Hadits Kedelapan Kapan Dunia Berada di Tanganmu?
Hadits Kedelapan Kapan Dunia Berada di Tanganmu?
عَنْ
عُبَيْدِ اللهِ بْنِ مِحْصَنٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r :
)مَنْ
أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوْتُ
يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا( [1]
Dari Ubaidillah bin Mihshan t. Ia berkata: Rasulullah r bersabda:
(Barang siapa dari kalian aman
berada di rumahnya, sehat tubuhnya dan di sisinya ada makanan untuk hari itu
maka seolah-olah dunia telah ia kuasai dengan keseluruhannya)
Standar
Kekayaan
Standar
kekayaan seseorang bisa diukur dengan tiga hal : (1) Keamanan. (2) Kesehatan (3)
Makanan. Jika dalam kesehariannya dia sudah mendapatkan 3 hal itu, maka seakan
dia telah memperoleh semua isi dunia.
Dalam Hadits
ini, Rasulullah ﷺ menunjukkan betapa tiga hal itu menjadi
perkara yang penting.
PERTAMA : KESEHATAN
Agama kita
Islam ini sungguh luar biasa dalam memberikan perhatian terhadap persoalan
kesehatan. Karena kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala, bekerja dan beraktivitas lainnya.
Syaikh Abdul Wahab Kholaf dalam Kitabnya Ilmu Ushulil Fiqh[2], mengatakan bahwa
tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, Kehormatan,
harta dan keturunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan tujuan kehadiran agama
Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan yang sangat penting. Tanpa
adanya kondisi kesehatan seseorang, maka dengan sendirinya berbagai upaya untuk
memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dalam mencapai tujuan
kehadiran agama.
Dalam khasanah
Islam ada dua istilah umum yang artinya sehat yaitu Ash Shihah dan Al
Afiat. Menurut salah satu ulama bahwa makna Ash Shihah itu adalah
bentuk kesehatan yang meliputi jasmani/raga/lahiriah sedangkan Al Afiat
adalah bentuk kesehatan yang meliputi rohani/jiwa/ batiniah.
Islam jauh-jauh
hari sudah memberikan petunjuk secara jelas, komplit dan terpadu tentang konsep
pentingnya menjaga kesehatan baik seara jasmani maupun rohani.
Dibawah ini
kami cuplikkan beberapa hal yang mengantarkan kesehatan, baik jasmani maupun
rohani.
Untuk menjaga
kesehatan jasmani, ada beberapa yang harus dilakukan :
1. Menjaga Thaharah
Artinya menjaga
kesucian dan kebersihan dari semua aspek mulai dari sekujur badan,makanan,pakaian,tempat
tinggal maupun lingkungan.
Dari pentingnya
menjaga kebersihan, sampai kebersihan dianggap sebagai kunci surga. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah ﷺ menyampaikan
bahwa “Kunci surga adalah shalat, sementara kunci shalat adalah thaharah”.
Dengan demikian kunci surga adalah thaharah.
Dari pentingnya
ajaran thaharah ini, mestinya konsep ini sudah dibudayakan dalam lembaga
pendidikan dan sebuah komunitas, baik itu sekala kecil seperti keluarga ataupun
komunitas lain, karena siswa-siswi adalah calon generasi berikutnya. 50 tahun
kedepan, kebersihan rumah, sekolah, bahkan negara ditentukan oleh keberhasilan
para guru dan orang tua dalam mendidik anak-anak saat ini. Kebersihan adalah
ajaran praktik, bukan hanya slogan.
2. Menjaga Makanan.
Ajaran islam
selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal, baik
dan halal itu baik secara dzatnya maupun secara mendapatkannya. Karena makanan
akan memengaruhi kesehatan dan karakter seseorang. Allah memerintahkan kita
untuk memakan makanan yang halal dan baik sebagaimana dalam Firman Allah SWT di
dalam Alquran, yang artinya : “ Dan makanlah makanan yang halal lagi baik
(thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya”(Q.S. Al Maidah : 88). “Wahai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu
adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al Baqarah : 168).
Jika seseorang
bisa menjaga pola makannya, mau berpuasa dari makanan-makanan yang tidak sehat,
maka ia akan mendapatkan kesehatan, sebagaimana yang telah dianjurkan oleh
Rasulullah ﷺ untuk berpuasa agar sehat
Dalam dunia
pendidikan, penjagaan pola makanan ini menjadi penting untuk diperhatikan,
karena jika lembaga tidak mengaturnya dengan menyiapkan makanan yang sehat,
maka anak-anak akan cenderung memilih makanan yang ia sukai, tidak peduli ia
mendapatkan dari pembeli mana. Sementara untuk para pedagang, hendaknya juga
bisa membantu merealisasikan konsep makanan sehat, bukan asal laku saja. Karena
rizki sudah ada takarannya masing-masing sementara menjaga kesehatan adalah
tanggung jawab bersama. Perlu diingat, bahwa makanan bisa membentuk karakter
dan kecerdasan.
3. Olah Raga
Ajaran Islam
ternyata begitu sangat lengkap dan sempurna. Bahkan olahraga saja ternyata
dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW seperti olahraga berenang, memanah, berlari,
berkuda, bergulat, dan sebagainya. Jadi umat Islam jangan malas
berolahraga. Olahraga bertujuan untuk menjadikan manusia sehat dan kuat. Dalam
Islam, sehat dipandang sebagai nikmat kedua terbaik setelah Iman. Selain itu,
banyak ibadah dalam Islam membutuhkan tubuh yang kuat seperti shalat, puasa,
haji, dan juga jihad. Bahkan Allah sebetulnya menyukai mukmin yang kuat. Oleh
karena itu, olahraga itu perlu. Dari Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW
bersabda “Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah daripada orang mukmin yang lemah”.[5]
Ada Tiga jenis
olah raga yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW yang dapat dianggap sebagai sumber
dari semua jenis olah raga yang ada pada zaman sekarang. Ketiganya, mengandung
aspek kesehatan, keterampilan, kecermatan, sportivitas, dan kompetisi.
Sebagaimana Sabda Nabi SAW “Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah.”
[6]
Ajarilah anakmu memanah, berenang dan berjalan diantara dua tujuan[7],
dan masih banyak lagi hadits yang berkaitan, dan tentang oleh raga ini bisa di
cukupkan dengan kitabnya Abuya Assayyid Muhammad Al Maliki yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berjudul “Fiqh Sport”
Adapun untuk menjaga
kesehatan rohani, ada beberapa hal juga yang harus dilakukan:
1. Memperbanyak Ibadah
Artinya
memperbanyak melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT sebagai contoh
mendirikan sholat 5 waktu. Sebab kalau orang yang selalu melaksanakan perintah
Allah, batiniahnya akan bahagia sebab
tidak akan merasa melanggar perintah Nya.Sehingga jiwanya akan tenang,tentram
dan damai. Bukankah manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah?
Sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku”. (QS. Al Dzariyat : 56).
2. Memperbanyak Berdzikir
Artinya
memperbanyak mengingat Allah SWT, baik dalam kondisi senang maupun susah, baik
dalam keadaan siang maupun malam, baik dalam situasi sepi maupun ramai. Dengan
bahasa lain berdzkir itu tidak mengenal waktu dan tempat artinya kapan pun dan
dimanapun berdzikir itu bisa dilakukan
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad
ayat 28)
3. Berbaik Sangka (Positif Thinking)
Pertama, kita harus
berbaik sangka karena ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita
kira. Kedua, berbaik sangka dapat mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Ketiga, berbaik
sangka dapat menyelamatkan hati dan hidup kita. Keempat, berbaik
sangka bisa membuat hidup kita lebih legowo, karena toh Allah SWT seringkali
menyiapkan rencana yang mengejutkan bagi hambaNya
Dalam hadits Qudsi di katakan
أنا عندَ ظنِّ عبدي بي إنْ ظنَّ خيرًا
فله وإنْ ظنَّ شرًّا فله[8]
4. Ikhlas.
Artinya
memurnikan segala tindakan perbuatannya semata-mata karena Allah. Orang yang
ikhlas akan senantiasa sehat rohani, karena hubungannya antara dia langsung dengan
Allah, bukan dengan makhluk. Sebagaimana kisah Imam Abu Hanifah yang dipanggil
tetangganya tiga kali tanpa alasan tertentu, beliau mondar-mandir demi
mendatangi panggilan itu, namun tidak sedikitpun dari raut wajahnya tampak
kesal dan marah atas ulah tetangganya itu, justru ketenangan wajah beliau
membuat kaget dan penasaran tetangganya, ketika ditanya mengenai hal itu ia
menjawab dengan santai, “saya mendatangi panggilan yang pertama adalah karena
murni perintah Allah untuk berbuat baik kepada tetangga, begitu juga yang
panggilan yang kedua dan ketiga. Itulah rahasia beliau selalu tenang menghadapi
ualah tetangganya tersebut, yaitu ikhlash.
5. Sabar-bersyukur dan lain sebagainya
Keterangan
tentang sabar adalah cahaya Iman, bisa di rujuk pada hadits bulan sebelumnya.
KEDUA : KEAMANAN
Stabilitas keamanan sangat erat hubungannya dengan
keimanan. Ketika keimanan lenyap, pasti keamanan akan tergoncang. Dua unsur ini
saling mendukung.
Allah Ta’ala berfirman.
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا
إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan dengan kezhaliman, mereka
itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk” (QS. al-An’am : 82)
Allah Ta’ala memberikan jaminan kepada orang yang
mengimani bahwa Allah adalah Rabbnya. Islam adalah agamanya dan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabiNya. Allah Ta’ala memberikan jaminan
akan memelihara keamanan serta keimanannya dan menetapkan hidayah baginya.
Mereka itulah, insan-insan yang memperoleh keamanan serta mendapatkan hidayah
dariNya.
Bagaimana mungkin seorang muslim dapat
melaksanakan amalan sesuai dengan tuntunan agama, jika ia merasa takut. Dari
pentingnya sebuah kemanaan, sampai Nabi Ibrahim Alaihis Salam mendahulukan
permohonan kemaanan sebelum permohonan rizki.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ
اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ
مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan (ingatlah)
ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri aman
sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.(QS. al-Baqarah : 126)
Dan sungguh, berkat doa beliau ini, Allah benar-benar
telah memberikan anugerah besar kepada bangsa Arab, (yaitu) dengan menjadikan
tanah mereka sebagai tanah haram (suci), membebaskan mereka dari rasa
ketakutan, dan memberi makan mereka dari kelaparan. Allah Ta’ala berfirman.
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا
الْبَيْتِ﴿٣﴾الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Maka hendaklah
mereka menyembah Rabb pemilik rumah ini (Ka’bah) yang telah memberi makanan
kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”.
(QS. Quraisy: 3-4)
Ada Beberapa Hal Yang Dapat Mempengaruhi Terciptanya Keamanan
:
1. Penyebaran Aqidah Yang Benar Kepada Umat.
Sebab, aqidah yang benar, iman dan tauhid akan
menghalangi berkeliarannya orang yang bermaksiat, penjahat dan orang yang
mengintimidasi.
Konsep Islam telah menetapkan hukuman yang berat
bagi orang yang mengancam keamanan masyarakat. Misalnya, hukuman untuk
muharabah (memerangi Allah dan Rasul-Nya dengan cara berbuat onar) sangat tegas
dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ
يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ
يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ
خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ۚ ذَٰلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا ۖ
وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya
pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atu disalib, atau dipotong
tangan kanan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”.(QS. Al-Ma’idah: 33)
Inilah pidana muharabah bagi orang yang
mengayunkan senjata, seperti orang yang melakukan pembajakan pesawat,
pembunuhan, merampok harta orang, mengintimidasi masyarakat. Jika hal ini bisa
diterapkan, niscaya keamanan sejati akan terwujud.
2. Penegakan Shalat
Shalat yang didirikan dengan baik dan benar akan
menjadikan mushalli (pelaku Shalat) tertahan dari melakukan perbuatan keji dan
munkar. Sebagaimana Allah telah berfirman
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya
shalat akan mampu mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran”.(QS. Al-Angkabut: 45)
Fahsya’ (perbuatan keji) adalah keburukan yang bersumber dari
syahwat, seperti kata-kata jorok, kotor, pornografi, pornoaksi, dll. Sedangkan Munkar artinya Perbuatan
yang diingkari oleh hati. Sumbernya ada dua : (1) Nafsu perut dan (2) Akal.
Jika dua sumber
keburukan itu lenyap, maka pasti akan tercipta sebuah keamanan yang stabil.
Shalat yang baik
dan benar adalah shalat yang terdapat 4 unsur :
1. Iqamah Shalat (menegakkan shalat)
2. Dawam Shalat (selalu shalat)
3. Alkhusyu’ Fis Shalah (khusyu’)
4. Al Muhafadhah alas Shalah (menjaga shalat, baik
waktu dan adab-adabnya)
3. Membayar Zakat
Jika para hartawan enggan membayar zakat, niscaya
akan menimbulkan rasa iri dan dengki di kalangan orang miskin, mencuri
hartanya, dan membobol rumahnya, dan kejahatan lain. Sementara si Kaya pun
tidak akan merasa aman dengan harta yang ia miliki. Dengan dibayarnya zakat,
maka akan terjalin ukhuwah antara mereka.
4. Penegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Allah Ta’ala berfirman.
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ
بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Seandainya Allah
tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti
rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas
semesta alam”.(QS.al-Baqarah : 251)
Juga firmanNya.
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ
بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ
يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا
“Sekiranya Allah
tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
dirobohkan biara-biara Nasharni, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi
dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah”.(QS.al-Hajj : 40)
Dengan keterangan dua ayat di atas, amar Ma’ruf
Nahi Munkar menjadi posisi penting dalam menciptakan keamanan. Jika manusia
sudah tidak lagi mengerjakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, yang tentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing, maka ketika
bencana sudah turun, yang terkena bukan orang-orang durhaka saja, tapi juga
orang shalih karena keengganan atau kurang peduli mereka dalam ber-AMNM
5.
Penegakan
Hukum Allah
Allah Ta’ala berfirman.
Allah Ta’ala berfirman.
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا
أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan dalam
(pelaksanaan) qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa”.(QS.al-Baqarah : 179)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إقامةُ حَدٍ من حُدودِ اللهِ خيرٌ من مَطرِ
أربعينَ ليلةٍ في بلادِ اللهِ عزَّ وجلَّ
“Penegakkan satu hukum Allah lebih baik dari hujan
selama empat puluh hari di Negara Allah ta’ala”[9]
Konsep Allah, sang pencipta manusia, dalam menjaga
stabilitas keamanan, tentu jauh lebih efektif dari konsep manusia itu sendiri.
Ketika 1 tangan di korbankan demi menjaga harta
jutaan masyarakat, tentulah itu sangat ekonomis. Ketika 1 nyawa dengan proses
perajaman yang disaksikan oleh seluruh laisan masyarakat bisa menjadikan
kehormatan jutaan masyarakat terjamin, tentulah itu sangat indah. Namun karena
ini adalah ide Islam, sebagian orang rela menolaknya sekalipun hati kecilnya logis.
itu Islam pobhia, sentimen personal, mestinya yang diutamakan adalah kenyamanan
warga masyarakat.
KETIGA : ADA MAKANAN POKOK HARI ITU
Gambaran
singkat tentang makanan pokok adalah adanya nasi, lauk dan air minum secukupnya
untuk satu hari, yang itu jika dikalkulasi maka per individu sebenarnya hanya
perlu menyiapkan uang 50.000 atau bisa kurang.
Hadits ini
mengajarkan seseorang untuk mengambil kecukupan, selebihnya itu adalah lebihan.
Hadits ini bukan berarti mengajak seseorang untuk hidup serba minim, karena
jika seseorang hanya mencari uang sekedar 3 poin itu, maka Islam tidak punya
orang kaya, karena penghasilan hanya cukup untuk digunakan makan sehari saja.
Jika Islam tidak ada orang kaya, maka ibadah maliyah tidak akan berjalan,
seperti zakat, infaq, sedekah, Haji, bahkan jika ada musuh menyerang, maka
Islam akan kesulitan untuk membelanya, karena Islam lemah ekonomi.
Ekonomi dalam
Islam mempunyai posisi sangat penting, dari pentingnya, hingga Allah melarang
seseorang meninggalkan generasi yang lemah, baik lemah ekonomi, Ilmu dan iman.
Sebagaimana Allah sampaikan dalam ayat
وليخش الذين لو تركوا...
Dunia, (termasuk
di dalamnya harta benda) tidak sepenuhnya jelek. Dunia dipandang jelek apabila
tidak berorientasi untuk akhirat, dan itulah yang dikritik oleh para sufi bahwa
dunia itu bangkai, barangsiapa yang mencitai dunia, maka bersiaplah berebut
dengan anjing.
Dalam hadits
lain disebutkan, “Dunia itu terlaknat (jauh dari rahmat Allah, kecuali seorang
alim,..)
Kata Dunia,
secara bahasa berasal dari beberapa akar kata: (1) Dani’ah : rendah, Hina (2)
dekat, yakni saat ini. Sehingga menurut pengertian dunia makna pertama, maka Segala
sesuatu yang tidak murahan, seperti sujud, sedekah, taklim bukanlah dunia. Ini
kesaksian akhirat.
Ibnu Khladun
berkata, “Allah mengkritik dunia yang perlu dikritik, bahkan akhirat pun di kritik Allah, surga juga dikriktik jika
perlu dikritik karena ada konteknya.
Ada seorang
sufi “kurang Bijak” mengkritik dunia habis-habisan, bahwa dunia ini gak ada
benarya, dunia ini tempat bangkai, yang berebut bangkai harus siap berebut
dengan anjing, dan kemana-mana. Ketika mendengar ini, Sayyidina Umar agak
tersinggung dengan ungkapan sufi “kurang Bijak” ini, namun beliau masih bisa
mengendalikan diri, “sal sayyida!”, “tanyalah kepada orang terhormat ini” kata
beliau. (yang dimaksud adalah Ubay Bin Ka’b)[10]. Dan kata Ubay
Bin Ka’b, (beliau adalah satu dari enam sahabat nabi yang dipuji dengan min
Ahli Quran) “lalu anda masuk surga dengan apa? Lalu anda masuk neraka karena
apa? Lalu anda dapat ridla Allah karena apa? Kamu itu bisa masuk surga lihadzihid
daar, karena kenangan di rumah ini (dunia) karena sujud kamu, karena
kebaikan kamu. Allah mereferensi amal kamu ya di dunia ini, kamu masuk surga
karena sujud kamu di dunia ini dan nanti masuk
neraka karena keangkuhanmu di dunia ini, fahadhihid duya mi’yar dunia
ini adalah takaran, semua referensi tuhan tentang akhirat itu merujuk kelakuan
kita di dunia sehingga kalau kamu masuk surga selama-lamanya itu karena
kebaikan kamu di dunia maka jangan kritik dunia ini karena dunia ini tempat
sujudmu, tempat rukukmu, tempat.” dia menjawab sambil marah-marah.
Semenjak saat itu
kata Ibnu Khaldun, “orang tahu bahwa dunia yang di kritik adalah yang berasal
dari kata دنيئة, suatu yang murahan,
sehingga kalau orientasinya itu kebesaran li i’la’i kalimatillah maka
itu tidak termasuk dunia. Dan yang suasananya akhirat namun motifnya adalah kasal
kemalasan itu yang benar-benar dunia.
Makanya Imam
Syafii itu sering mengkritik tasawwuf hingga berkata أُسِّسَتِ
التصَوُّفُ على الكَسَل “ilmu tasawuf itu
basisnya karena malas”. Karena tadi, misalanya begini (ini contoh paling
gampang) Zaid itu di daerah pinggiran, dimana Islam itu minoritas terus dia
ingin kaya raya supaya bisa bikin masjid atau bikin komunitas Islam atau dia
ingin menjabat lurah supaya tidak ada pelarangan orang shalat karena dia yang
punya otorias bikin aturan, atau sekup yang lebih besar ingin jadi bupati
supaya daerah di situ familiar dengan Islam karena pejabatnya Muslim, itu tidak
dunia karena semua orientasinya untuk mengawal sujud mengawal kebenaran, tapi
kalau kamu di daerah pinggiran kemudian memilih sendirian dan beranggapan semua
terjadi karena iradah Allah, lalu kamu meninggalkan aktifitas dakwah, itu yang
dunia karena motivasi kamu adalah kasal, malas dari mewarnai buminya Allah ini
dengan sujud.
Ini yang banyak
orang sufi salah faham sehingga seorang sufi harus belajar fiqh, agar dia tahu
diingatkan orang alim bahwa menyembunyikan ilmu adalah haram, tidak memberi
kontribusi dalam proses orang sujud adalah haram, tidak memberi pencerahan pada
umatnya Nabi adalah haram, menikmati keasikan ingat Allah sendirian adalah
haram, dia harus diingatkan seperti itu terus, kalau tidak itu bahaya bagi
agama ini, makanya dulu itu gak ada orang sufi yang tidak ngaji pada ulama fiqh.
Sekarang kebalikan malah orang sufi itu mengatakan fiqh itu baru kulit
sementara dirinya sudah sampai haqiqat, semberono. Faham seperti itu bahaya.
Karena sekarang
itu sufi menjadi identitas kesalehan, maqam orang sufi seakan-akan sudah diatas
ahli fiqh, itu bahaya. Karena itu tadi, sufi akan mengkritik dunia
habis-habisan dan dia meninggalkan dunia, happy asik sendiri dengan tuhan, dan
membiarkan umatnya Nabi ini berserakan kemana-mana tidak terlibat sama sekali,
tidak memberi kontribusi sama sekali. Tidak mau berAmar Makruf Nahi Munkar. Tapi
bahasa amar ma’ruf nahi munkar saat ini sudah menjadi bahasa gerakan, sehingga
istilah yang tepat untuk mereka para sufi adalah “tidak peduli”
Jadi yang
dimaksud dunia yang kritik Allah adalah dunia yang berakar kata دنيئة murahan, ringan, nafsu, rendah, hina. Tapi
ketika sesuatu itu baik, dan mengarah kepada Allah itu disebut sebagai dunia mazra’atul
Akhirat, itu sebuah status yang harus kita pakai.
Makanya kata
Imam Ghazali, jika kamu tidak mempunyai dunia dan penat karena tidak punya,
maka datanglah ke kekuburan, lihatlah mereka, bahwa semua keinginan yang sudah
mati hanya satu yaitu ingin kembali ke dunia untuk memperbaiki amalnya. Maka
dunia adalah segala-galanya bagi orang yang sudah mati. Orang yang sudah
meninggal cita-citanya hanya satu لعلي أرجع ingin kembali ke dunia untuk membenahi semua
kesalahan yang pernah dilakukan zaman ketika di dunia. Terus kamu ingat, فأنا في الدنيا Ya Allah sekarang aku di dunia, saya punya
satu kesempatan yang diinginkan oleh seluruh orang mati di seluruh dunia. Bukan
malah kebalikan, sudah hidup malah ingin mati, dari banyaknya kasus.
Di sini
sirrinya para Rasul, Nabi sering berdoa أللهم طول
عمرنا sehingga para shalihin
juga berdoa panjang umur, itu karena pada saat itu yang hadir adalah dunia
dengan makna mazro’atul akhiroh, tapi ada juga wali dan Nabi yang
terkadang berdoa, “Ya Allah jika saya sebaiknya mati ya mati saja”, itu
ketika tergambar dunia yang murahan, arogan, sudah tidak jelas.
Maka dunia ini
punya dua status sekaligus, sebagai prospek bagi anda untuk mazro’atul akhiroh,
maka nikmati senikmat-nikmatnya. Tapi jika bagi anda ini menjadi ladang
maksiat, maka jadikan dunia ini tempat taubat, karena akhirat itu tidak ada
apa-apanya dibanding dengan dunia, akhirat hanya mereferensi dunia. Kalimatوللآخرة خير لك من الأولى itu artinya, “sesuatu yang berorientasi
akhirat dan kemudian menjadikan kamu nyaman di akhirat itu lebih baik dari pada
dunia”. Artinya bukan “dunia ini jelek sedangkan akhirat bagus”. Karena jika di
duniamu jelek maka di akhirat lebih parah. Kamu di dunia miskinmu masih sempat
menikmati kopi makan soto, tapi nanti kalau kamu misikin di akhirat, maka
nikmat sekecil itu pun tidak akan terjadi, yang ada hanya disiksa Malaikat.
Marilah kita
mencintai dunia sebagai mazr’oatul Akhirat, karena Allah lebih suka
mukmin yang kuat dari pada yang lemah.
Wallahu
Yatawallal Jami’ Biri’ayatih
[1] HR.
Tirmidzi No 2346, Ibnu Majah No 4141
[2] Ilmu
Ushul Fiqh karya Syaikh Abdul Wahab Kholaf, Hal 200 Vol.1
[3] HR. Imam
Suyuthi dalam Al Jami’ Asshaghir no 8173
[4] HR Ibnu
Ady dari Ali Bin Abi Thalib dalam kitab Al Kamil Fil Dluafa’, Hal. 227 Vol. 3
[5] HR.
Muslim No. 2664
[6] HR.
Baihaqi dari Abdullah Bin Umar dalam kitab Syu’abul Iman Hal. 2900 Vol. 6
[7] HR.
Ibnul Mulqin dalam kitab Al Badrul munir Hal. 439 Vol. 9
[8] HR. Ibnu
Hibban no 639 dari Abu Hurairah
[9] HR. Ibnu
Majah dari Abdullah Bin Umar no 2537
[10] Kata Sayyid
zaman dahulu digunakan untuk orang terhormat, sepuh, bukan sebutan untuk
keturunan Rasulullah. Beda dengan sekarang. Sehingga kata saadat sufiyah bukan
berarti Habib, tapi tokoh-tokoh sufi, orang yang diikuti ucapannya
Komentar
Posting Komentar