Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat
Hadits Kesembilan Mengusahakan Sesuatu dengan Jalan Maksiat
عَنْ
أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ
)مَنْ
حَاوَلَ أَمْرًا بِمَعْصِيَةٍ كَانَ أَبْعَدَ لِمَا رَجَا وَأَقْرَبَ لِمَجِيْءِ
مَا اتَّقَى(
[1]
Dari
Anas Bin Malik, Nabi ﷺ pernah bersabda,
“Barangsiapa mengupayakan sesuatu urusan dengan cara
maksiat, maka hal itu akan menjadikannya menjauhi dari apa yang dia inginkan
dan justru akan semakin mendekati apa yang di khawatirkannya.” (HR. Abu Nuaim)
***
Setiap
manusia hidup pasti memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu
kebutuhan pokok ataupun untuk nalurinya. Untuk memenuhi kebutuhan itu tentunya
banyak sekali cara yang digunakan, bahkan sampai muncul istilah menghalalkan
segala cara, yakni apapun caranya harus ditempuh untuk mendapatkan tujuan yang
diinginkan.
Kalimat
tersebut cukup menjadi sihir untuk mendongkrak semangat seseorang, namun jika
di pikir lebih lanjut, ternyata kalimat itu berpotensi berakibat fatal. Mengapa
demikian? “Menghalalkan segala cara”, kata Halal artinya boleh, menghalalkan
berati membolehkan menggunakan cara apapun demi terwujudnya tujuan, tidak
pandang apakah itu legal atau tidak, mengambil hak orang lain ataupun tidak,
bahkan tidak peduli haram ataukah tidak. Inilah fatalnya.
Mengapa
fatal, iya, karena jika cara yang digunakan adalah adalah maksiat, maka justru
semakin mendekati apa yang dikhawatirkannya, seperti yang tercantum pada hadits
di atas. Artinya, selain tidak akan mencapai tujuan yang dikehendaki, ia juga
harus menerima kenyataan pahit akibat dari cara salah yang digunakannya. Maksiat.
Maksiat
adalah segala tindakan yang tidak sesuai dengan aturan Allah. Maksiat juga bisa
berarti durkaha kepada Allah karena tidak mematuhi perintahnya.
Allah yang maha kuasa menciptkan manusia, juga menciptakan aturan-aturan
(syariat) yang menjadikan manusia menuai kebahagiaan dirinya, baik di dunia ini
maupun di akhirat. Ketika manusia mau menjalankan aturan tersebut, pasti ia
akan bahagia, sekalipun tidak
menyadari hikmahnya, dan siapapun yang tidak menggunakannya (maksiat), justru akan
menuai kesengsaraan dan menghancurkan karirnya, sekalipun sudah dirancang akalnya.
Berikut beberapa contoh yang layak kita perhatikan.
Kebutuhan Pokok.
Kebutuhan
pokok yakni kebutuhan yang harus dipenuhi, jika tidak terpenuhi maka akan mati.
Kebutuhan ini seperti butuh pada makan, minum dan tidur. Tujuan utama dalam
pemenuhan ini adalah agar terpenuhinya kebutuhannya dan tidak mendapatkan efek
negatif darinya. Dalam hal ini, Allah telah membuat aturan, yakni seorang
manusia harus mencari jenis makanan yang halal, dan cara yang digunakan juga
halal.
Makanan
halal adalah setiap makanan yang layak dikonsumsi bagi manusia. Sementara
makanan haram adalah yang tidak layak. Semua makanan yang layak dikonsumsi,
dihalalkan oleh Allah[2],
sedangkan yang tidak layak, yang haram, itu semua adalah demi kemaslahatan
manusia. Karena setiap makanan akan membawa dampak perilaku seseorang. Baik
buruknya tindakan adalah tergantung halal tidaknya makanan.
Contoh
makanan yang diharamkan Allah adalah seperti babi, anjing, binatang buas,
segala yang menjijikkan dan lain sebagainya. Semua itu haram agar manusia tidak
terjangkit penyakit dan karakter hewan yang dimakannya.
Ketika
seseorang memilih makanan sesuai dengan aturan Allah, dia akan menjadi sehat,
rajin beribadah dan berakhlak baik. Begitu juga sebaliknya, Jika tidak mengindahkan
aturan itu, siap-siap akan mengalami kemunduran kesehatan, perilaku bahkan akan
menjerumuskannya pada neraka. Naudz Billah.
Selain
jenis makanan halal, cara yang digunakan juga haruslah halal. Terkait mana cara
yang halal ini sudah diterangkan Allah dalam bab fiqh, seperti Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dan lain sebagainya. Semua cara
yang halal adalah berasas saling menguntungkan, dan semua cara yang haram
dilakukan adalah karena ada unsur merugikan orang lain sehingga menggunakannya
menjadikan manusia sendiri tidak bahagia.
Ilmu
Aturan
yang dibuat Allah dalam mencari ilmu adalah meniatkannya untuk mendapatkan
ridha Allah. Dan melarang bertujuan untuk mendapatkan ridlo dari selainnya. Ilmu
sangat tinggi nilainya disisi Allah.
Para
pencari ilmu jika sesuai dengan aturan Allah maka ia akan mendapatkan kemuliaan
yang banyak, antara lain :
1. Orang
berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga
2. Orang
berilmu akan memiliki pahala yang mengalir
3. Orang
yang paling takut kepada Allah Taala adalah orang yang berilmu
4. Allah Taala
akan mengangkat derajat orang yang berilmu
5. Orang
yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah
6. Orang
berilmu mewarisi kekayaan Nabi
7. Orang
yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat
Dan masih banyak sekali
keutamaan orang yang berilmu yang sepantasnya dijelaskan pada bab tersendiri.
Namun jika pencari ilmu tidak
mengindahkan aturan Allah, justru ilmunya menjadi sebab celakanya, baik di
dunia maupun akhirat, naudz billah. Seperti hadits berikut
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ
غَيْرَ اللَّهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Siapa
yang belajar agama karena selain Allah -atau ia menginginkan denagn ilmu
tersebut selain Allah-, maka hendaklah ia menempati tempatnya di neraka.”[3]
Sampai
Rasulullah ﷺ sendiri pernah berdoa :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ
بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ
تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya
Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari
hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa
yang tidak dikabulkan.”[4]
Dan masih banyak lagi ancaman
untuk pencari ilmu, ulama yang justru membuatnya celaka dunia akhirat karena
salah tidak mengindahkan aturan Allah.
Jabatan
Setiap manusia yang terlahir
dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin,
setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya
seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu
menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan
baik oleh pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban
atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan
tentang pemimpin yang baik diantaranya : Beriman dan Beramal Shaleh, Niat yang
Lurus, Laki-Laki, Tidak Meminta Jabatan, Berpegang pada Hukum Allah, Memutuskan
Perkara Dengan Adil, Menasehati rakyat, Tidak Menerima Hadiah, Tegas dan Lemah
Lembut.
Jika seseorang mendapatkan
jabatan sesuai dengan aturan Allah, Allah akan memberikan keistimewaan
kepadanya, diantaranya adalah hadits berikut :
سبعةٌ يظلُّهمُ اللَّهُ تحتَ ظلِّهِ يومَ لا ظلَّ إلّا ظلُّهُ،
إمامٌ مُقسطٌ ورجلٌ لقيتهُ امرأةٌ ذاتُ جمالٍ ومَنصبٍ فعرضَتْ نفسَها عليهِ فقالَ:
إنِّي أخافُ اللَّهَ ربَّ العالمينَ، ورجلٌ قلبُهُ مُعلَّقٌ بالمساجدِ ورجلٌ
تعلَّمَ القرآنَ في صِغرِهِ فَهوَ يتلوهُ في كِبَرِهِ ورجلٌ تصدَّقَ بصدقةٍ
بيمينِهِ فأخفاها عن شمالِهِ، ورجلٌ ذَكَرَ اللَّهَ في برِّيَّةٍ ففاضَتْ عَيناهُ
خشيةً منَ اللَّهِ عزَّ وجلَّ، ورجلٌ لقيَ رجلًا فقالَ: إنِّي أحبُّكَ في اللَّهِ
فقالَ لَهُ الرَّجلُ وأَنا أحبُّكَ في اللَّهِ[5]
Tujuh Golongan yang akan
mendapatkan naungan Allah pada hari (Kiamat) dimana tidak ada naungan kecuali
naunganNya:
1. Pemimpin
(imam) yang adil.
2. Lelaki
yang diajak berbuat zina oleh seorang wanita yang memiliki kekuasaan dan
kecantikan dan dia berkata 'saya takut kepada Allah'
3. Lelaki
yang hatinya selalu terpaut dengan masjid
4. Seseorang
yang belajar Al Quran pada masa kecilnya lalu ia tetap rajin membacanya ketika
dia dewasa.
5. Orang
yang bersedekah kemudian dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya
6. Orang
yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah
karena menangis
7. Dua
orang yang saling mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah.
Tujuh orang diatas adalah
orang-orang istimewa sehingga saat di akhirat-pun Allah mengistimewakannya.
Dari sekian banyak orang, ternyata urutan pertama adalah seorang pemimpin yang
adil. Ini adalah istimewanya istimewa. Selain juga menunjukan betapa beratnya
menjadi seorang pemimpin yang adil.
Dan sebaliknya, jika
seseorang menjalankan jabatannya tidak sesuai dengan aturan Allah, maka akan
terjadi kehancuran, baik untuk dirinya sendiri juga kepada orang-orang yang
dibawah kendalinya. Seperti ayat di bawah ini
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي
الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu
berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan? (QS Muhammad : 22)
Pada ayat diatas, ada isyarat
jika kepemimpinan tidak dijalankan sesuai dengan aturan Allah, minimal akan
terjadi dua hal, (1) kerusakan di muka bumi (2) terjadi cerai berai. Dua hal
itu adalah hal yang sangat mengerikan dalam kehidupan manusia. Naudz billah min
dzalik
Harta
Mencari rizki dari jalan yang
halal merupakan hal yang sangat mulia, namun tidak sedikit yang mencari jalan
pintas yang mereka anggap pantas sehingga terjerumus kepada yang haram.
Alhasil, rizki yang ia dapat bukan membawa berkah malah membawa malapetaka.
Allah SWT memerintahkan kita
mencari rizki yang halal agar makanan yang yang kita konsumsi menjadi halal.
Kenapa demikian?
1.
Doanya dikabulkan
Sebagaimana perintah
Rasulullah ﷺ ketika Saad bin Abi Waqas berdiri seraya
memohon agar doanya dikabulkan, lalu Rasulullah ﷺ memerintahkan:
يا سَعْدُ أطِبْ مَطعَمَكَ تكُنْ مُستجابَ الدَّعوةِ
Wahai Saad, makanlah yang
baik, doamu pasti dikabulkan. (HR. Thabarani dari Abdullah Bin Abbas)[6]
2.
Di jamin masuk surga
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ
مَن يَضْمَن لي ما بيْنَ لَحْيَيْهِ وما بيْنَ رِجْلَيْهِ أضْمَن
له الجَنَّةَ.
Barangsiapa berani menjamin
kepadaku keselamatan lidahnya dan farjinya, maka aku jamin dia masuk
surga. (HR. Bukhari no 6474 dari Sahl bin Saad)
Keselamatan lisan, selain
menjaga lisannya dari melakukan dosa lisan, juga berarti jaminan
keselamatan perut, yakni harus makan yang halal dan baik, karena semua makanan
dan minuman lewat dari lisannya.
Hadits ini juga memberikan
isyarat bahwa keselamatan lisannya dengan menjaga dari makanan haram, akan
memudahkan seseorang terhindar dari kejahatan farji, sehingga dia dimudahkan
masuk surga.
Dan masih banyak sekali
keistimewaan orang yang makan halal yang menjadikannya bahagia dunia akhirat.
Namun sebaliknya, jika
seseorang mencari harta dan makannya tidak mengindahkan aturan Allah, justru
dia akan terjerumus dalam kerugian dan kesengsaraan. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Doanya tidak dikabulkan
Sebagaimana potongan hadits
ini
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أشْعَثَ أغْبَرَ،
يَمُدُّ يَدَيْهِ إلى السَّماءِ، يا رَبِّ، يا رَبِّ، ومَطْعَمُهُ حَرامٌ،
ومَشْرَبُهُ حَرامٌ، ومَلْبَسُهُ حَرامٌ، وغُذِيَ بالحَرامِ، فأنّى يُسْتَجابُ
لذلكَ؟
...Lalu Rasulullah ﷺ menyebutkan kisah seorang laki-laki yang
sudah mengadakan perjalanan yang panjang, rambutnya acak-acakan dan berdebu,
lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke atas dan berdoa ya Rab Ya Rab,
sementara makannya haram, pakaiannya haram, dan sejak kecil diberi makan haram,
bagaimana bisa doanya di kabulkan?
(HR. Muslim no 1015 dari Abi
Hurairah)
Dalam hadits di atas, seorang
laki-laki yang disebutkan Rasulullah telah berada dalam kondisi penghambaan
yang sempurna, berada tengah diperjalanan dan kondisinya sangat layak untuk
dikasihani, dan dia pun bermohonnya kepada Allah, namun Allah yang maha
mengabulkan doa pun enggan mengabulkan doanya, gara-gara 1 hal, yaitu
menggunakan fasilitas haram.
2.
Amalnya tidak diterima selama 40
hari.
Ini mengerikan sekali, Allah
yang maha bersyukur enggan menerima amal baik seseorang selama 40 hari kerena 1
hal, yakni ada makanan haram dalam tubuhnya. Dan ini sampai disabdakan
Rasulullah ﷺ dan beliau sampai bersumpah. Padahal
Rasulullah ﷺ tidak sumpahpun sabdanya adalah
benar.
والَّذي نَفْسُ مُحمَّدٍ بيدِه إنَّ العبدَ لَيقذِفُ اللُّقمةَ
الحرامَ في جوفِه ما يُتقبَّلُ منه عمَلُ أربعينَ يومًا
Demi Dzat yang diri Muhammad
ada di tangannya, sungguh seorang hamba mengambil sesuap makan haram lalu
dimasukkan perutnya, maka sungguh amalnya selama 40 hari tidak akan diterima.
(HR. Thabarani dari Abdullah Bin Abbas)[7]
3.
Terseret ke Neraka
Ini adalah perihal yang
sangat menyengsarakan dalam hidup manusia yang semestinya sangat perlu dijadikan
pertimbangan saat akan melakukan perbuatan haram, yakni terseret ke Neraka.
Namun hal itu terkadang di lupakan karena neraka belum tampak kasat mata di
depannya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
وأيُّما عبدٍ نبَت لحمُه مِن السُّحتِ والرِّبا فالنّارُ أَوْلى
به
Setiap hamba yang dagingnya
tumbuh dari barang haram dan riba, maka yang paling layak mengambil daging itu
adalah neraka. (HR. Thabarani dari Abdullah Bin Abbas)[8]
Artinya ketika seseorang
telah menggunakan fasilitas haram, baik makanan ataupun lainnya maka ia pasti
akan terseret untuk melakukan perkata haram juga, rela ataupun terpaksa,
sehingga ia di akhirat akan diseret api neraka. Naudz billah min dzalik.
Selain 3 hal di atas, masih
banyak lagi hal yang sangat merugikan seorang hamba karena tidak menggunakan
cara yang sudah dibuat Allah.
Dari pentingnya memilih yang halal ini, sampai dikatakan Kalam hikmah,
الجار قبل الدار، الحلال قبل المال، الرفيق قبل الطريق
Pilihlah dahulu siapa
tetanggamu sebelum memilih rumah, pilihlah yang halal sebelum menghitung berapa
untungnya, pilihlah siapa temanmu sebelum melangsungkan perjalanan.
Dan pada
zaman mendekati kiamat nanti, salah satu tandanya adalah harta yang halal
menjadi langka. Mayoritas harta saat itu adalah haram, dan itu bisa jadi adalah
zaman ini dan akan semakin memburuk di kemudian hari. Sebagaimana yang
disampaikan oleh sahabat Hudaifah bin Al Yaman dari Rasulullah ﷺ:
عن حذيفة بن اليمان سَيأتي عليكُم زَمانٌ لا يَكونُ فيهِ شيءٌ أعَزَّ من ثلاثةٍ: أخٍ
يُستأنَسُ بهِ، أو دِرهمٍ من حلالٍ، أو سُنَّةٍ يُعمَلُ بِها
Akan datang kepada kalian
satu masa dimana pada saat itu ada tiga hal yang sangat langka : (1) saudara
yang menetramkan (2) uang halal (3) sunnah yang dikerjakan. (HR. Abu
Nuaim)[9]
Jenis Kelamin
Setiap manusia pasti
membutuhkan penyaluran biologisnya. Jika sudah tersalurkan, maka dia akan
mendapatkan kebahagiaan.
Allah telah memberikan aturan
yang sangat indah. Kebutuhan itu diberikan dan diatur oleh Allah sehingga
kebutuhan itu terpenuhi dan berada dalam kondisi terhormat, yaitu dengan cara
menikah dan melarang menggunakan cara zina. Sebagian agama memangkas penyaluran
itu sehingga justru terjadi banyak perzinahan secara tersembunyi, dan sebagian ideologi
justru memberikannya secara bebas tanpa ada aturan (free sex) yang justru
berakibat manusia tidak mempunyai kehormatan.
Jika seseorang ingin
menyalurkan hasratnya, maka pilihlah dengan cara menikah, nanti hidupnya pasti
akan mulia dan terhormat. Namun jika memilih berzina, justru akan semakin
membuatnya tidak mempunyai harga diri.
Agama Islam sendiri telah
melarang keras melakukan perzinahan, karena dampak negatif tersebut. Sampai Allah
batasi juga jalan-jalan yang mengarah kepada Perzinahan, seperti pria dan
wanita harus menundukkan pandangan, wanita sebaiknya tinggal di rumah, jika pun
keluar maka harus mengenakan hijab dan tidak bertabarruj (melakukan
tidakan yang menarik penglihatan ajnabi), dilarang berduaan (khalwat),
jika pun sedang berkumpul, maka tidak boleh bercampur (ikhtilath) dan
lain-lain yang bisa mengarah kepada perzinahan.
Jika ingin mulia, gunakanlah
cara Allah, karena itu akan mendekatkan kepada tujuan hakiki anda, jangan sekalipun
menggunakan cara lain (maksiat) karena itu akan semakin menjauhkan dari yang
diharapkan, dan semakin mendekati kepada yang dikhawatirkan.
Itulah
beberapa hal yang menjadi contoh dampak positif dan negatif dari sebuah perkara
yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Kita berdoa semoga kita ditolong
Allah agar senantiasa mengerjakan segala hal yang sesuai dengan aturan Allah
sehingga mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Amin
والله يتولى الجميع برعايته
[1] HR Abu Nuaim dalam kitab Al Hilyah. Dan dituangkan oleh
Imam Suyuthi dalam Al Jami’ Ash-Shaghir no 8625
[2] (kecuali untuk Yahudi (Anak Turun
Yahuda), ada beberapa
makanan yang layak dikonsumsi namun haram atas mereka sebagai bentuk hukuman
dari Allah atas perbuatan manusia, namun kemudian saat Rasulullah fdfa diutus,
larangan itu kemudian dihapus Allah sebagai bentuk mengistimewakan Nabi
Muhammad dan umatnya, sehingga semua makanan yang layak adalah halal)
[3] HR.
Tirmidzi no. 2655. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib
[4] HR.
Muslim no. 2722
[5] HR. Bukhori no 660
[6] Mu'jam al Ausath 6/310
[7] Mu'jam al Ausath 6/310
[8] Mu'jam al Ausath 6/310
[9]
Hilyatul Auliya, 7 / 142
Komentar
Posting Komentar