anak yang terdidik baik oleh orang tua, masih berpotensi dirusak oleh kawannya. Anak berkata jorok dan kalimat yang tidak pantas tidaklah dia dapatkan dari orang tuanya, melainkan lantaran teman yang bermain dengannya.   

  5. Tidaklah cukup hanya menitipkan anaknya pada lembaga formal yang baik. Orang tua sangat perlu untuk menitipkannya pada TPQ dan sejenisnya, karena itu bisa membuat anak bercita-cita untuk kebaikan agamanya. 

  6. Orang tua mengajak anak ikut terlibat dalam kegiatan beribadah, baik di masjid, mushalla atau bahkan di pondok pesantren. Mumpung masih kecil, sehingga ketika beranjak dewasa ia tidak segan dan canggung lagi menjalankan ibadah.     

STANDAR SEORANG TEMAN

صديقُك من صدَقَك لا من صدَّقك

Orang mengira bahwa sahabat sejati adalah orang yang selalu sependapat dengannya, dan menegurnya dalam segala hal adalah salah. Padahal sebaliknya, sahabat sejati adalah orang yang jujur ​​kepada Anda, yang menguatkan, yang mendampingi Anda dalam kesulitan, tetapi di pada saat yang sama ia mengoreksi ketika Anda melakukan kesalahan, dan mengingatkan pada tempat-tempat kesalahan yang mungkin membuat Anda jatuh. Bukan orang yang memuji khayalan Anda, karena takut akan kemarahan Anda. 


Dari sinilah kita sangat memerlukan sosok guru yang murobbi, yang bukan hanya mengajarkan ilmu, namun juga mengajarkan etika, mengajarkan keselamatan hati, memantau dan membimbing kita agar bisa mendapatkan ridha Allah. 


Hadits ini juga menunjukkan keutamaan bau wangi sehingga menjadi ibarat bagi seorang teman yang baik yang akan membuat harum namanya. Bau wangi menjadikan manusia dan malaikat rahmat senang. Bau busuk adalah sebaliknya. 

SIFAT TEMAN YANG BAIK

Ibnu Qudamah Al Maqdisi ra berkata :

وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال : أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا

“Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : Orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36)


Kemudian beliau menjelaskan : “Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang memahami segala sesuatu sesuai dengan hakikatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang lain. Teman yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya. Sedangkan orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan berteman dengan ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan bid’ahnya. (Mukhtashar Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)


والله يتولى الجميع برعايته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara