DIANTARA CABANG KEIMANAN

عن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري – رضي الله عنه – قال: قال رسول الله  ((الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السموات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء، والقرآن حجة لك أو عليك، كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها أو موبقها)) رواه مسلم[1]

الطهور شطر الإيمان

(Kebersihan adalah sebagian dari Iman)
1.       Syathr artinya separuh. Dan Iman yang dimaksud adalah iman yang sempurna. Iman sempurna memiliki banyak hal dan hukum, namun mengerucut pada dua hal, yaitu (1) perkara yang seseorang harus bersih darinya, yaitu semua larangan agama, dan (2) semua perkara yang dianjurkan untuk dikerjakan, yaitu segala perintah agama. Dengan demikian, poin keseluruhan agama Islam hanya dua, dan kebersihan mencakup poin pertama, sehingga bisa disebut separuh Iman.
2.       Bisa juga yang dimaksud dengan Thuhur adalah Wudlu, dan Syathr maknanya bagian. Wudlu, dengan segala keistimewaannya disebut bagian dari iman. Hal ini menjadi kuat dengan sebuah hadits tentang keutamaan wudlu yang diriwayaktkan Ibnu Majah,[2]menyempurnakan wudlu adalah bagian dari Iman” dan Riwayat Tirmidzi, “wudlu adalah bagian dari Iman”[3]
3.       Bisa juga yang dimaksud Thuhur adalah suci dari Hadats dan Najis, dan maksud Iman adalah shalat, sebagaimana yang telah Allah firmankan, QS. AL Baqarah : 143, maksudnya adalah shalat kalian wahai para Sahabat saat mengahadap Baitul Maqdis. Dengan demikian, Thuhur adalah syarat diterimanya Iman (Shalat)
4.       Thaharah (Kesucian) terbagi menjadi dua, wajib dan sunnah. Sunnah seperti mandi-mandi non Wajib dan memperbaharui wudlu. Sementara yang wajib terbagi lagi menjadi Thaharah Qalbiyah (kesucian hati), seperti bersih dari sifat Hasad, kibir, Ujub dan riya, dan Thaharah Badaniyah (Kesucian badan) seperti bersih dari najis, mengerjakan wudlu atau tayammum
5.       Ada banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan wudlu, diantaranya :
“Seorang hamba tidak menyempurnakan wudlu kecuali Allah pasti mengampuni dosanya yang telah lalu”[4]. “Sungguh, seorang hamba jika wudlu dan berkumur, Allah pasti hilangkan semua dosa yag telah dikerjakan oleh lisannya. Jika beriistinsyaq (memasukkan air melalui hidung), Allah hilangkan seluruh dosa yang dikerjakan hidungnya, jika membasuh wajahnya, Allah hilangkan dosa wajahnya, jika membasuh kedua tangannya, Allah akan hapus seluruh dosa tangannya, jika mengusap rambutnya, Allah hilangkan dosa kepalanya, dan jika membasuh kakinya, Allah hilangkan semua dosa yang dikerjakan oleh kakinya”[5], “barangsiapa yang membasuh bagian-baigan ini, lalu memperbaiki kualitas wudlunya, ia berhak mendapatkan ridla Allah yang Mahabesar”.
6.       Disunnahkan selalu menjaga wudlunya, jika batal segera mengambil wudlu lagi, karena ada hadits Nabi , “Wahai Anas, jika kamu mampu untuk selalu dalam kondisi suci, maka lakukanlah, karena Malaikat Maut jika merenggut nyawa seorang hamba dalam kondisi suci, maka ia catat sebagai syahid”[6]
7.       Sebagian Ahli ma’rifat berkata, “barangsiapa yang bisa melanggengkan wudlu, Allah akan muliakan dia dengan tujuh hal: (1) Dicintai malaikat (2) Pena Allah selalu basah karena menulis pahalanya (3) Semua anggota tubuhnya membaca tasbih (4) Tidak ketinggalan takbir pertama dalam shalat jamaah (5) Saat ia tidur, Allah kirimkan malaikat untuk menjaganya dari keburukan Tsaqalain (jin dan manusia) (6) Dimudahkan saat sakaratul maut (7) Dijamin aman oleh Allah selama masih punya wudlu.
8.       Alkisah, Sayyidina Umar bin Al Khattab mengirim seorang utusan ke Negeri Syam, dalam perjalananya ia melewati rumah seorang Pendeta dan berniat mampir. Ia pun mengetuk pintunya namun selang beberapa saat baru dibukakan, ia kemudian menanyakan hal itu lalu Pendeta menjawab, “Allah telah mewahyukan kepada Musa AS, bahwa jika kamu sedang takut atas kedhaliman seorang penguasa, maka wudlulah! perintahkan juga keluargamu melakukannya, karena jika seseorang sedang berada dalam kondisi wudlu, ia pasti aman dari yang ia takuti maka aku tidak membukakan pintu ini kecuali seluruh keluargaku telah wudlu semua.
9.       Disebutkan dalam Kitab At Thabaqat Ibn Subuki, Allah Taala berfirman, “Wahai Musa berwudlulah, karena jika ada keburukan menimpamu sedang kamu tidak berada dalam wudlu, maka jangan salahkan apapun kecuali dirimu sendiri”

والحمد لله تملأ الميزان

(bacaan Alhamdulillah akan memenuhi timbangan)
1.       Mengucapkan Alhamdulillah seraya mengahdirkan maknanya dan serius, bisa memenuhi timbangan kebaikan akhirat kelak. Dengan ini berati bahwa di akhirat ada neraca dan prosesi penimbangan amal
2.       Tentang teknis penimbangan terjadi perbedaan pendapat di kalangan Ulama’. Sebagian berpendapat, “seluruh kebaikan amal manusia akan diwujudkan dengan bentuk yang indah bercahaya, diletakkan pada bagian kanan, sementara amal buruknya diwujudkan dalam bentuk buruk dan gelap, diletakkan pada bagian kiri”. Ada juga pendapat, “yang ditimbang adalah lembaran-lembaran yang memuat catatan amalnya. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Bithaqah, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Ibn Al Ash Ra dari Rasulullah beliau bersabda, “Sungguh Allah akan menganggap ikhlas salah seorang dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat kelak, dibentangkan atasnya 99 rekapan, masing-masing rekapan lebarnya sejauh pandangan mata melihat, lalu Allah katakan padanya, “dari semua catatan ini adakah yang kamu ingkari?, apakah para sekretarisku mendhalimimu dalam mencatat? ia menjawab, “Tidak Ya Rab”, Tidak. Allah bertanya lagi, “apakah kamu ada udzur?” “Tidak ya Rab Tidak”, “apakah kamu memiliki kebaikan?” “Tidak Ya Rab Tidak”. Allah kembali berkata, “iya, kamu punya satu kebaikan menurutku, dan kamu tidak akan di dhalimi atas itu”. Lalu dikeluarkan sebuah kartu, yang ada tulisannya, أشهد ن لا اله الا الله وأشهد أن محمدا رسول الله hamba itu bertanya,“kartu apa ini ya Rab?” Allah berkata, “kamu tidak akan terdhalimi”, lalu kartu itu diletakkan di timbangan, dan semua berkas rekapan  amalnya itu diletakkan di timbangan sebelahnya, ternyata berkas itu meninggi dan satu kartu menurun karena berat. Tidak ada apapun yang lebih berat jika dibanding nama Allah”. Ada juga pendapat, “keistimewaan ini tidak berlaku kepada semuanya, namun Allah berikan keutamaaNya kepada siapapun yang dikehendakiNya.”
3.       Tentang banyaknya timbangan, Menurut pendapat yang Ashah, bahwa nanti hanya ada satu timbangan untuk seluruh umat. Ada yang berkata, setiap umat punya timbangan sendiri sendiri. Bahkan ada yang berkata, setiap orang ada timbangannya sendiri. Dan firman Allah QS Al Anbiya: 47 tidak bisa menolak pendapat sahih tersebut, karena jamak dalam kata “Mawazin” adalah lit Ta’dzim, atau karena banyaknya yang ditimbang, bukan neracanya. Jadi itu adalah bentuk jamaknya mauzun (yang ditimbang, bukan neracanya)
4.       Pelaksana prosesi timbangan ini adalah Malaikat Jibril AS. Disana juga ada satu malaikat Informan, ia akan mengumumkan hasil timbangannya, jika berat amal baiknya, ia akan umumkan dengan suara lantang, semua manusia mendengarnya, “fulan diputuskan beruntung yang tidak ada celaka setelahnya”, begitu juga sebaliknya
5.       Faidah: Nabi Daud AS pernah meminta Allah untuk bisa melihat neraca itu. Ia melihat satu cangkolan neraca itu sangat besar sampai bisa memuat langit dan bumi, barat sampai timur. Melihat itu seketika ia pingsan. Setelah sadar, ia berkata, “Ya Allah, siapa yang sanggup memenuhi neraca itu dengan kebaikan?” Allah menjawab, “Wahai Daud, jika aku sudah ridla dengan hambaku maka hanya dengan sebutir kurma saja aku akan penuhi neracanya dengan kebaikan, Wahai Daud, akan aku memenuhinya dengan syahadat  أشهد ن لا اله الا الله

وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السموات والأرض

1.       Bacaan tasbih dan hamdalah memiliki pahala yang sangat besar, sehingga sekira ditampakkan, ia akan memenuhi langit dan bumi
2.       Diriwayatkan bahwa bacaan tasbih pahalanya separuh timbangan, sedangkan hamdalah pahalanya penuh. Artinya pahala bacaan hamdalah dua kali lipat dari tasbih. Diriwayatkan bahwa orang yang membaca subhanallah mendapat sepuluh kebaikan sementara membaca laa ilaaha illallah mendapat dua puluh kebaikan dan membaca Alhamdulillah mendapat tiga puluh kebaikan. Dengan perhitungan ini maka pahala tasbih adalah sepertiga dari hamdalah.
3.       Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra, bahwa rasulullah bersabda: “barangsiapa membaca subhaanallah wabihamdihi sebanyak 100x setiap hari maka seluruh kesalahannya akan dilebur, sekalipun kesalahanya sebanyak buih lautan”[7]. Dari Abi Hurairah juga bahwa Nabi bersabda: “barangsiapa setiap pagi dan sore membaca subhanallah wabihamdih sebanyak 100x maka kelak pada hari kiamat tidak ada seorang yang lebih utama darinya, kecuali orang yang membaca sama atau yang lebih banyak”[8]
4.       Dari Said Abi Waqas Ra, ia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah lalu beliau bersabda, “apakah kalian merasa lemah untuk menghasilkan 1000 kebaikan di setiap hari?” Seseorang bertanya, “lalu bagaimanakah caranya agar seseorang bisa menghasilkan 1000 kebaikan?” Rasulullah menjawab, “ketika ia membaca tasbih sebanyak 100 kali maka dicatat untuknya 1000 kebaikan dan dilebur darinya 1000 kesalahan”[9]

والصلاة نور

1.       Shalat yang dikerjakan lengkap dengan syarat, rukun, sunnah serta adab dengan sempurna adalah cahaya yang menerangi wajah dan hati pelakunya, akan menjadi penerang di dalam kuburnya dan pada hari mahsyar.
2.       Sebagian salaf berkata, “barangsiapa yang malamnya mengerjakan shalat, maka siangnya menjadi indah wajahnya”. Dikatakan, bahwa “orang yang shalat hatinya akan memancarkan cahaya makrifat dan mukasyafat karena hatinya kosong dari perkara yang menyibukkan dan fokus mengahadap kepada Sang Pengatur bumi dan Langit”
3.       Dalam sebuah hadits disebutkan, “shalat bisa menarik ridla Allah, cinta malaikat, sunnah para nabi, cahaya makrifat, pokok keimanan, terkabulnya doa, diterimanya amal, keberkahan dalam rizki, menjadi pedang atas musuh, kebencian setan, penolong baginya dari malakul Maut, lentera kuburnya hingga hari kiamat, saat kiamat tiba, shalat menjadi pelindung di atasnya, mahkota di kepalanya, pakaian di badannya, lentera perjalanannya, tameng dari neraka, hujjah bagi seorang mukmin di hadapan Rabbil Alamin, pemberat timbangan, membantu melewati shirat, dan kunci surga”. Itu semua karena shalat adalah rangkaian dari tasbih, tahmid, taqdis (penyucian), bacaan dan doa. Amal yang paling utama adalah mengerjakan shalat pada waktunya.     
4.       Diriwayatkan bahwa Rasulullah menyebutkan perihal shalat, lalu beliau bersabda, “barangsiapa menjaga shalat, maka shalatnya akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatannya pada hari kiamat”[10]
5.       Diriwayatkan secara marfu, bahwa “ketika seorang hamba menjaga shalatnya, dengan  menyempurnakan wudlu, rukuk, sujud dan bacaannya, maka shalatnya berkata, “semoga Allah menjagamu seperti kamu menjagaku” kemudian naik ke atas dengan bercahaya sampai kepada Allah Azza Wajall, kemudian ia dijadikan oleh Allah sebagai penolongnya”[11]
6.       Diriwayatkan bahwa “barangsiapa mengerjakan shalat lima waktu rutin secara berjamaah, ia akan bisa melewati shirat bersama golongan awal seperti petir yang menyambar, dan kelak di hari kiamat wajahnya akan bersinar bak rembulan saat purnama”.  Diriwayatkan, “berilah kabar gembira kepada orang yang berjalan menuju masjid dalam kegelapan malam dengan cahaya yang sempurna nanti di hari kiamat”[12]

والصدقة برهان

(Sedekah adalah bukti)
1.       Maksud sedekah disini adalah zakat sebagaimana keterangan dari riwayat Ibnu Hibban. Qila, makananya umum, yakni setiap harta yang dikeluarkan dengan alasan qurbah (ritual pendekatan diri kepada Allah) baik itu hukumnya wajib maupun sunnah. Burhan yakni dalil, hujjah yang menunjukkan kesempurnaan iman seorang muzakki, dan sebagai wujud keyakinannya terhadap hari perhitungan, karena ia mengeluarkan hartanya dengan mengaharap pahala, dan pahala tiada ada kecuali nanti pada hari akhir. Dikatakan, Ahli sedekah kelak diberi tanda  sehingga ia diketahui sebagai seorang muzakki maka tidak akan ditanya lagi oleh malaikat tentang arah pentasarufan hartanya.
2.       Banyak sekali hadits yang menunjukan keutamaan sedekah, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Addailami dari Abi Hurairah ra secara marfu, “iringilah galau dan susah dengan sedekah, Niscaya Allah akan hilangkan yang membahayakanmu dan menolongmu atas musuhmu”[13] ada juga hadits, “wajib atasmu untuk bersedekah, karena ada enam perkara di dalamnya, tiga berada di dunia dan tiga kelak di akhirat. Tiga yang berada di dunia adalah : menambah rizki, memperbanyak harta dan memperpanjang usia. Sedangkan tiga kelak di akhirat : menutup cela, menjadi payung di atas kepala dan menutupi dari neraka.” Juga ada hadits, “tidak ada seorang yang bersedekah baik siang maupun malam kecuali Allah menjaganya dari mati karena sengatan, reruntuhan dan mati mendadak”. Makhul Attabii ra berkata, : ketika seorang mukmin bersedekah, Jahannam minta izin untuk bersujud kepada Allah sebagai bentuk syukur karena ada satu dari umat Muhammad selamat dari  dirinya”. Karena itu sudah selayaknya seseorang gemar bersedekah dan tidak takut fakir, karena Allah pasti akan menggantinya. Ada hadits, “Tiada hari yang matahari masih terbit kecuali disana terdapat dua malaikat berkumandang, ya Allah gantilah dengan cepat orang yang berinfaq, dan buatlah rugi orang yang mengekang”
3.       Dikisahkan, ada sebagian ulama mempunyai seorang amat yang telah membuat adonan roti, amat itu kemudian pergi mencari api untuk membuatnya menjadi roti. tidak selang lama ada seorang datang bermaksud meminta adonan itu, maka ulama itu memberikan adonan semuanya. Pada saat si amat datang, ia kehilangan adonannya dan bertanya, “di mana adonannya?” Ulama itu berkata, “”mereka” telah membawanya untuk dibuatkan roti, maka aku menambahinya”, lalu ia ceritakan kejadian sesungguhnya. Amat berkata, : “yah, kita harus ada sesuatu untuk dimakan”. Pada saat mereka berdua demikian, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tidak dikenal membawa piring besar penuh dengan roti dan daging. Si amat segera berkata, “wah betapa cepatnya apa yang dikembalikan kepadamu, mereka membuatkan rotinya dan menambahi daging”
4.       Dikatakan bahwa Iblis dan bala tentaranya tidak pernah bahagia seperti bahagianya ketika mendapati tiga hal ini: seorang mukmin membunuh mukmin, seorang mati secara kafir dan seseorang yang dalam hatinya takut fakir
5.       Dikisahkan ada seorang Dai berceramah: “jika seorang hendak bersedekah, maka akan ada tujuh puluh setan datang menghampirinya, setan itu bergelantungan di kedua tangan, dua kaki, dan hatinya bermaksud mencegahnya bersedekah”. Sebagian Jamaah intrupsi, “sungguh akan aku perangi mereka semuanya” lalu ia keluar dari masjid dan pulang menuju rumahnya, ia penuhi tasnya dengan gandum dan hendak keluar untuk menyedekahkannya. Tiba tiba istrinya melompat mengahadang dan keduanya berebut tas itu. Ia tersungkur dan tumpahlah gandum itu dari wadahnya. Setelah kejadian itu, segera ia kembali ke masjid dengan murung. Sang Dai bertanya, “apa yang barusan kamu lakukan? Aku berhasil kalahkan tujuh puluh setan itu, namun datang ibu mereka, dan dia mengalahkanku”.
6.       Dianjurkan bagi yang bersedekah untuk memilih orang yang sedang butuh dan ahli kebaikan, seperti para Ulama dan santri. Memberikannya secara rahasia lebih utama daripada terang-terangan. Ada sebuah hadits, “Sedekah sir bisa memadamkan murka Allah”[14].
7.       Diantara mereka ada yang terlalu merahasiakannya sampai ada yang meletakkan sedekahnya di atas tangan orang buta, ada juga yang meletakkan sedekahnya di jalan atau tempat duduk yang biasa dilewati dan dipakai duduk si fakir. Ada juga yang meletakkannya di pakaian si fakir saat ia tidur. Ada juga yang menitipkannya dan yang menyampaikan merahsiakan nama pemberinya. Semua itu dilakukan demi memadamkan murka Allah seperti hadits di atas, juga untuk menjaga diri dari riya (ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain).
8.       Diantara teori ampuh merahasiakan sedekah adalah menjual sesuatu kepada fakir dengan haraga 5000 misalkan, padahal ia tahu harganya lebih tinggi jauh di atasnya. Atau ia membeli dari fakir 1000 misalkan, padahal ia tahu haraganya lebih rendah dari itu.

والصبر ضياء

(sabar itu menerangi)
1.       Sabar adalah tetap berada dalam aturan Al Quran dan Sunnah. Ada yang mengartikan : “mengahadapi ujian dengan adab terbaik”. Dikatakan juga: “tidak lari dari taqdir”, dikatakan juga: “menahan nafsunya dalam menjalankan ibadah, menghadapi musibah, larangan, syahwat dan segala kenikmatannya. “Menerangi” artinya orang sabar senantiasa dalam penerangan Allah al Haq dalam menjalani petunjuk dan menjauhi keburukan. Dikatakan: “Pahala sabar di dunia akan menjadi lampu penerang kelak di akhirat.” Dikatakan : sabar atas ketaatan hingga ia berhasil mengerjakannya, atas maksiat hingga ia berhasil menghindarinya, akan memberi bekas cahaya pada hatinya, sebagaimana ketika ia bermaksiat akan membrikan bekas gelap di hatinya.
2.       Telah datang sebuah hadits bahwa “orang yang sabar atas musibah yang menimpanya akan ditulis untuknya 300 derajat, orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan ditulis untuknya 600 derajat, dan orang yang sabar dalam meninggalkan maksiat ditulis untuknya 900 derajat.”

Dinukil dari Dlahhak bin Muzahim ra, ia berkata: “barangsiapa melewati pasar lalu ia melihat apa yang diinginkan namun dia tidak mampu membelinya, lalu dia bersabar dan mencari pahala dalam sabarnya, maka hal itu lebih baik baginya dari pahala 1000 dinar yang ia infaqkan seluruhnya di jalan Allah.

Dari Sulaiman Addarani, semoga Allah memberikan manfaat kepada kita dengannya, bahwa ia berkata, “nafas seorang fakir demi menahan keinginan yang ia tidak mampu memenuhinya, lebih baik dari ibadah seorang kaya selama 1000 tahun”. Telah datang sebuah keterangan, bahwa Nabi Musa As berkata, “Wahai Tuhanku, tingkatan surga yang mana yang paling engkau cintai? Allah berkata, “Hadliratul Quds”. Ia bertanya lagi, “siapa calon penghuninya? Allah berkata, “Para pemilik musibah” ia bertanya lagi, “siapakah mereka ya Rab?, Allah berkata, “yaitu orang-orang yang ketika Aku uji bersabar, ketika Aku beri nikmat mereka bersyukur, ketika tertimpa musibah mereka berkata, “sesungguhnya kita semua milik Allah dan hanya kepadaNyalah kita akan kembali”

Dari Ikrimah ra, ia berkata, “ketika lampu Rasulullah padam, segera beliau berkata, “inna lillahi wainna ilaihi raajiun” [Qs. Al baqarah : 156], ada yang bertanya, “wahai Rasulullah, sedang ada musibah apa? Rasulullah berkata, “apapun yang menyakiti seorang mukmin adalah musibah”.

Diantara musibah adalah perangai buruk seorang istri, maka dianjurkan bersabar atasnya. Telah datang sebuah hadits, “siapapun lelaki yang bersabar atas buruknya perangai istri, Allah akan memberikan kepadanya pahala seperti yang diberikan kepada Nabi Ayub as atas musibahnya. Dan sebaliknya, siapapun perempuan yang bersabar atas buruknya perangai suami, Allah akan memberikan kepadanya pahala yang diberikan kepada Asiyah binti Muzahim, istri Firaun”

Dikisahkan ada sebagian orang shalih memiliki saudara laki-laki yang ia selalu mengunjunginya setiap tahun. Suatu hari ia datang untuk mengunjunginya. Ia ketuk pintu rumahnya, istrinya bersuara, “Siapa? “Saudara suamimu fillah datang untuk mengunjunginya” sahutnya. Istrinya berkata lagi, “dia sedang pergi mencari kayu bakar, semoga Allah tidak pulangkan dia”. Dan istrinya terus menjelek-jelekan suaminya tanpa henti. Pada saat demikian, ia melihat saudaranya tiba dengan didampingi harimau yang membantu membawa kayunya. Setelah sampai di rumah, saudaranya segera menyalami dan menyambut kedatangannya, dan menurunkan kayu itu dari punggung harimau, lalu berkata, “pergilah! Semoga Allah berkahi hidupmu”. Lalu ia mengajak saudaranya masuk rumah, sementara istrinya masih saja menyumpahinya, namun sedikitpun ia tidak menjawab ocehannya. Ia segera menyiapkan makan untuk saudaranya sampai akhirnya pamit. Saudaranya pulang dengan takjub atas kesabaran saudaranya itu.    
Di tahun kedua, ia datang kembali. Ia mengetuk intu rumah dan istrinya berkata, “siapa? “saudara suamimu karena Allah datang untuk menjenguknya” sahutnya. Segera istrinya menyambut dan seraya selalu memuji sang suami. Lalu menyuruh tamunya itu untuk menunggu kedatangan sang suami. Datanglah sang suami sambil memikul kayu di punggungnya. Segera ia mengajak masuk dan menyiapkan hidangan, sementara istrinya tidak berhenti memujinya. Pada saat hendak pamit, saudaranya bertanya tentang perempuan pada tahun lalu dan perempuan ini, juga perihal dibantu harimau pada tahun lalu dan sekarang tidak. Ia berkata, “Wahai saudarakau, istriku si buruk itu telah meninggal dan aku bersabar atas perangainya, sehingga Allah menundukkan harimau yang kau lihat tempo lalu membawa kayu itu kepadaku, ya atas kesabaran ini. Dan saat ini aku harus memikul kayu itu sendiri karena aku santai dengan istri ini. 

والقرآن حجة لك أو عليك،

(dan Al Quran bisa menjadi hujjah bagimu atau atasmu
1.       Hujjah bagimu artinya Al Quran membelamu dan menjadi saksi atas kebaikanmu di tempat-tempat saat kamu ditanya, seperti di kubur, Mauqif dan ia akan menolongmu di sisi Allah karena kamu memuliakanya. Indikatornya adalah jika kamu mengamalkan isi Al quran, mematuhi perintahnya, menghindari larangannya, mengambil petuahnya dan menjadikannya sebagai petunjuk hidupmu. Atau menjadi hujjah atasmu di tempat-tempat itu jika kamu berpaling darinya dan tidak kamu amalkan, Al Quran justru akan mendebatmu dan menjadi saksi untuk menjatuhkanmu bahwa kamu melanggar aturanya dan meyia-nyiakan haknya.
2.       Amr bin Syuaib telah meriwayatkan dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Al Quran kelak di hari kiamat akan menjelma sebagai seorang lelaki, Ketika ia didatangkan kepada seseorang yang membawanya namun melanggar isinya, ia akan menjadi musuhnya. Al Quran berkata: “Ya Rabb, engkau telah tanggungkan dia kepadaku, dia adalah seburuk-buruk penanggung, dia melewati batasanku, menyia-nyiakan kewajibanku, menerjang maksiatku dan tidak mematuhiku”. Al Quran terus menerus menghakiminya dengan hujjah-hujjah yang memberatkannya, sampai dikatakan padanya, “memang  seperti itulah kamu” lalu Al Quran menarik tangannya, tidak ia lepaskan kecuali telah menjungkalkannya dalam neraka. Ia berkata lagi. Kemudian didatangkan pula pemuda shalih yang telah menghafalnya dan menjaga isinya. Maka Al Quran itu menjelma sebagai sosok pembelanya. Ia berkata: “Ya Rabb, engkau telah tanggungkan dia kepadaku, maka ia adalah sabaik-baik pembawa. Ia menjaga batasanku, mengerjakan kewajibanku, menjauhi maksiatku, dan patuh terhadapku”, ia terus seperti itu demi membelanya sehingga diputuskan, “engkau memang seperti itu”, lalu Al Quran mengambil tangannya, ia tidak melepaskannya sampai ia telah memakaikan perhiasan sutera, mahkota raja, dan memberinya minuman dari anggur. [15]
3.       Dari Abdullah bin Masud Ra, : Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan datang untuk menolong pemiliknya dan menuntunnya ke surga, atau sebaliknya akan menjadi saksi atasnya dan menjebloskannya ke neraka[16].
4.       Telah datang dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Bacalah Al Quran, kerjakan isinya, dan jangan berpaling darinya (Maksudnya jangan kamu tidak membacanya) dan jangan keterlaluan atasnya (maksudnya jangan kamu mengabaikan aturan lafadznya, seperti membacanya tidak sesuai tajwid, atau dari sisi maknanya, seperti meninggalkan isinya) dan jangan kamu makan darinya (maksudnya jangan kamu jadikan Al Quran sebagai sebab ekonomi) dan jangan kamu memperkaya diri dengannya”[17]
Oleh sebab itu, Sahl Ra berkata: tanda cinta Allah adalah mencintai Al Quran, tanda cinta Al Quran adalah mencintai Nabi , tanda cinta Nabi adalah mencintai sunnah, tanda cinta sunnah adalah mencintai akhirat, tada cinta akhirat adalah membenci dunia, tanda benci dunia adalah tidak mengambilnya kecuali yang dibutuhkan saja, mengambil upah dari Al Quran itu tercela sekiranya pengambilnya adalah orang kaya, baik lahir maupun hatinya. Adapun jika sedang butuh, maka tidak apa-apa mengambilnya.

كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها أو موبقها

1.       Semua orang setiap hari pergi untuk memenuhi kebutuhannya, dari mereka ada yang menjual dirinya untuk ditukar dengan kebebasan dari neraka dengan taat kepadaNya, atau malah menghancurkan dirinya dengan mengerjakan maksiat.
2.       Diriwayatkan dari Nabi , beliau bersabda, “Barang siapa ketika pagi membaca :
اللّهُمَّ إِنِّي أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ وَمَلآئِكَتِكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لَاإلهَ اِلَّا أنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ
1x, maka Allah akan bebaskan ¼ dirinya dari neraka, jika dua x maka ½ dirinya, jika 3x maka ¾ dirinya, jika 4x kali maka bebas seluruh badannya. Begitu juga ketika sore, cara membacanya dengan mengganti setiap kalimat أَصْبَحْتُ dengan أَمْسَيْتُ . Juga terdapat keterangan bahwa jika ketika pagi membaca “Subhanallah wabihamdihi” sebanyak 1000x maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Allah, dan di akhir harinya ia akan terbebas dari neraka.
3.       Pakar Tasawwuf telah menyebutkan, barangsiapa membaca لا اله الا الله  sebanyak 70.000x Allah akan bebaskan lehernya, dan orang yang dibacakan untuknya dari neraka. Oleh karena itu mereka sudah terbiasa mengamalkannya baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga dan sahabatnya yang telah meninggal. Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk ikut mengamalkannya juga sebagai bentuk ittiba’ dengan tabarruk dengan amalan mereka.
4.       Dikisahkan ada seorang pemuda shalih ahli kasyf ibunya meninggal. Ia menjerit menangis sampai tersungkur. Setelah sadar ia ditanya tentang itu. Ia mengatakan bahwa ia melihat ibunya ada di Neraka. Pada saat itu sebagian Sayikh juga hadir di sampingnya dan ia sudah mengamalkan bacaan itu sebanyak 70.000 yang ia niatkan untuk dirinya sendiri. Pada saat ia mendengar kisah pemuda itu, ia berkata dalam batinnya, “Ya Allah engkau tahu bahwa aku telah membaca Tahlil ini sebanyak 70.000 dan aku ingin menyimpannya untuk diriku, dan sekarang aku bersaksi, bahwa aku telah membeli ibu pemuda ini dengan tahlil itu dari Neraka”. Sontak pemuda itu langsung tersenyum dan merasa sangat gembira sebelum menyempurnakan kisahnya. Pemuda itu berkata, “Segala puji milik Allah yang telah memperlihatkan kepadaku ibuku telah keluar dari Neraka, dan menyuruhnya masuk surga.       
Semoga kita selalu ditolong Allah sehingga bisa mengamalkan setiap petunjuk dari Nabi Muhammad , dan mengajak orang lain.
والله يتولى الجميع برعايته


[1] AL Jawahir Al Lu’luiyah fii Syarhil Arba’in Nawawiyah, Muhammad addimyathi, 214-227
[2] HR. Ibnu Majah, no. 280
[3] HR. Tirmidzi no. 3517
[4] HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar, 262
[5] HR. Al Hakim no. 129 -139 Vol. 1
[6] HR. Baihaqi, sebagaiamana dalam Kitab Kanzul Amal, 26065
[7] HR. Bukhari 206/11; HR. Muslim 2691
[8] HR. Muslim 2691 ; Abu Daud 5091; Tirmidzi 3469; Ibnu Hibban 6405; Hakim 518/1
[9] HR. Muslim 2698, Tirmidzi 3463
[10] HR. Al Haitsami dalam Kitab Majma’ Zawaid (92/1)
[11] HR. Said Bin Mansur, sebagaimana yang tertera dalam kitab Kanzul Amal 19053
[12] HR. Abu Daud 561, Tirmidzi 223
[13] HR. Addailami 2085 dari Abi Hurairah; Assuyuthi dalam Al Jami As Shaghir 3274
[14] HR. Al Baihaqi dalam Syuab Al Iman 3442 dari Abi said Al Khudri
[15] HR. Al Bazzar sebagaimana dalam kitab Al Majma’ Azzawaid Hal. 160-161/7
[16] HR. Addarimi, 3325
[17] HR. Ahmad 438/3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara