MULUTMU HARIMAUMU
Hadits Kelima
e------------------------f
Sihir Ucapan
عَنْ عَبْدِ
اللهِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَدِمَ رَجُلاَنِ مِنَ
الْمَشْرِقِ فَخَطَبَا فَعَجِبَ النَّاسُ لِبَيَانِهِمَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ r :
Dari Abdullah bin Umar t bahwa sesungguhnya dua orang lelaki dari timur datang.
Keduanya lalu berkhutbah sehingga membuat orang-orang terpesona oleh ucapan
mereka. maka Rasulullah r bersabda:
(Sesungguhnya sebagian dari ucapan benar-benar bisa menjadi
seperti sihir).
1. Dua orang laki-laki : Ibn Hajar berkata,
“Saya tidak tahu persis siapa namanya, namun sekelompok Ulama berasumsi bahwa
keduanya adalah Zibriqan Bin Badr, dan Amr Bin Ahtam. Zibriqan adalah julukan. Nama lengkapnya Hushain
Bin Badr Bin Imril Qais[2], Seorang
Sahabat dan salah satu pimpinan kaumnya, di akhir hayatnya Allah ambil
penglihatannya. Ia seorang Fasih dan Penyair Ulung, wafat tahun 45 H. Sedangkan
Amr Bin Ahtam adalah Amr Bin Sinan At Tamimi al Munqiri Salah satu tokoh Ahli
Syair dan Orator di masa Jahiliyah dan Islam. Keduanya adalah orang tamim.
2. Dari Timur. Ibn Hajar berkata, “Maksudnya
dari arah timur, sedangkan tempat tinggal orang-orang Tamim adalah dari arah
Iraq, posisinya di sebelah timur Madinah.
3. Ucapan ada dua macam : (1) informatif, sebatas
menyampaikan berita tanpa polesan. (2) Informasi dengan memoles kalimat. Model ucapan
yang ke dua inilah yang menyerupai sihir, karena keduanya bisa memalingkan
sesuatu dari hakikatnya. Dan yang buruk adalah jika ucapan itu digunakan untuk
tujuan kebatilan[3].
4. Dengan ucapan, seseorang bisa
mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat, yang buruk dipoles menjadi indah,
yang indah menjadi buruk, yang agung menjadi hina dan hina menjadi agung, bisa untuk
merampas hak atau mengambil haknya, pengaruhnya persis seperti sihir,
manipulatif.
5. Hadits ini bisa jadi celaan atas ucapan
yang dijadikan alat untuk berbuat dosa. Juga menjadi pujian terhadap ucapan yang
menjadi media pahala seperti memudahkan penjelasan yang rumit, menyatukan dua
yang berseteru dan lain-lain. untuk itu hati-hatiah menggunkan lisan. Lisanmu
Harimaumu. Begitu juga tulisanmu.
6. Zaman dahulu, syair menjadi media yang
cukup efektif untuk menggiring opini. Sehingga banyak Ulama berpendapat syair
itu buruk sebagaimana tidak sedikit juga yang menganggapnya baik. Yang paling
baik adalah pendapat Imam Syafii, “Syair
adalah ucapan. Ucapan ada yang baik juga ada yang buruk”[4] tergantung
orangnya.
7. Ada juga yang berpendapat bahwa, hukum
asal dari ucapan adalah baik, kecuali yang menjadi seperti sihir maka haram, berdasarkan
hadits di atas, sedangkan syair hukum asalnya adalah tidak baik, kecuali jika
mengandung hikmah. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ
[5]إن
من الشعر حكمة yang artinya, “Sungguh, syair itu ada yang mengadung hikmah”.
Hikmah adalah ucapan yang baik, tidak ada celaan, dan tidak hoax[6]
8. Ucapan itu selamanya dianggap baik
kecuali jika sudah melewati batas. Banyak hadits yang menganjurkan untuk tidak “berlebihan”
dalam ucapan seperti hadits
إن
الله يبغض البليغ من الرجال الذي يتخلل بلسانه، كما تتخلل البقرة بلسانها "[7]
“Sungguh,
Allah tidak suka terhadap seorang orator yang bersengaja memutar-mutar (Lewo-lewo.
Jawa Red) lisannya, kaya sapi yang sedang memutar mutar mulutnya ketika makan.”
Berdasarkan
hadits ini, maka pantasnya bagi seorang muslim adalah berbicara dengan
sederhana, tidak perlu dibuat-buat, yang penting maksudnya sudah tersampaikan
dan pendengarnya paham. Rasulullah juga ﷺ
bersabda :
(هلك
المتنطعون[8] ) قالها ثلاثا
“Celakalah
orang yang keterlaluan” beliau sabdakan tiga kali.
Yaitu
orang yang terlalu mendalami, dan melampaui batas, baik daam ucapan maupun
perbuatan. Menurut Imam Nawawi, Hadits barusan ini berarti makruh “melewo-lewo”
ucapan, terlalu berupaya ucapannya selalu fasih, menggunakan bahasa yang sulit
dipahami, selalu standar EYD dalam berbicara kepada orang awam.
9. Allah memerintahkan agar ucapan seseorang
itu (1) Ma’ruf (baik)[9], (2) Sadid
(benar)[10], Baligh
(membekas)[11],
Karim (Baik/Mulia)[12], Maisur (Lemah
lembut)[13], Layyin
(Lunak, Lembut)[14]
yang tentu kondisinya sesuai dengan petunjuk dari ayat tersebut. Silahkan
dipelajari lebih lanjut pada kitab-kitab Tafsir yang kredibel.
10. Rasulullah ﷺ
dalam beberapa hadits selain di atas menyebutkan tentang pentingnya menjaga
lisan, seperti beberapa hadits berikut :
a. Jika kamu beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, Ucapkan yang baik saja, jika tidak bisa, maka diam.
ومَن كانَ يُؤْمِنُ
باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa
yang Iman Kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau
diam. [15]
b. Jika Surga itu 100 %, maka 50 % nya ada
di keselamatan menajaga lisan, Rasulullah ﷺ
yang menjaminnya.
“Barangsiapa
yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di
antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah – serta antara kedua
kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya
c. Hanya
gara-gara mengucapkan perkataan yang kelihatannya remeh, seseorang berujung ke
Neraka
إنَّ العَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مِن رِضْوانِ اللَّهِ، لا
يُلْقِي
لها
بالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بها دَرَجاتٍ، وإنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بالكَلِمَةِ مِن سَخَطِ اللَّهِ، لا
يُلْقِي
لها
بالًا، يَهْوِي بها في جَهَنَّمَ[17]
“Sungguh, seseorang hamba berbicara dengan
suatu kalimat yang kelihtannya biasa, namun membuat Allah Ridla, maka Allah
tinggikan beberapa derajat karenanya. Dan (sebaliknya) ada seorang hamba yang
berkata remeh namun membuat Allah murka, Maka Allah masukan dia ke dalam Neraka
Jahannam.
Semoga kita semua dijaga Allah
dalam menggunakan lisan ini. Semoga lisan ini menjadi media bertakwa yang
mengantarkan ke surga, bukan media berdosa yang mengantarkan ke Neraka. Naudz
Billah.
والله
يتولى الجميع برعاتيه
[1] HR. Bukhari No 5767, HR. Ahmad dalam Musnadnya No 5232, HR.
Abu Daud No 5003, HR. Tirmidzi No 2028, As Suyuthi No 2457
[2] Fathul
Bari Libni Hajar Hal 237 Vol 10
[3] Fathul
Bari Libni Hajar Hal 202 Vol. 9
[4] Tafsir
Ibnu Juzay : Hal 187 Vol. 2
[5] HR.
Bukhari No 6145 dari Ubay Bin Kaab
[6] Syarh
Bukhari (Dr. Musthafa Dib Bugha) Hal. 34 Vol 2
[7] HR. Imam
Baihaqi Dalam Syuabul Iman, No 4618 dari Abdullah Bin Amr
[8] HR.
Muslim No 2670 dari Abdullah
[9] QS. Al Baqarah:
235, QS. An Nisa’ : 5,8, QS Al Ahzab : 32
[10] QS. An
Nisa’ : 9, QS Al Ahzab : 70
[11] QS. An
Nisa’ : 63
[12] QS. Al
Isra’ : 23
[13] QS. Al
Isra’ : 28
[14] QS.
Tha-Ha : 44
[15] HR.
Bukhari No 6018 dari Abu Hurairah Ra
[16] HR.
Bukhari NO 6474 dari Sahl Bin Sa’d
[17] HR.
Bukhari 6478 dari Abi Hurairah Ra
Komentar
Posting Komentar