[2] Mencari Rizki Halal, adalah satu dari tiga Hal ini menjadi Amal Paling Utama Di Akhir Zaman

 

Mencari Rizki Halal, adalah satu dari tiga Hal ini menjadi Amal Paling Utama Di Akhir Zaman

Rasulullah bersabda:

لا تقوم الساعة حتى يعز الله عز وجل ثلاثة: درهمًا من حلال، وعلمًا مستفادًا، وأخًا في الله عز وجل [الديلمي]


Tidak akan terjadi Kiamat hingga Allah Azza wa Jalla menjadikan langka tiga hal: mencari rizki yang halal, ilmu yang bermanfaat, dan memiliki saudara karena Allah Azza wa Jalla [HR. Al-Dailami]


Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah memberikan jawaban kepada sahabat yang sedang bertanya dengan jawaban yang berbeda, seperti tentang amal yang paling utama adalah shalat pada waktunya, dalam kesempatan lain jihad, pada kesempatan yang lain adalah berbakti kepada orang tua. hal itu karena menyesuaikan dengan kondisi penanya.


Terkait dengan kondisi zaman akhir, beliau memberikan penjelasan bahwa tiga hal ini akan sulit di dapatkan, yaitu rizki yang halal, ilmu yang diamalkan dan saudara karena Allah. oleh sebab itu, para ulama memberikan kesimpulan bahwa mencari rizki yang halal, mencari ilmu agar diamalkan, dan mencari saudara fillah adalah amalan yang paling utama. Untuk saat ini, sedikit kami ulas tentang nomor satu, Rizki yang halal

Rizki yang Halal

Sebagai seorang muslim, tentu menyadari bahwa mendapatkan rizki secara halal adalah prioritas. Jumlah yang banyak tentu menjadi impian setiap orang, namun halal adalah inti. Rizki halal selain memudahkan seorang muslim bertanggung jawab dihadapan Allah, juga terdapat manfaat yang dirasakan langsung di dunia ini. Paling tidak ada lima perkara:


Pertama: Menjernihkan Hati.

Jika akal adalah pembisik terbaik, maka hati adalah raja. Boleh jadi akal mengusulkan sesuatu, namun keputusan ada pada hati. Hati adalah raja, maka jika hatinya jernih, keputusannya akan bermanfaat bagi akal dan jasad, begitu pula sebaliknya. Ketika hati jernih, maka penyakit hati akan sirna, kegundahan pun akan lenyap, hidup menjadi bahagia. Rasulullah bersabda:

مَنْ أَكَلَ الْحَلَالَ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً، نَوَّرَ اللهُ قَلْبَهُ وَأَجْرَى يَنَابِيْعَ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ

“Barangsiapa yang mengonsumsi makanan halal selama 40 hari, maka Allah akan menerangkan hatinya dan mengalirkan sumber-sumber ilmu hikmah dari hati pada lisannya.” (HR Abu Nu’aim)


Sayyid Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad (shohiburratib) berkata: bagi orang yang telah cukup tasawufnya, menjernihkan hati membutuhkan tiga kebiasaan penting, yaitu (1) sedikit makan serta tetap menjaga halalnya, (2) tidak berinteraksi dengan orang yang berambisi mengejar nafsu duniawi, dan (3) selalu ingat kematian agar tidak terlalu banyak berandai-andai.


Kedua, Menjadi Pendorong Terkabulnya Doa

Menjadi seorang muslim yang terkabul doanya (Mustajabud duah) adalah sebuah peringkat yang patut dicari dan dicita-citakan, sehingga Abi Ihya’ pernah berpesan saat menjumpai lailatul Qadar mintalah agar menjadi orang yang terkabul doanya.

Doa tidak akan terkabul jika masih ada sebutir perkara haram yang menempel di tubuhnya. Ketika sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash meminta kepada Rasulullah agar doa-doa yang dipanjatkannya dapat terkabul, Rasulullah memberikan jawaban:

يَا سَعْدُ، أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا

“Wahai Sa‘d, perbaikilah makananmu, niscaya doamu mustajab (dikabulkan). Demi Dzat yang menggenggam jiwa Muhammad, sesungguhnya seorang hamba menelan satu suap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak diterima amalnya selama 40 hari.” (HR At-Thabarani).


Bayangkan, itu hanya satu suap saja 40 hari amal tidak diterima, belum satu piring, apalagi jika seluruh hartanya adalah haram, maka seumur hidupnya hanya merasakan capek beribadah, pahalanya kosong. Itupun jika bisa beribadah. Naudzubillah


Ketiga, Menjadikan Lebih Bersemangat dalam Ibadah

Tujuan manusia diciptakan di dunia ini adalah untuk beribadah. Maka 24 jam seseorang juga bisa berpotensi menjadi ibadah semuanya, yaitu jika disertai dengan niat yang baik. Makanan yang masuk di tubuhnya sangat mempengaruhi kinerja itu. Makanan halal akan membuat jasad menjadi ringat dan bersemangat untuk beribadah.


Seorang ulama sufi tersohor Sahl At-Tustari Telah mengemukakan rumus ini, beliau berkata:

مَنْ أَكَلَ الْحَرَامَ عَصَتْ جَوَارِحُهُ، شَاءَ أَمْ أَبَى، عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ. وَمَنْ كَانَتْ طَعْمَتُهُ حَلَالًا أَطَاعَتْهُ جَوَارِحُهُ وَوُفِّقَتْ لِلْخَيْرَاتِ

“Barangsiapa yang mengonsumsi makanan haram, maka anggota tubuhnya akan tergerak melaksanakan kemaksiatan, baik rela ataupun tidak, baik sadar maupun tidak; dan barangsiapa yang makanannya halal, maka anggota tubuhnya akan tergerak untuk melaksanakan ketaatan, dan akan diberi pertolongan untuk melakukan kebaikan.”


Bahkan menurut Imam Abdullah bin Husain bin Thahir; “ ibadah tidak akan bersih dan tidak terasa bekasnya pada seseorang kecuali bila makanan yang masuk ke dalam perutnya adalah halal tanpa disertai syubhat. Sebab, mengonsumsi makanan halal adalah hal pokok dalam ibadah, dan sesuatu tidak akan tegak kecuali jika pokoknya telah terpenuhi”


Ketika jasad ini sudah tidak bersemangat beribadah, maka yang terjadi adalah rugi. karena usianya terlewatkan tanpa nilai pahala.


Keempat, Menjadi Sebab Diberi Keturunan Soleh Solehah

Bagi sebagian orang, memiliki keturunan adalah sebuah harapan besar, banyak anak bisa jadi dianggap ujian. Namun, memiliki anak cucu yang layak (shalih/ah) adalah cita-cita semua orang.


Untuk mendapatkan hal itu, seorang Wali Allah yang masyhur memberikan tips cara mendapatkannya. ini disebutkan di dalam kitab beliau Al Ghunyah, beliau mengatakan:


إذَا ظَهَرَتْ أَمَارَاتُ حَبْلِ الْمَرْأَةِ فَلْيُصَفِّ غِذَاءَهَا مِنَ الْحَرَامِ وَالشُّبُهَاتِ لِيُخْلَقَ الوَلَدُ عَلَى أَسَاسٍ لَا يَكُوْنُ لِلشَّيْطَانِ عَلَيْهِ سَبِيْلٌ. وَالْأَوْلَى: أَنْ يَكُوْنَ مِنْ حِيْنِ الزِّفَافِ وَيَدُوْمُ عَلَى ذَلِكَ لِيَخْلُصَ هُوَ وَأَهْلُهُ وَوَلَدُهُ مِنَ الشَّيْطَانِ فِى الدُّنْيَا وَمِنَ النَّارِ فِى الْعُقْبَى، وَمَعَ ذَلِكَ يَخْرُجُ الوَلَدُ صَالِحًا بَارًّا بِأَبَوَيْهِ طَائِعًا لِرَبِّهِ. كُلُّ ذَلِكَ بِبَرَكَةِ تَصْفِيَةِ الْغِذَاءِ


“Tatkala tampak tanda-tanda kehamilan wanita, hendaknya suami menjaga makanannya dari yang haram dan syubhat agar anaknya dapat terbentuk atas fondasi dimana setan tidak dapat menjangkaunya. Alangkah baiknya jika kebiasaan menghindari makanan haram dan syubhat dimulai saat prosesi pernikahan dan terus berlangsung sampai kelahiran anak, agar suami itu, istri dan anak-anaknya di dunia selamat dari godaan setan dan di akhirat selamat dari neraka. Dengan melakukan

cara tersebut, anak akan lahir sebagai anak soleh, berbakti pada kedua orang tua dan taat kepada Tuhannya. Itu karena berkah dari menjaga makanan”


Kelima, Sebagai Obat dari Berbagai Penyakit

Tidak ada seorangpun yang ingin hidup dalam keadaan sakit. semuanya menginginkan sehat. Saat tertimpa sakit, maka segala upaya dilakukan agar terbebas dari sakit itu. Miliaran rupiah menjadi tidak berarti ketika kesehatannya harus ditebus dengan itu. sampai masyhur ungkapan, “kamu mungkin bisa membeli obat, namun mustahil untuk membeli kesembuhan. Kesembuhan adalah hak perogratif Allah yang menciptakan manusia, maka dengan mengikuti petunjuknya, hidup kita akan dijauhkan dari berbagai macam penyakit. yakni dengan mengkonsumsi makan halal.


Salah satu sufi golongan tabi’in, Yunus bin Ubaid berkata:

لَوْ أَنَّا نَجِدُ دِرْهَمًا مِنْ حَلَالٍ لَكُنَّا نَشْتَرِيْ بِهِ قُمْحًا وَنَطْحَنُهُ وَنَحُوْزُهُ عِنْدَنَا. فَكُلُّ مَنْ عَجِزَ الأَطِبَاءُ عَنْ مُدَاوَاتِهِ دَاوَيْنَاهُ بِهِ فَخَلَصَ مِنْ مَرَضِهِ لِوَقْتِهِ

“Andai kami punya uang satu dirham saja dari yang halal, tentu akan kami belikan gandum, akan kami tumbuk dan kami sajikan untuk kami. Setiap orang sakit yang dokter tidak mampu mengobatinya, maka kami mengobatinya dengan gandum ini, lalu ia pun sembuh saat itu juga.”


Perkataan Yunus bin Ubaid di atas dikategorikan oleh Habib Zain bin Smith sebagai salah satu contoh nyata mengobati penyakit dengan mengonsumsi makanan halal. dan ini pun tidak terbatas pada gandum saja, namun berlaku untuk semua makanan halal secara umum. Khususnya ketika diniati untuk berobat atas penyakit yang dialami oleh seseorang.


Dari sedikit paparan di atas, jelas bahwa makanan halal mutlak dibutuhkan oleh setiap muslim, baik untuk keperluan akhiratnya maupun kebahagiaan dunianya, dan terhindar dari jebakan setan yang ingin agar manusia masuk neraka bersamanya.


Allah Ta'ala berfirman


يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” [QS Al-Baqarah: 163].


Sebagai tambahan, berikut adalah daftar amalan yang perlu dikerjakan agar tetap mendapatkan rizki yang halal:

Pelajari mana yang termasuk rezeki halal, haram dan syubhat

Evaluasi sumber penghasilan dan pastikan sesuai dengan syariat Islam.

Jauhi pekerjaan yang melibatkan unsur haram atau syubhat. jangan takut tidak mendapatkan pekerjaan, Allah selalu memberikan jalan bagi yang datang kepadanya

Senantiasa berdoa dan memohon petunjuk dan bantuan dari Allah SWT dalam mencari rizki yang halal.

Berbagi pengalaman kepada orang sekitar tentang manfaat yang anda dapatkan dengan rizki yang halal.

والله يتولى الجميع برعايته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS PERTAMA MELURUSKAN NIAT

Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat

HADITS KE DUA Arwah adalah Bala Tentara