HADITS KE 13 SEBAIK-BAIK KALIAN ADALAH YANG PALING BAIK TERHADAP KELUARGANYA
HADITS KE 13
SEBAIK-BAIK KALIAN ADALAH YANG PALING BAIK TERHADAP KELUARGANYA
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي» هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ (الترمذي ٣٨٩٥)
Artinya:
"Muhammad bin Yahya mengatakan: Muhammad bin Yusuf menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Hisham bin Urwah, dari ayahnya, dari Sayyidah Aisyah, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: 'Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya,dan aku adalah yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku.' (dan ia berkata: Ini adalah hadits hasan shahih (HR. Tirmidzi 3895)."
Makna Hadits
Hadits ini menunjukkan besarnya perhatian Islam terhadap keluarga (anak istri), dimana sebelum Islam datang, istri dan anak kecil tidak diperhitungkan. Dan ironisnya, ini adalah budaya saat itu, berlaku di semua negara, bukan hanya Arab saja. Begitu Rasulullah ﷺ hadir, semuanya menjadi berbeda, diantaranya adalah keluarga diperhatikan.
Sebelum Islam, keluarga di berbagai budaya menghadapi ketidakadilan terhadap perempuan. Misalnya, di Yunani kuno dan India, perempuan dianggap hanya sebagai objek yang dapat diperdagangkan dan dihukum dengan perbudakan. Di beberapa masyarakat Eropa, perempuan tidak memiliki hak kepemilikan pribadi dan hanya dianggap untuk melayani pria. Di kalangan Arab, kondisinya juga tidak lebih baik; bahkan, ada yang mengubur hidup anak perempuan mereka. Selain itu, praktik mewarisi perempuan dengan kebencian juga umum terjadi.
Namun, Islam membawa perubahan signifikan dalam perlakuan terhadap perempuan dalam keluarga. Islam memberikan hak-hak yang adil kepada perempuan, menganggapnya sebagai fondasi keluarga yang manusiawi. Islam melarang praktik mewarisi perempuan dengan kebencian dan memaksa budak perempuan untuk berzina. Lebih lanjut, Islam melarang menikahi istri-istri ayah mereka. Ini mencerminkan upaya Islam untuk memperjuangkan martabat dan hak-hak perempuan dalam keluarga.
Dengan demikian, Islam membawa transformasi dalam pandangan dan perlakuan terhadap perempuan dalam keluarga. Dari ketidakadilan dan penindasan sebelumnya, Islam memberikan hak-hak yang setara dan menghormati martabat perempuan sebagai bagian integral dari keluarga manusia. Ini mencakup larangan terhadap praktik mewarisi perempuan dengan kebencian, memaksa budak perempuan untuk berzina, dan menikahi istri-istri ayah mereka.
Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ memberitahukan bahwa di antara manusia terbaik di bumi ini adalah yang paling baik terhadap keluarganya, menjadi suami idaman dan bapak yang keren. Dan sabda beliau yang mengklaim bahwa beliau ﷺ adalah yang terbaik dari semua laki² yang paling baik terhadap keluarganya, menunjukkan agar umat ini bisa mencontoh beliau dalam memperlakukan keluarga. Karena beliau diutus untuk menjadi contoh. Allah ta'ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…[Al Ahzab ayat 21].
Lalu bagaimanakah cara menjadi kepala keluarga yang terbaik?
Abuya dalam kitabnya “adabul Islam Fi Nidzamil Usrah” menyebutkan beberapa tips agar bisa menjadi panduan bagi para bapak-bapak dalam memimpin keluarganya.
Untuk Laki-Laki
Tahan banting
Dengan cara tahan terhadap sikapnya yang kurang menyenangkan, mengabaikan banyak dari apa yang diucapkannya, menunjukkan belas kasihan, dan memiliki rasa simpati terhadapnya.
Allah SWT memerintahkan untuk berlaku baik terhadap wanita, seperti yang Dia perintahkan untuk bersikap baik terhadap orang tua. Allah berfirman tentang orang tua,
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا
"Dan bergaullah dengan mereka dalam kehidupan dunia ini dengan cara yang baik." [QS. Luqman: 15]
Dan Dia juga berfirman tentang wanita,
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالمَعْرُوْفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. [An-Nisa Ayat 19].
Kesabaran terhadap kemarahan dan kekasaran wanita adalah tanda kebaikan, dan Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling sabar, paling lembut, dan paling mulia terhadap mereka.
ما رَأَيْتُ أَحَدًا كانَ أَرْحَمَ بالعِيالِ مِن رَسولِ اللهِ ﷺ
Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih penyayang terhadap anak-anak daripada Rasulullah ﷺ (HR. Muslim 2316)
Humoris
Bagi para suami, humor merupakan alat yang ampuh untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada istri. Dengan sentuhan humor yang tepat, suami dapat memberikan dukungan emosional, meredakan ketegangan, dan memperkuat hubungan pernikahan.
Humor tak harus mahal atau rumit. Sebuah lelucon sederhana, komentar lucu, atau bahkan ekspresi wajah yang jenaka dapat membawa senyum di wajah istri. Yang terpenting adalah ketulusan dan kepekaan suami dalam memahami situasi dan kebutuhan emosional istrinya.
Rasulullah ﷺ sering bermain-main dengan para istri, menyesuaikan diri dengan tingkat kecerdasan dan sifat mereka dalam bekerja dan berperilaku. Abu Dawud, An-Nasai, dan Ibn Majah meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA dengan sanad yang shahih bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersaing dengan Sayyidah Aisyah dalam perlombaan, dia mengalahkan beliau, dan suatu ketika beliau mengalahkannya. Beliau bersabda
يا عائشةُ ! هذِه بِتلكِ
“Hai Aisyah, ini untuk (kekalahan) kemarin ya” (HR. Abu Daud 2578)
Ibn Majah meriwayatkan dari Anas RA bahwa Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling suka bercanda dengan istri-istrinya.
Namun yang perlu dicatat dalam berhumor adalah: (1) tetap jujur dalam humornya, tidak berbohong (2) Tidak kebablasan sehingga membuat istri kehilangan wibawa suami di hatinya
Untuk Perempuan
Qana’ah (neriman)
Di antara sekian banyak kriteria, ada satu yang teramat penting: istri yang qana'ah. Qana'ah berarti sikap menerima dengan lapang hati segala pemberian Allah SWT, tidak tamak, dan mensyukuri apa yang dimiliki. Mengapa istri qana'ah begitu didambakan?
Pertama, sikap qana'ah membawa ketenangan dan keberkahan dalam rumah tangga. Istri yang bersyukur dan menerima apa adanya akan jauh dari rasa iri dan tidak akan mudah mengeluh. Ia pandai mensyukuri rezeki yang diberikan suami, meski mungkin pas-pasan. Kehidupan sederhana pun terasa bahagia dan penuh kehangatan.
Kedua, istri qana'ah akan menjadi pendorong semangat bagi suami. Ia tidak menuntut hal-hal yang berlebihan, sehingga suami bisa fokus dalam mencari nafkah tanpa terbebani ekspektasi yang tinggi. Dukungan dan rasa syukur yang tulus dari sang istri akan memotivasi suami untuk terus bekerja keras dan berjuang demi masa depan keluarga.
Ketiga, sikap qana'ah istri turut menjaga keharmonisan rumah tangga. Ia tidak akan mudah terpengaruh gaya hidup konsumtif atau perbandingan dengan kehidupan orang lain. Ia pandai mengatur keuangan keluarga dengan bijak dan mengutamakan kebutuhan dibanding keinginan. Hal ini meminimalisir pertengkaran yang seringkali dipicu oleh masalah keuangan.
Lebih dari itu, istri qana'ah juga akan menjadi sosok yang mendidik anak-anaknya untuk hidup sederhana dan mensyukuri nikmat Allah. Ia akan mengajarkan arti pentingnya kerja keras, kejujuran, dan kepuasan hati.
Memiliki istri yang qana'ah bukanlah tentang kemapanan finansial semata. Namun, lebih kepada penerimaan terhadap keadaan, rasa syukur yang mendalam, serta pengelolaan rezeki yang bijaksana. Sikap inilah yang akan membawa ketenangan, kebahagiaan, dan keberkahan bagi seluruh anggota keluarga.
Benci rizki haram
Salah satu ciri utama istri idaman adalah rasa bencinya terhadap rizki haram. Rizki haram, bagaikan racun yang menelan kebahagiaan dan keberkahan rumah tangga. Istri yang beriman dan berakhlak mulia akan selalu mengingatkan suaminya untuk mencari nafkah dengan cara yang halal dan terhormat. Ia tak segan menegur jika suami tergoda untuk mengambil jalan pintas yang haram, demi menjaga keutuhan dan kemurnian rezeki keluarga.
Sikap istri yang membenci rizki haram bukan hanya menunjukkan keteguhan imannya, tetapi juga bentuk kasih sayangnya kepada suami dan anak-anak. Ia memahami bahwa rizki haram akan mendatangkan murka Allah SWT, merusak moralitas keluarga, dan menjerumuskan anak-anak ke dalam jurang kehinaan. Rasulullah ﷺ bersabda:
كلُّ لَحمٍ نبَت مِن سُحتٍ فالنّارُ أَوْلى به
Setiap daging yang tumbuh dari yang haram, maka neraka lebih layak untuknya. (HR. Thabarani (4/377)
Istri yang ideal juga bertindak sebagai sosok ibu panutan, akan selalu berusaha membersihkan keluarganya dari terkena barang haram, karena itu yang akan menjadi petaka suami dan anak-anaknya kelak. Keberanian istri dalam menegur suami yang tergoda rizki haram bukan bentuk ketidakpercayaan, melainkan bentuk kepeduliannya. Ia ingin menyelamatkan suaminya dari api neraka dan memastikan masa depan keluarga yang cerah dan penuh keberkahan.
Bagi seorang suami, memiliki istri yang membenci rizki haram adalah anugerah yang tak ternilai. Ia bagaikan benteng pertahanan keluarga, menjaga keutuhan dan kemurnian rezeki, serta mengantarkan keluarga menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sikapnya baik
Diantara istri idaman adalah bahwa dia bersikap baik kepada suaminya, memberikan haknya di atas haknya sendiri, dan hak-hak kerabatnya. Salah satu bentuk kebaikan yang paling indah adalah perlakuannya terhadap ibunya (mertua), memberikan kepemimpinan rumah tangga kepadanya, sebagai pengakuan atas kebaikan dan rasa terima kasihnya. Seringkali, ibu ini menjadi alasan anaknya menikah dengannya, dan dia yang memilihnya sebagai istri bagi anaknya.
Selain tiga hal di atas masih banyak lagi yang lainnya, diantaranya adalah: pandai merawat anak (mengajari tata krama, bahasa yang halus, mendoakan yang baik dan tidak pernah mendoakan keburukan); tidak menyebutkan kekurangan suami di komunitasnya; selalu patuh ketika diperintah yang bukan maksiat; tidak suka membantah; tidak keluar rumah kecuali atas izinnya, bahkan tidak berpuasa sunnah kecuali meminta izinnya dahulu. Untuk keterangannya secara lebih lanjut bisa ditelaah dalam kitabnya Abuya Nidhomul Usroh.
Empat Pilar Penghancur Rumah Tangga: Pesan Penting dari Abuya
Dalam kitabnya yang penuh hikmah, Abuya mengingatkan para pembaca tentang empat hal yang dapat menghancurkan sebuah keluarga:
1. Talak: Perceraian merupakan luka mendalam bagi keluarga, memisahkan suami dan istri, serta meninggalkan trauma bagi anak-anak. Sebisa mungkin, talak harus menjadi upaya terakhir setelah semua upaya rekonsiliasi gagal.
أبغَضُ الحلالِ إلى اللَّهِ الطَّلاقُ
Yang paling dibenci oleh Allah dari yang halal adalah perceraian. (HR. Abu Daud 2178)
2. Durhaka kepada Orang Tua: Ketidakpatuhan dan sikap kasar terhadap orang tua merupakan dosa besar yang dapat mendatangkan murka Allah SWT. Hal ini dapat merusak keharmonisan keluarga dan membawa malapetaka bagi kehidupan anak.
3. Memutus Tali Rahim: Memutuskan hubungan silaturahmi dengan keluarga, baik karena pertengkaran, dendam, atau kesombongan, dapat mengantarkan keluarga pada kehancuran. Silaturahmi adalah perekat kasih sayang dan sumber keberkahan bagi keluarga.
4. Zina: Perzinahan merupakan dosa besar yang merusak moralitas keluarga dan mencoreng nama baik. Zina dapat menghancurkan kepercayaan dan cinta dalam pernikahan, serta membawa trauma bagi anak-anak.
Pesan Abuya menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga keharmonisan keluarga, saling menghormati, dan menghindari segala perbuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan rumah tangga.
والله يتولى الجميع برعايته
Komentar
Posting Komentar