Hadits Keempat belasMencari Berkah dalam Harta Benda

Hadits Keempat belas
Mencari Berkah dalam Harta Benda




عَنْ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ وَعُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ حَكِيْمَ بْنَ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي, ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ لِيْ:
يَا حَكِيْمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُوْرِكَ لَهُ فِيْهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيْهِ وكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

Dari Said bin Musayyib dan Urwah bin Zuber. Sesungguhnya Hakim bin Hizam ra. berkata: Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah ﷺ dan beliau pun memberiku. Kemudian aku meminta kepadanya lagi dan beliau pun memberiku. Lalu berliau bersabda :

(Wahai Hakim, sesungguhnya harta benda ini hijau dan manis. Maka barang siapa mengambilnya dengan jiwa yang menerima, ia pasti mendapatkan berkah di dalamnya. Barang siapa mengambilnya dengan jiwa yang rakus maka ia tidak akan pernah memperoleh berkah di dalamnya. Dan ia menjadi seperti seorang yang makan tetapi tidak merasa kenyang, tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah). HR. Imam Bukhari 3143

Penjelasan Singkat Hadits: 

Sesungguhnya harta benda ini hijau dan manis

  1. Kata hijau berarti : (1) Disukai setiap orang, seperti mata yang sendang melihat tumbuhan yang hijau (2) Cepat sirna, karena hijau adalah warna yang paling cepat pudar. 

  2. Kata manis berarti enak dan disukai setiap orang, sebagaimana orang tidak menyukai rasa pahit. 

  3. Oleh karena mais dan hijau, tak ayal harta benda dijadikan alat oleh setan untuk menjerumuskan manusia berpaling dari Allah.

  4. Sehingga orang kafir memilih dunih dunia dari pada Akhirat, sementara orang muslim terbagi menjadi tiga : (1) Lebih cinta harta dunia dari pada akhirat, sehingga berimbas takut kematian. Inilah yang disebut dengan penyakit wahn. Banyak Ulama su’ yang menjadi peserta di golongan ini (2) Membenci dunia secara berlebihan dan berupaya menjauhkan orang lain agar tidak terjerumus fitnah dunia. Golongan ini menganggap bahwa harta adalah racun, bangkai dan semacamnya, juga mengecam umaro dan ulama’ yang terlalu menggandrungi (3) Pertengahan, yakni tidak mencintai dan membenci harta secara dzatnya, namun ia lebih lihai dengan menjadikan harta dunia sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan akhirat (Mazro’atul Akhirah). Golongan ke tiga ini menganggap bahwa seorang Muslim haruslah kaya, agar sektor ekonomi dunia dikuasai oleh Islam. Dengan kekuatan ekonomi, Syariat Islam akan lebih mudah dijalankan dan kakimat Allah ditnggikan. Martabat kaum muslimin tidak terinjak-injak.


Maka barang siapa mengambilnya dengan jiwa yang menerima, ia pasti mendapatkan berkah di dalamnya.

  1. Jiwa yang menerima (Qana’ah) berarti : (1) Mengambil harta tanpa melupakan Allah yang memberi harta. (2) Tidak mencintai dunia karena kebendaannya, melainkan ia hanya sebatas alat untuk bisa bertaqarrub kepada Allah. (3) Tidak melupakan hak-hak yang berkaiatan dengan kewajiban harta, seperi zakat, Sekedah, Haji dan konsekuensi lainnya (4) Tidak mengambil secara lebih dari cukup. 

  2. Jiwa menerima akan menjadikan pemiliknya tidak pelit, tidak berniat untuk memperkaya diri, namun jiwa aitu akan membuat seseorang menjadi dermawan dan senang membantu orang lain. 

  3. Orang yang memiliki hati menerima (Qanaah) adalah orang yang beruntung, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

 قَدْ أَفْلَحَ مَن أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بما آتاهُ

Sungguh beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah berikan kepadanya 

  1. Orang yang dermawan hidupnya akan indah, tenang dan disukai orang lain, bahkan oleh hewan

  2. Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan Surga, dekat dengan manusia dan jauh dari Neraka.  

  3. Orang bodoh dermawan lebih dicintai Allah dari pada orang ahli Ibadah namun kikir

  4. Berkah adalah ziyadatul Khoir wadawamuhu, yakni harta itu menjadi pemicu pemiliknya melakukan banyak kebaikan dan kebaikan itu bertahan secara lama. Semakin banyak harta yang dimiliki maka semakin banyak pula kebaikan yang ia kerjakan. 

  5. Keberkahan ukurannya adalah banyaknya kebaikan yang bisa muncul dan lamanya bertahan sebab harta itu, sekalipun harta itu sedikit, karena bukan diukur oleh kuantiatasnya. 

Barang siapa mengambilnya dengan jiwa yang rakus maka ia tidak akan pernah memperoleh berkah di dalamnya. Dan ia menjadi seperti seorang yang makan tetapi tidak merasa kenyang

  1. Jiwa rakus yakni serakah, tamak, loba, angkara dan kemaruk. Tandanya : (1) Mengambil harta tanpa ingat Allah sebagai yang telah memberinya. (2) Mencintai dunia karena kebendaannya, sehingga (3) Melupakan hak-hak yang berkaiatan dengan kewajiban harta, seperi zakat, Sekedah, Haji dan konsekuensi lainnya (4) Tidak akan merasa cukup, ibarat oarng makan yang tidak pernah merasa kenyang dampai akhirnya mati kekenyangan (5) Lebih senang menjadi orang pelit sekalipun dibenci orang lain dari pada harus berbagi kekayaan. 

  2. Orang yang mengambil harta dengan jiwa yang rakus maka hartanya menjadi tidak berkah. 

  3. Orang rakus hidupnya menjadi tidak tenang dan dibenci orang lain, bahkan oleh hewan

  4. Orang pelit jauh dari Allah, jauh dari Surga dan jauh dari manusia, dekat dengan dengan neraka

  5. Harta tidak berkah berarti harta yang dimilikinya tidak menjadikan pemiliknya bisa melakukan kebaikan, justru banyak perbuatan tercela dan maksiat muncul disebabkan oleh harta itu. 

  6. Keberkahan dan tidaknya harta bukan diukur oleh seberapa banyak harta itu, namun ditentukan oleh cara memperolehnya, dengan jiwa menerima ataukah dengan jiwa yang rakus. 

  7. Sehingga ada empat macam harta, yakni : (1) Sedikit dan berkah (2) Banyak dan berkah (3) Sedikit tidak berkah, dan (4) banyak tidak berkah. Maka upayakanlah untuk menjadi yang ke dua atau yang pertama, dan jangan sampai terjebak menjadi yang ke tiga apalagi yang ke empat. 

  8. Harta yang tidak berkah justru akan menyebabkan kerugian pemiliknya, baik rugi di dunia maupun akhirat. Karena setiap harta yang dimiliki, akan dihisab dan ditanyakan dari mana ia mendapatkan dan untuk apa ia pergunakan. Jika halalnya saja di hisab, apalagi harta haram.   

Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah

  1. Orang yang memberi lebih baik dari pada yang menerima

  2. Orang yang kekurangan, namun mampu menahan diri dari meminta-minta lebih baik dari pada orang yang tidak mampu menahan dan akhirnya minta-minta

  3. Dianjurkan kepada setiap orang untuk senantiasa berbagi

  4. Pahala yang didapatkan seseorang Ketika memberi tidak diukur dengan besaran pemberian, namun diukur dengan usaha seseorang. Contohnya seseorang yang hanya meliliki uang 10 ribu lalu ia sedekahkan semuanya maka ia catat memberi 100%, sementara seseorang yang memiliki uang 1.000.000 lalu ia sedekahkan sebesar 100.000, makai a dicatat memberi sebesar 10%. Inilah yang disebut sebagai 10 ribu bisa mengalahkan 100 ribu, inilah agama Islam yang adil. 

  5. Haram hukumnya meminta sesuatu yang tidak dibutuhkan. Apalagi menjadikannya sebagai profesi untuk menimbun kekayaan, Karena selain hal itu bisa mencegah oarng yang berhak menerima, hal itu juga membuat seseorang menjatuhkan martabat (muruah) nya. 

  6. Islam tidak mengajarkan untuk meminta-minta, namun menganjurkan untuk berbagi


Cara Mencari keberkahan

Untuk memperoleh keberkahan dalam hidup secara umum dan dalam penghasilan secara khusus, terdapat banyak hal yang bisa dikerjakan, kami sebutkan beberapa saja diantaranya:

  1. Islam

  2. Bertaqwa

  3. Senantiasa menyebut Nama Allah ketika hendak menggunakan salah satu nikmatnya, misalnya ketika hendak makan

عن عائشة أم المؤمنين: أنَّ النَّبيَّ صلّى اللهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَأكُلُ طَعامًا في سِتَّةِ نَفَرٍ مِن أصحابِهِ، فجاءَ أعرابيٌّ فأكَلَه بلُقمتَيْنِ، فقال النَّبيُّ صلّى اللهُ عليه وسلَّمَ : أما إنَّهُ لو كان ذكَرَ اسمَ اللهِ لكَفاكم، فإذا أكَلَ أحَدُكم طَعامًا فلْيَذكُرِ اسمَ اللهِ، فإنْ  نَسيَ أنْ يَذكُرَ اسمَ اللهِ في أوَّلِه، فليَقُلْ: بِسمِ اللهِ أوَّلَه، وآخِرَه

“Dari Syidah Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi ﷺ pada suatu saat sedang makan bersama enam orang sahabatnya, tiba-tiba datang seorang Arab badui, lalu menyantap makanan beliau dalam dua kali suapan (saja).  Lalu Nabi ﷺ bersabda : “Ketahuilah seandainya ia menyebut nama Allah (membaca Bismillah, pent), niscaya makanan itu akan mencukupi kalian. Jika salah seorang kalian makan, hendaklah menyebut nama Allah, jika lupa maka ucapkan Bismillah Awwalahu wa akhirohu

  1. Qana’ah (Jiwa nerima) sebagaimana Hadits di atas

  2. Menjadi tangan yang di atas (berbagi) sebagaimana hadits di atas

  3. Senantiasa bersyukur, baik saat sempit maupun luas

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” 

  1. Beramal shalih 

والله يتولى الجميع برعايته


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara