HADIST KE DUA PULUH SATU Dosa akibat menceritakan semua yang didengar

 

HADITS KE DUA PULUH SATU 

Dosa akibat menceritakan semua yang didengar


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Dari Abu Hurairah Ra.bahwa Nabi bersabda :

(Cukuplah berdosa seseorang yang menceritakan semua apa yang di dengarnya). HR. Abu Daud 4984

Makna Hadits

Selain hati, salah satu bagian dari jasad manusia yang bisa menentukan nasib seseorang adalah lisan. Lisan adalah alat untuk menuangkan isi hati. Jika lisan digunakan untuk kebaikan, maka jasad akan selamat, seperti mengucapkan kalimat syahadat yang bisa menyelmatkannya dari keabadian di Neraka. Sebaliknya jika lisan tidak terjaga maka akan bernasib kehilangan nyawanya.

Diantara tanda tidak menjaga lisan adalah menceritakan semua informasi yang didapatkan tanpa proses seleksi terlebih dahulu, sementara tidak semua informasi pasti benar.

Imam Nawawi menjelaskan: Karena sesungguhnya seseorang biasanya mendengar berita yang benar maupun yang dusta, maka jika ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar, berarti telah berdusta, disebabkan mengkabarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan/keadaan yang sebenarnya. Sedangkan definisi dusta adalah mengkabarkan tentang sesuatu yang menyelisihi kenyataan/keadaan yang sebenarnya, dan (untuk disebut dusta) tidak disyaratkan harus unsur kesengajaan berdusta“.

Pentingnya Menjaga Lisan dan Tulisan

1. Semua perbuatan akan diminta tanggungjawab di hadapan Allah, termasuk ucapan

Allah Ta'ala berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab1

2. Rasulullah tidak suka pada “Katanya- Katanya”

عن المغيرة بن شعبة:] إنَّ اللَّهَ حَرَّمَ علَيْكُم: عُقُوقَ الأُمَّهاتِ، ووَأْدَ البَناتِ، ومَنَعَ وهاتِ، وكَرِهَ لَكُمْ قيلَ وقالَ، وكَثْرَةَ السُّؤالِ، وإضاعَةَ المالِ.

Dari Al Mughirah bin Syu’bah ra, dari Rasulullah beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhala kepada ibu, mengubur anak hidup-hidup, suka menuntut haknya semntara hak orang lain diabaikan, mengatakan katanya-katanya, terlalu banyak meminta dan menyia-nyiakan harta”2

Alhafidz ibnu Hajar berkata: Tentang arti “katanya-katanya”, Imam Atthabari menjelaskan hadots di atas setidaknya memiliki tiga makna: (1) Tidak baiknya banyak berbicara, karena hal itu bisa mendatangkan ucapan yang salah (2) Tidak baiknya sering menceritakan komentar orang lain, sehingga menyebabkan orang yang diceritakan tidak suka dan menjadi tersulut fitnah (3) tidak baiknya menceritakan perbedaan pendapat dalam urusan agama. Namun semua hukum tidak baik tersebut dengan catatan jika isi beritanya belum jelas kebenarannya.

قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ لأَبِى مَسْعُودٍ مَا سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ فِى « زَعَمُوا ». قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا ».

Abu Abdillah yaitu Hudzaifah bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “Apa yang pernah kau dengar dari Rasulullah tentang katanya?”. Ibnu Mas’ud berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sejelek-jelek kendaraan yang ditunggangi seseorang adalah katanya, katanya3

3. "Ajining diri ana ing lathi"

Sebuah peribahasa Jawa mengatakan, yang artinya, harga diri, nilai dan martabat seseorang tergantung dari ucapannya. (dan juga tulisannya)

Peribahasa di atas tentunya sangat selaras dengan ajaran Islam bahwa kita sebagai orang yang beriman harus senantiasa menjaga lisan dan tulisan kita. Jangan sampai kita mengucapkan sesuatu yang merugikan diri sendiri maupun orang lain misalnya bohong dan fitnah.

Di era IT seperti sekarang ini, menjaga lisan dan tulisan sangatlah penting. Sebab, saat ini kita sudah biasa berbicara dengan jari melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan yang lainnya. Banyak kasus orang dipenjara bahkan terbunuh gara-gara informasi yang tidak bisa dikendalikan, sehingga banyak korban hoax yang berujung kerugia banyak fihak.

Dalam sebuah Kalam Hikmah dikatakan, "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan,"

Menurut para ulama, lisan seseorang bisa lebih tajam daripada pedang karena jika sudah menyayat hati seseorang, lukanya bisa terasa sepanjang hidupnya.

4. Tidak Boros Bicara pertanda ia orang cerdas

Syaikh Burhanuddin al Islam al Zarnuji memberikan petuah sekaligus gambaran pentingnya menjaga lisan dalam Nadhaman yang populer dengan sebutan ALALA.

اِذَا تَــــــمَّ عَقْلُ الْمَرْءِ قَلَّ كَلاَمُهُ ۞ وَاَيْقِنْ بِحُمْقِ الْمَرْءِ اِنْ كَانَ مُكْثِرًا

NALIKO SEMPURNO AKALE KIDIK GUNEME # LAN NYATAKNO KUMPRUNGE WONG YEN AKEH GUNEME

(bila akal seseorang telah sempurna (cerdas), maka sedikitlah bicaranya, dan yakinlah akan bodohnya orang yang banyak bicara)

5. Lisanmu adalah nyawamu

يَمُوْتُ الفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِنْ لِّسَـــــانِهِ ۞ وَلَيسَ يَمُوتُ الْمَرْءِ مِنْ عَثْرَةِ الرِّجْلِ

MATINE WONG ANOM SEBAB KEPLESET LISANE # ORA KOK MATINE SEBAB KEPLESET SIKILE

(seorang pemuda akan mati karena terpeleset lisannya, tidaklah akan mati seseorang karena terpeleset kakinya).

فَعَثْرَتُهُ مِنْ فِيْــــهِ تَرْمِىْ بِرَأْسِـهِ ۞ وَعَثْرَتُهُ بِالرِّجْلِ تَبْرَى عَلَى الْمَهْلِ

DENE MLESETE LISAN NEKAKKE BALANG ENDAS   #   DENE MLESETE SIKIL SUWE SUWE BISO WARAS

(karena terpelesetnya mulut bisa melenyapkan kepalanya, sementara terpelesetnya kaki lama-lama akan sembuh)

6. Jika Surga harganya, 100, maka 50 ada pada menjaga lisan

Rasulullah bersabda :

مَن يَضْمَن لي ما بيْنَ لَحْيَيْهِ وما بيْنَ رِجْلَيْهِ أضْمَن له الجَنَّةَ.

Dari Sahl bin Saad, Siapa yang bisa menjamin bisa menjaga lisan yang ada di antara dua tulang rahangnya dan kemaluan yang ada di antara kedua kakinya maka aku jamin dia akan masuk surga4

7. Berdusta adalah karakter Dajjal

Abi Ihya’ menulis dalam salah satu buku Taushiah Syahriahnya, bahwa Dajjal disebut Dajjal karena kebohongannya, dan lihainya dalam mengelola kebohongan. Dan Beliau juga menyebut, bahwa sebelum Dajjal besar muncul, akan didahului oleh Dajajilah (Dajjal – dajjal kecil) yang memiliki sifat sama dengan Dajjal besar

Tips Agar Tidak Terpeleset lisan

1. Pesan Rasulullah

Rasulullah memberikan tips agar selamat dari dosa akibat lisan ini dengan memberikan dua pilihan, “berkatalah yang baik atau diam”5

2. Pesan Imam Ghazali

Disarikan dari kitab populernya, Ihya Ulumiddin, beliau memeberikan beberapa saran agar tidak mudah terpelesat lidah. Semua langkah itu pada hakikatnya merupakan upaya pengemdalian diri untuk mengatur pergerakan lidah dengan baik. (1) jauhi perbincangan yang tak penting atau sekadar hura-hura (2) Hindari boros berbicara (3) jangan sampai lidah terpancing dengan obrolan-obrolan yang berkaitan dengan perkara batil. (4) Jangan berdebat berlebihan (5) jauhkan sebisa mungkin perkataan yang di dalamnya terkandung unsur permusuhan, kedengkian, menyakitkan, serta menjatuhkan harga diri orang lain.

3. Pesan Abi Ihya’

Abi Ihya sering mengatakan, setiap anggota tubuh memiliki amalan tersendiri, dan amalnya lisan ada berkata. Andai setiap orang sadar bahwa berbicara adalah amal lisan, maka itu sudah cukup untuk menahan dari setiap ucapannya.

Abi Ihya juga sering menyampaikan bahwa, semua ucapan kita di awasi oleh Malaikat katabah (pencatat) yang memiliki sifat Raqib (senantiasa mengawasi siang dan malam tidak lepas dari manusia) dan Atid (senantiasa hadir, tidak mungkin absen atau mewakilkan tugas kepada yang lain). Beliau menyitir sebuah ayat

مَّا یَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَیۡهِ رَقِیبٌ عَتِیدࣱ

"Tidakkah seseorang mengucapkan kata-kata kecuali di situ ada Raqib dan Atid (yang mencatatnya).6

4. Mengikuti SOP Logika

Jika mendapatkan informasi, maka saring terlebih dahulu, jika salah, maka jangan disebarkan, jika benar, maka saring lagi, jika ada manfaatnya, maka share, jika tidak ada, simpan!

5. Menjaga Lisan dengan Membiasakan Wirid

    Memperbanyak membaca Al – Quran karena itu akan mencerahkan hati-hati yang gelap karena dosa, dan Memperbanyak dzikir supaya hati menjadi tenang. Ketika lisan sudah disibukkan dengan kebiasaan tersebut, maka Allah akan memudahkannya mengendalikan lisannya.


Kita bermohon kepada Allah agar senantiasa memberikan taufiq kepada kita agar bisa selalu menjaga lisan sehingga mendapatkan ridhanya. Amiin


والله يتولى الجميع برعايته

1QS al Isra:36

2HR Bukhari 2408

3HR Abu Daud no 4972

4HR Bukhari no 6109

5HR. Ahmad 6621

6QS. Qaf : 18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara