HADITS KE 24 KEUTAMAAN MODERASI DALAM BERIBADAH
HADITS KE 24
KEUTAMAAN MODERASI DALAM BERIBADAH
حَدَّثَنَا مُوسَى: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ مُغِيرَةَ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ:
أَنْكَحَنِي أَبِي امْرَأَةً ذَاتَ حَسَبٍ، فَكَانَ يَتَعَاهَدُ كَنَّتَهُ فَيَسْأَلُهَا عَنْ بَعْلِهَا، فَتَقُولُ: نِعْمَ الرَّجُلُ مِنْ رَجُلٍ، لَمْ يَطَأْ لَنَا فِرَاشًا، وَلَمْ يُفَتِّشْ لَنَا كَنَفًا مُذْ أَتَيْنَاهُ، فَلَمَّا طَالَ ذَلِكَ عَلَيْهِ، ذَكَرَ لِلنَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ: (الْقَنِي بِهِ). فَلَقِيتُهُ بَعْدُ، فَقَالَ: (كَيْفَ تَصُومُ). قُلْتُ: كُلَّ يَوْمٍ، قَالَ: (وَكَيْفَ تَخْتِمُ). قُلْتُ: كُلَّ لَيْلَةٍ، قَالَ: (صُمْ فِي كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةً، وَاقْرَأِ الْقُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ). قَالَ: قُلْتُ: أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: (صُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ فِي الْجُمُعَةِ). قُلْتُ: أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: (أَفْطِرْ يَوْمَيْنِ وَصُمْ يَوْمًا). قَالَ: قُلْتُ: أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: (صُمْ أَفْضَلَ الصَّوْمِ، صَوْمَ دَاوُدَ، صِيَامَ يَوْمٍ وَإِفْطَارَ يَوْمٍ، وَاقْرَأْ فِي كُلِّ سَبْعِ لَيَالٍ مَرَّةً). فَلَيْتَنِي قَبِلْتُ رُخْصَةَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَذَاكَ أَنِّي كَبِرْتُ وَضَعُفْتُ، فَكَانَ يَقْرَأُ عَلَى بَعْضِ أَهْلِهِ السُّبْعَ مِنَ الْقُرْآنِ بِالنَّهَارِ، وَالَّذِي يَقْرَؤُهُ يَعْرِضُهُ مِنَ النَّهَارِ، لِيَكُونَ أَخَفَّ عَلَيْهِ بِاللَّيْلِ، وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَتَقَوَّى أَفْطَرَ أَيَّامًا، وَأَحْصَى وَصَامَ أَيَّامًا مِثْلَهُنَّ، كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتْرُكَ شَيْئًا فَارَقَ النَّبِيَّ ﷺ عَلَيْهِ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ ٤٧٦٥)
Artinya
Telah menceritakan kepada kami Musa: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah, dari Mughirah, dari Mujahid, dari Abdullah bin 'Amr yang berkata:
Ayahku menikahkanku dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik. Kemudian ayahku selalu mengunjungi menantunya (istriku) dan bertanya tentang suaminya (diriku). Maka istriku menjawab: "Sebaik-baik lelaki dari seorang lelaki, ia belum pernah menyentuh tempat tidur kami dan belum pernah memeriksa perlengkapan kami sejak kami datang kepadanya."
Ketika hal itu berlangsung lama, ayahku menceritakan hal itu kepada Nabi ﷺ. Maka beliau bersabda: "Temuilah aku bersamanya."
Maka aku menemui beliau setelah itu, dan beliau bertanya: "Bagaimana engkau berpuasa?" Aku menjawab: "Setiap hari." Beliau bertanya: "Bagaimana engkau mengkhatamkan (Al-Qur'an)?" Aku menjawab: "Setiap malam."
Beliau bersabda: "Berpuasalah tiga hari setiap bulan, dan bacalah Al-Qur'an sekali setiap bulan." Aku berkata: "Aku mampu lebih dari itu." Beliau bersabda: "Berpuasalah tiga hari setiap minggu." Aku berkata: "Aku mampu lebih dari itu." Beliau bersabda: "Berbukalah dua hari dan berpuasalah satu hari." Aku berkata: "Aku mampu lebih dari itu."
Beliau bersabda: "Berpuasalah dengan puasa yang paling utama, yaitu puasa Daud, yaitu berpuasa sehari dan berbuka sehari, dan bacalah Al-Qur'an sekali setiap tujuh malam."
(Abdullah bin 'Amr berkata): "Andai saja aku menerima keringanan dari Rasulullah ﷺ." Itu karena aku telah tua dan lemah. Maka dia membacakan kepada sebagian keluarganya sepertujuh Al-Qur'an di siang hari, dan Al-Qur'an yang dia baca, dia menyimaknya di siang hari agar menjadi lebih ringan baginya di malam hari. Dan jika dia ingin menguatkan dirinya, dia berbuka beberapa hari, dan menghitungnya, lalu berpuasa sejumlah hari yang sama, karena tidak suka meninggalkan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Nabi ﷺ padanya. (HR. Bukhari 4765)
Sanad: Musa → Abu 'Awanah → Mughirah → Mujahid → Abdullah bin 'Amr → Kanjeng Nabi Muhammad ﷺ. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari dengan nomor hadits 4765.
Penjelasan
Dalam Islam, keseimbangan antara ibadah dan kehidupan dunia merupakan prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Hadits Abdullah bin Amr memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya menjalankan ibadah dengan penuh semangat, namun tetap mempertimbangkan kemampuan diri agar tidak berlebihan. Hadits ini mengajarkan prinsip moderasi dalam ibadah, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi ﷺ yang selalu memperhatikan kesejahteraan umatnya.
Kanjeng Nabi ﷺ pada saat diberikan pilihan, maka beliau pasti memilih yang paling ringan, ini karena demi kesejahteraan umat beliau.
ما خُيِّرَ رَسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عليه وسلَّمَ بيْنَ أمْرَيْنِ إلّا أخَذَ أيْسَرَهُما، ما لَمْ يَكُنْ إثْمًا، فإنْ كانَ إثْمًا كانَ أبْعَدَ النّاسِ منه، وما انْتَقَمَ رَسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عليه وسلَّمَ لِنَفْسِهِ إلّا أنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بها
“Rasulullah ﷺ tidak pernah diberi pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih yang paling ringan di antaranya, selama tidak mengandung dosa. Jika itu mengandung dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh dari dosa tersebut. Dan Rasulullah ﷺ tidak pernah membalas untuk kepentingan pribadi, kecuali jika kehormatan Allah dilanggar, maka beliau membalas demi (menegakkan) kehormatan Allah.” (HR. Bukhari no. 3560, Muslim no. 2327)
Makna dan Hikmah Hadits
Hadits ini mengandung beberapa pelajaran penting bagi umat Islam:
1. Moderasi dalam Ibadah
Rasulullah ﷺ adalah hamba Allah yang paling taat, namun beliau tetap mengajarkan keseimbangan dalam ibadah. Seorang Muslim dianjurkan untuk menjalankan ibadah sesuai kemampuannya agar tidak mengalami kelelahan yang menyebabkan ibadah menjadi beban.
Allah berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." (QS. Al-Baqarah: 286)
Hal ini juga mengajarkan kepada setiap yang jadi panutan agar selalu hati-hati dalam bertindak, karena setiap perbuatannya akan menjadi kiblat rakyatnya. Jangan menyulut fitnah apalagi menyebabkan dosa terang-terangan.
2. Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Islam tidak mengajarkan untuk hanya fokus pada akhirat dan mengabaikan kehidupan duniawi. Abdullah bin Amr begitu fokus dalam ibadahnya hingga melupakan hak-hak istrinya. Rasulullah ﷺ mengingatkannya bahwa ada hak bagi tubuh, keluarga, dan kehidupan sosial yang harus dipenuhi.
Allah berfirman:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia..." (QS. Al-Qashash: 77)
Rasulullah ﷺ memberikan nasehat
إِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِضَيْفِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا؛ فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ.
"Sesungguhnya dirimu memiliki hak atasmu, dan Rabbmu memiliki hak atasmu, dan tamumu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu; maka berikanlah kepada setiap yang memiliki hak, haknya." (HR. Bukhari no. 1986)
3. Puasa yang Paling Utama
Puasa terbaik adalah puasa Nabi Daud, yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka. Pola ini menjaga keseimbangan antara ibadah dan menjaga kesehatan tubuh.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الصِّيامِ إلى اللَّهِ صِيامُ داوُدَ، كانَ يَصُومُ يَوْمًا ويُفْطِرُ يَوْمًا
"Puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud; beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari." (HR. Bukhari No. 3420, Muslim No. 1159)
Puasa yang dilakukan secara terus menerus tidaklah efektif. Imam ghazali menggambarkan bahwa puasa itu layaknya obat, ia akan efektif jika diminum ketika sakit. Kondisi normal minum obat justru tidak baik. Itulah mengapa dalam Islam makruh puasa dahr (sepanjang tahun)
4. Pentingnya Mendengar Nasihat
Abdullah bin Amr menyesal di kemudian hari karena tidak menerima keringanan dari Rasulullah ﷺ sejak awal. Ini menjadi pelajaran bahwa mengikuti petunjuk Nabi ﷺ akan membawa kemudahan di kemudian hari.
Allah berfirman:
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۚ
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul(-Nya), agar kamu diberi rahmat." (QS. Ali Imran: 132)
Rasulullah sendiri ketika diberikan dua pilihan, beliau pasti memilih yang paling mudah, sebagaimana hadits di atas. Itu karena diutusnya beliau adalah sebagai rahmat bagi alam semesta.
وَما أرْسَلناكَ إلَّا رَحْمةً لِلعالمين
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. [QS. Al-Anbiya’: 107]
5. Peran Orang Tua dalam Mengawasi Anak
Amr bin Al-‘Ash sebagai ayah tetap memperhatikan kehidupan rumah tangga anaknya dan memastikan kesejahteraan rumah tangganya. Ini menunjukkan pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka bahkan setelah menikah.
Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6)
Catatan: Ayahnya menunjukkan perhatian, bukan untuk mencampuri terlalu jauh. Hal serupa juga pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ketika mengunjungi Nabi Ismail.
Suatu ketika Nabi Ibrahim datang mengunjungi Ismail di Makkah, namun Ismail tidak berada di rumah. Ibrahim pun bertemu dengan istri Ismail. Ia menanyakan tentang kehidupan mereka, dan sang istri mengeluhkan kesulitan dan kesempitan hidup.
Lalu Nabi Ibrahim berpesan padanya:
"إذا جاء زوجكِ، فاقرئي عليه السلام، وقولي له: غَيِّرْ عَتَبَةَ بابِه."
"Jika suamimu datang, sampaikan salam dariku, dan katakan padanya: gantilah ambang pintu rumahmu."
Ketika Ismail pulang, ia langsung memahami maksud ayahnya dan menceraikan istrinya karena dianggap tidak sabar dan tidak bersyukur.
Lalu Nabi Ibrahim datang lagi suatu waktu dan kembali bertanya kepada istri baru Ismail, yang saat itu menunjukkan kesabaran dan rasa syukur. Maka Nabi Ibrahim berkata:
"إذا جاء زوجكِ، فاقرئي عليه السلام، وقولي له: ثبت عتبةَ بابِه."
"Jika suamimu datang, sampaikan salam dariku, dan katakan padanya: pertahankan ambang pintu rumahmu."
Ini menunjukkan cara halus Nabi Ibrahim menasihati dan memberikan perhatian kepada anaknya, tanpa mencampuri langsung urusan rumah tangganya, namun tetap dengan hikmah dan kelembutan. Tafsir Ath-Thabari 692/13
Penutup
Hadits ini mengajarkan bahwa semangat dalam beribadah harus diimbangi dengan kebijaksanaan. Islam tidak menghendaki ibadah yang berlebihan hingga mengabaikan aspek kehidupan lainnya. Rasulullah ﷺ selalu mengajarkan untuk mengambil jalan tengah agar ibadah bisa dijalankan secara konsisten sepanjang hayat.
وأنَّ أحَبَّ الأعْمالِ إلى اللَّهِ أدْوَمُها وإنْ قَلَّ.
Sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus (konsisten) meskipun sedikit." HR. Bukhari (6464) dan Muslim (2818)
Dalam kalam hikmah dikatakan
خيرُ الأمورِ أوسَطُها
“Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan (moderat)."
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari hadits ini da
n menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
والله يتولى الجميع برعايته
Komentar
Posting Komentar