DIANTARA CABANG KEIMANAN
عن أبي مالك الحارث بن عاصم
الأشعري – رضي الله عنه – قال: قال رسول الله ﷺ ((الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان،
وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السموات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان،
والصبر ضياء، والقرآن حجة لك أو عليك، كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها أو
موبقها)) رواه مسلم[1]
الطهور شطر الإيمان
(Kebersihan adalah
sebagian dari Iman)
1.
Syathr artinya separuh. Dan Iman yang dimaksud
adalah iman yang sempurna. Iman sempurna memiliki banyak hal dan hukum, namun
mengerucut pada dua hal, yaitu (1) perkara yang seseorang harus bersih darinya,
yaitu semua larangan agama, dan (2) semua perkara yang dianjurkan untuk
dikerjakan, yaitu segala perintah agama. Dengan demikian, poin keseluruhan agama Islam hanya dua, dan kebersihan
mencakup poin pertama,
sehingga bisa disebut separuh Iman.
2.
Bisa juga yang dimaksud dengan Thuhur adalah
Wudlu, dan Syathr maknanya bagian. Wudlu, dengan segala keistimewaannya disebut
bagian dari iman. Hal ini menjadi kuat dengan sebuah hadits tentang keutamaan
wudlu yang diriwayaktkan Ibnu Majah,[2]
“menyempurnakan wudlu adalah bagian dari Iman” dan Riwayat Tirmidzi, “wudlu
adalah bagian dari Iman”[3]
3.
Bisa juga yang dimaksud Thuhur adalah suci dari Hadats dan Najis, dan maksud Iman adalah
shalat, sebagaimana yang telah Allah firmankan, QS. AL Baqarah : 143, maksudnya
adalah shalat kalian wahai para Sahabat saat mengahadap Baitul Maqdis. Dengan
demikian, Thuhur adalah syarat diterimanya Iman (Shalat)
4.
Thaharah (Kesucian) terbagi menjadi dua, wajib dan
sunnah. Sunnah seperti mandi-mandi non Wajib dan memperbaharui wudlu. Sementara
yang wajib terbagi lagi menjadi Thaharah Qalbiyah (kesucian hati), seperti
bersih dari sifat Hasad, kibir, Ujub dan riya, dan Thaharah Badaniyah (Kesucian
badan) seperti bersih dari najis, mengerjakan wudlu atau tayammum
5.
Ada banyak sekali hadits yang menjelaskan
keutamaan wudlu, diantaranya :
“Seorang hamba tidak menyempurnakan wudlu
kecuali Allah pasti mengampuni dosanya yang telah lalu”[4]. “Sungguh, seorang hamba jika wudlu
dan berkumur, Allah pasti hilangkan semua dosa yag telah dikerjakan oleh
lisannya. Jika beriistinsyaq (memasukkan air melalui
hidung), Allah hilangkan seluruh dosa yang dikerjakan hidungnya, jika
membasuh wajahnya, Allah hilangkan dosa wajahnya, jika membasuh kedua
tangannya, Allah akan hapus seluruh dosa tangannya, jika mengusap rambutnya,
Allah hilangkan dosa kepalanya, dan jika membasuh kakinya, Allah hilangkan
semua dosa yang dikerjakan oleh kakinya”[5],
“barangsiapa yang membasuh bagian-baigan ini, lalu memperbaiki kualitas
wudlunya, ia berhak mendapatkan ridla Allah yang Mahabesar”.
6.
Disunnahkan selalu menjaga wudlunya, jika batal
segera mengambil wudlu lagi, karena ada hadits Nabi ﷺ , “Wahai Anas, jika kamu
mampu untuk selalu dalam kondisi suci, maka lakukanlah, karena Malaikat Maut
jika merenggut nyawa seorang hamba dalam kondisi suci, maka ia catat sebagai
syahid”[6]
7.
Sebagian Ahli ma’rifat berkata, “barangsiapa yang bisa
melanggengkan wudlu, Allah akan muliakan dia dengan tujuh hal: (1) Dicintai malaikat
(2) Pena Allah selalu basah karena menulis pahalanya (3) Semua anggota tubuhnya
membaca tasbih (4) Tidak ketinggalan takbir pertama dalam shalat jamaah (5) Saat
ia tidur, Allah kirimkan malaikat untuk menjaganya dari keburukan Tsaqalain
(jin dan manusia) (6) Dimudahkan saat sakaratul maut (7) Dijamin aman oleh
Allah selama masih punya wudlu.
8.
Alkisah, Sayyidina Umar bin Al Khattab mengirim
seorang utusan ke Negeri Syam, dalam perjalananya ia melewati rumah seorang
Pendeta dan berniat mampir. Ia pun mengetuk pintunya namun selang beberapa saat
baru dibukakan, ia kemudian menanyakan hal itu lalu Pendeta menjawab, “Allah telah
mewahyukan kepada Musa AS, bahwa jika kamu sedang takut atas kedhaliman seorang
penguasa, maka wudlulah! perintahkan juga keluargamu melakukannya, karena jika seseorang
sedang berada dalam kondisi wudlu, ia pasti aman dari yang ia takuti maka aku
tidak membukakan pintu ini kecuali seluruh keluargaku telah wudlu semua.
9.
Disebutkan dalam Kitab At Thabaqat Ibn Subuki,
Allah Taala berfirman, “Wahai Musa berwudlulah, karena jika ada keburukan
menimpamu sedang kamu tidak berada dalam wudlu, maka jangan salahkan apapun
kecuali dirimu sendiri”
والحمد لله تملأ الميزان
(bacaan
Alhamdulillah akan memenuhi timbangan)
1.
Mengucapkan Alhamdulillah seraya mengahdirkan
maknanya dan serius, bisa memenuhi timbangan kebaikan akhirat kelak. Dengan ini
berati bahwa di akhirat ada neraca dan prosesi penimbangan amal
2.
Tentang teknis penimbangan terjadi perbedaan
pendapat di kalangan Ulama’. Sebagian berpendapat, “seluruh kebaikan amal
manusia akan diwujudkan dengan bentuk yang indah bercahaya, diletakkan pada
bagian kanan, sementara amal buruknya diwujudkan dalam bentuk buruk dan gelap,
diletakkan pada bagian kiri”. Ada juga pendapat, “yang ditimbang adalah
lembaran-lembaran yang memuat catatan amalnya”. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Bithaqah, yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Ibn Al Ash Ra dari Rasulullah ﷺ beliau
bersabda, “Sungguh Allah akan menganggap ikhlas salah seorang dari umatku di
hadapan manusia pada hari kiamat kelak, dibentangkan atasnya 99 rekapan, masing-masing
rekapan lebarnya sejauh pandangan mata melihat, lalu Allah katakan padanya,
“dari semua catatan ini adakah yang kamu ingkari?, apakah para sekretarisku
mendhalimimu dalam mencatat? ia menjawab, “Tidak Ya Rab”, Tidak. Allah bertanya
lagi, “apakah kamu ada udzur?” “Tidak ya Rab Tidak”, “apakah kamu memiliki
kebaikan?” “Tidak Ya Rab Tidak”. Allah kembali berkata, “iya, kamu punya satu
kebaikan menurutku, dan kamu tidak akan di dhalimi atas itu”. Lalu dikeluarkan
sebuah kartu, yang ada tulisannya,
أشهد ن لا اله الا الله وأشهد أن محمدا رسول الله hamba itu bertanya,“kartu apa ini ya Rab?” Allah
berkata, “kamu tidak akan terdhalimi”, lalu kartu itu diletakkan di timbangan,
dan semua berkas rekapan amalnya itu
diletakkan di timbangan sebelahnya, ternyata berkas itu meninggi dan satu kartu
menurun karena berat. “Tidak ada apapun yang lebih berat jika dibanding nama Allah”.
Ada juga pendapat, “keistimewaan ini tidak berlaku kepada semuanya, namun
Allah berikan keutamaaNya kepada siapapun yang dikehendakiNya.”
3.
Tentang banyaknya
timbangan, Menurut pendapat yang Ashah, bahwa nanti hanya ada satu
timbangan untuk seluruh umat. Ada yang berkata, setiap umat punya timbangan
sendiri sendiri. Bahkan ada yang berkata, setiap orang ada timbangannya
sendiri. Dan firman Allah QS Al Anbiya: 47 tidak bisa menolak pendapat sahih
tersebut, karena jamak dalam kata “Mawazin” adalah lit Ta’dzim, atau karena
banyaknya yang ditimbang, bukan neracanya. Jadi itu adalah bentuk jamaknya
mauzun (yang ditimbang, bukan neracanya)
4.
Pelaksana prosesi timbangan
ini adalah Malaikat Jibril AS. Disana juga ada satu malaikat Informan, ia akan
mengumumkan hasil timbangannya, jika berat amal baiknya, ia akan umumkan dengan
suara lantang, semua manusia mendengarnya, “fulan diputuskan beruntung yang
tidak ada celaka setelahnya”, begitu juga sebaliknya
5.
Faidah: Nabi Daud AS pernah
meminta Allah untuk bisa melihat neraca itu. Ia melihat satu cangkolan neraca
itu sangat besar sampai bisa memuat langit dan bumi, barat sampai timur.
Melihat itu seketika ia pingsan. Setelah sadar, ia berkata, “Ya Allah, siapa
yang sanggup memenuhi neraca itu dengan kebaikan?” Allah menjawab, “Wahai
Daud, jika aku sudah ridla dengan hambaku maka hanya dengan sebutir kurma saja aku
akan penuhi neracanya dengan kebaikan, Wahai Daud, akan aku memenuhinya dengan
syahadat أشهد ن لا اله الا الله”
وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السموات والأرض
1. Bacaan tasbih dan hamdalah memiliki pahala yang sangat besar,
sehingga sekira ditampakkan, ia akan memenuhi langit dan bumi
2. Diriwayatkan bahwa bacaan tasbih pahalanya separuh timbangan,
sedangkan hamdalah pahalanya penuh. Artinya pahala bacaan hamdalah dua kali
lipat dari tasbih. Diriwayatkan bahwa orang yang membaca subhanallah
mendapat sepuluh kebaikan sementara membaca laa ilaaha illallah mendapat
dua puluh kebaikan dan membaca Alhamdulillah mendapat tiga puluh
kebaikan. Dengan perhitungan ini maka pahala tasbih adalah sepertiga dari
hamdalah.
3. Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra, bahwa rasulullah ﷺ
bersabda: “barangsiapa membaca subhaanallah wabihamdihi sebanyak 100x setiap
hari maka seluruh kesalahannya akan dilebur, sekalipun kesalahanya sebanyak
buih lautan”[7].
Dari Abi Hurairah juga bahwa Nabi ﷺ bersabda: “barangsiapa setiap pagi dan sore membaca
subhanallah wabihamdih sebanyak 100x maka kelak pada hari kiamat tidak ada
seorang yang lebih utama darinya, kecuali orang yang membaca sama atau yang lebih
banyak”[8]
4. Dari Said Abi Waqas Ra, ia berkata, “Kami pernah bersama
Rasulullah ﷺ
lalu beliau bersabda, “apakah kalian merasa lemah untuk menghasilkan 1000
kebaikan di setiap hari?” Seseorang bertanya, “lalu bagaimanakah caranya
agar seseorang bisa menghasilkan 1000 kebaikan?” Rasulullah ﷺ menjawab, “ketika
ia membaca tasbih sebanyak 100 kali maka dicatat untuknya 1000 kebaikan dan
dilebur darinya 1000 kesalahan”[9]
والصلاة نور
1.
Shalat yang dikerjakan lengkap dengan syarat,
rukun, sunnah serta adab dengan sempurna adalah cahaya yang menerangi wajah dan
hati pelakunya, akan menjadi penerang di dalam kuburnya dan pada hari mahsyar.
2. Sebagian salaf berkata, “barangsiapa yang malamnya
mengerjakan shalat, maka siangnya menjadi indah wajahnya”. Dikatakan, bahwa
“orang yang shalat hatinya akan memancarkan cahaya makrifat dan mukasyafat
karena hatinya kosong dari perkara yang menyibukkan dan fokus mengahadap kepada
Sang Pengatur bumi dan Langit”
3. Dalam sebuah hadits disebutkan, “shalat bisa menarik ridla
Allah, cinta malaikat, sunnah para nabi, cahaya makrifat, pokok keimanan,
terkabulnya doa, diterimanya amal, keberkahan dalam rizki, menjadi pedang atas
musuh, kebencian setan, penolong baginya dari malakul Maut, lentera kuburnya
hingga hari kiamat, saat kiamat tiba, shalat menjadi pelindung di atasnya,
mahkota di kepalanya, pakaian di badannya, lentera perjalanannya, tameng dari
neraka, hujjah bagi seorang mukmin di hadapan Rabbil Alamin, pemberat
timbangan, membantu melewati shirat, dan kunci surga”. Itu semua karena
shalat adalah rangkaian dari tasbih, tahmid, taqdis (penyucian), bacaan dan doa.
Amal yang paling utama adalah mengerjakan shalat pada waktunya.
4. Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ menyebutkan perihal
shalat, lalu beliau bersabda, “barangsiapa menjaga shalat, maka shalatnya
akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatannya pada hari kiamat”[10]
5. Diriwayatkan secara marfu, bahwa “ketika seorang hamba
menjaga shalatnya, dengan menyempurnakan
wudlu, rukuk, sujud dan bacaannya, maka shalatnya berkata, “semoga Allah
menjagamu seperti kamu menjagaku” kemudian naik ke atas dengan bercahaya sampai
kepada Allah Azza Wajall, kemudian ia dijadikan oleh Allah sebagai penolongnya”[11]
6. Diriwayatkan bahwa “barangsiapa mengerjakan shalat lima waktu
rutin secara berjamaah, ia akan bisa melewati shirat bersama golongan awal seperti
petir yang menyambar, dan kelak di hari kiamat wajahnya akan bersinar bak
rembulan saat purnama”.
Diriwayatkan, “berilah kabar gembira kepada orang yang berjalan
menuju masjid dalam kegelapan malam dengan cahaya yang sempurna nanti di hari
kiamat”[12]
والصدقة برهان
(Sedekah adalah
bukti)
1. Maksud sedekah disini adalah zakat sebagaimana keterangan dari
riwayat Ibnu Hibban. Qila, makananya umum, yakni setiap harta yang dikeluarkan
dengan alasan qurbah (ritual pendekatan diri kepada Allah) baik itu hukumnya
wajib maupun sunnah. Burhan yakni dalil, hujjah yang menunjukkan kesempurnaan
iman seorang muzakki, dan sebagai wujud keyakinannya terhadap hari perhitungan,
karena ia mengeluarkan hartanya dengan mengaharap pahala, dan pahala tiada ada
kecuali nanti pada hari akhir. Dikatakan, Ahli sedekah kelak diberi tanda sehingga ia diketahui sebagai seorang muzakki
maka tidak akan ditanya lagi oleh malaikat tentang arah pentasarufan hartanya.
2. Banyak sekali hadits yang menunjukan keutamaan sedekah,
diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Addailami dari Abi Hurairah ra
secara marfu, “iringilah galau dan susah dengan sedekah, Niscaya Allah akan
hilangkan yang membahayakanmu dan menolongmu atas musuhmu”[13]
ada juga hadits, “wajib atasmu untuk bersedekah, karena ada enam perkara di
dalamnya, tiga berada di dunia dan tiga kelak di akhirat. Tiga yang berada di
dunia adalah : menambah rizki, memperbanyak harta dan memperpanjang usia.
Sedangkan tiga kelak di akhirat : menutup cela, menjadi payung di atas kepala
dan menutupi dari neraka.” Juga ada hadits, “tidak ada seorang yang
bersedekah baik siang maupun malam kecuali Allah menjaganya dari mati karena
sengatan, reruntuhan dan mati mendadak”. Makhul Attabii ra berkata, :
ketika seorang mukmin bersedekah, Jahannam minta izin untuk bersujud kepada
Allah sebagai bentuk syukur karena ada satu dari umat Muhammad ﷺ
selamat dari dirinya”. Karena itu sudah
selayaknya seseorang gemar bersedekah dan tidak takut fakir, karena Allah pasti
akan menggantinya. Ada hadits, “Tiada hari yang matahari masih terbit
kecuali disana terdapat dua malaikat berkumandang, ya Allah gantilah dengan cepat
orang yang berinfaq, dan buatlah rugi orang yang mengekang”
3. Dikisahkan, ada sebagian ulama mempunyai seorang amat yang telah
membuat adonan roti, amat itu kemudian pergi mencari api untuk membuatnya
menjadi roti. tidak selang lama ada seorang datang bermaksud meminta adonan
itu, maka ulama itu memberikan adonan semuanya. Pada saat si amat datang, ia kehilangan
adonannya dan bertanya, “di mana adonannya?” Ulama itu berkata, “”mereka” telah
membawanya untuk dibuatkan roti, maka aku menambahinya”, lalu ia ceritakan
kejadian sesungguhnya. Amat berkata, : “yah, kita harus ada sesuatu untuk
dimakan”. Pada saat mereka berdua demikian, tiba-tiba datang seorang laki-laki
yang tidak dikenal membawa piring besar penuh dengan roti dan daging. Si amat
segera berkata, “wah betapa cepatnya apa yang dikembalikan kepadamu, mereka
membuatkan rotinya dan menambahi daging”
4. Dikatakan bahwa Iblis dan bala tentaranya tidak pernah bahagia
seperti bahagianya ketika mendapati tiga hal ini: seorang mukmin membunuh
mukmin, seorang mati secara kafir dan seseorang yang dalam hatinya takut fakir
5. Dikisahkan ada seorang Dai berceramah: “jika seorang hendak
bersedekah, maka akan ada tujuh puluh setan datang menghampirinya, setan itu
bergelantungan di kedua tangan, dua kaki, dan hatinya bermaksud mencegahnya
bersedekah”. Sebagian Jamaah intrupsi, “sungguh akan aku perangi mereka
semuanya” lalu ia keluar dari masjid dan pulang menuju rumahnya, ia penuhi
tasnya dengan gandum dan hendak keluar untuk menyedekahkannya. Tiba tiba
istrinya melompat mengahadang dan keduanya berebut tas itu. Ia tersungkur dan
tumpahlah gandum itu dari wadahnya. Setelah kejadian itu, segera ia kembali ke
masjid dengan murung. Sang Dai bertanya, “apa yang barusan kamu lakukan? Aku
berhasil kalahkan tujuh puluh setan itu, namun datang ibu mereka, dan dia
mengalahkanku”.
6. Dianjurkan bagi yang bersedekah untuk memilih orang yang sedang
butuh dan ahli kebaikan, seperti para Ulama dan santri. Memberikannya secara
rahasia lebih utama daripada terang-terangan. Ada sebuah hadits, “Sedekah
sir bisa memadamkan murka Allah”[14].
7. Diantara mereka ada yang terlalu merahasiakannya sampai ada yang
meletakkan sedekahnya di atas tangan orang buta, ada juga yang meletakkan
sedekahnya di jalan atau tempat duduk yang biasa dilewati dan dipakai duduk si
fakir. Ada juga yang meletakkannya di pakaian si fakir saat ia tidur. Ada juga
yang menitipkannya dan yang menyampaikan merahsiakan nama pemberinya. Semua itu
dilakukan demi memadamkan murka Allah seperti hadits di atas, juga untuk
menjaga diri dari riya (ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar
orang lain).
8. Diantara teori ampuh merahasiakan sedekah adalah menjual sesuatu
kepada fakir dengan haraga 5000 misalkan, padahal ia tahu harganya lebih tinggi
jauh di atasnya. Atau ia membeli dari fakir 1000 misalkan, padahal ia tahu
haraganya lebih rendah dari itu.
والصبر ضياء
(sabar itu menerangi)
1. Sabar adalah tetap berada dalam aturan Al Quran dan Sunnah. Ada yang
mengartikan : “mengahadapi ujian dengan adab terbaik”. Dikatakan juga: “tidak
lari dari taqdir”, dikatakan juga: “menahan nafsunya dalam menjalankan ibadah, menghadapi
musibah, larangan, syahwat dan segala kenikmatannya. “Menerangi” artinya orang
sabar senantiasa dalam penerangan Allah al Haq dalam menjalani petunjuk dan
menjauhi keburukan. Dikatakan: “Pahala sabar di dunia akan menjadi lampu
penerang kelak di akhirat.” Dikatakan : sabar atas ketaatan hingga ia berhasil
mengerjakannya, atas maksiat hingga ia berhasil menghindarinya, akan memberi bekas
cahaya pada hatinya, sebagaimana ketika ia bermaksiat akan membrikan bekas
gelap di hatinya.
2. Telah datang sebuah hadits bahwa “orang yang sabar atas
musibah yang menimpanya akan ditulis untuknya 300 derajat, orang yang sabar
dalam menjalankan ketaatan ditulis untuknya 600 derajat, dan orang yang sabar
dalam meninggalkan maksiat ditulis untuknya 900 derajat.”
Dinukil dari
Dlahhak bin Muzahim ra, ia berkata: “barangsiapa melewati pasar lalu ia melihat
apa yang diinginkan namun dia tidak mampu membelinya, lalu dia bersabar dan
mencari pahala dalam sabarnya, maka hal itu lebih baik baginya dari pahala 1000
dinar yang ia infaqkan seluruhnya di jalan Allah.
Dari Sulaiman
Addarani, semoga Allah memberikan manfaat kepada kita dengannya, bahwa ia
berkata, “nafas seorang fakir demi menahan keinginan yang ia tidak mampu
memenuhinya, lebih baik dari ibadah seorang kaya selama 1000 tahun”. Telah
datang sebuah keterangan, bahwa Nabi Musa As berkata, “Wahai Tuhanku, tingkatan
surga yang mana yang paling engkau cintai? Allah berkata, “Hadliratul Quds”. Ia
bertanya lagi, “siapa calon penghuninya? Allah berkata, “Para pemilik musibah”
ia bertanya lagi, “siapakah mereka ya Rab?, Allah berkata, “yaitu orang-orang
yang ketika Aku uji bersabar, ketika Aku beri nikmat mereka bersyukur, ketika
tertimpa musibah mereka berkata, “sesungguhnya kita semua milik Allah dan hanya
kepadaNyalah kita akan kembali”
Dari Ikrimah ra,
ia berkata, “ketika lampu Rasulullah ﷺ padam, segera beliau berkata, “inna lillahi wainna ilaihi
raajiun” [Qs. Al baqarah : 156], ada yang bertanya, “wahai Rasulullah,
sedang ada musibah apa? Rasulullah ﷺ berkata, “apapun yang
menyakiti seorang mukmin adalah musibah”.
Diantara musibah
adalah perangai buruk seorang istri, maka dianjurkan bersabar atasnya. Telah
datang sebuah hadits, “siapapun lelaki yang bersabar atas buruknya perangai
istri, Allah akan memberikan kepadanya pahala seperti yang diberikan kepada
Nabi Ayub as atas musibahnya. Dan sebaliknya, siapapun perempuan yang bersabar
atas buruknya perangai suami, Allah akan memberikan kepadanya pahala yang
diberikan kepada Asiyah binti Muzahim, istri Firaun”
Dikisahkan ada
sebagian orang shalih memiliki saudara laki-laki yang ia selalu mengunjunginya
setiap tahun. Suatu hari ia datang untuk mengunjunginya. Ia ketuk pintu
rumahnya, istrinya bersuara, “Siapa? “Saudara suamimu fillah datang untuk
mengunjunginya” sahutnya. Istrinya berkata lagi, “dia sedang pergi mencari kayu
bakar, semoga Allah tidak pulangkan dia”. Dan istrinya terus menjelek-jelekan
suaminya tanpa henti. Pada saat demikian, ia melihat saudaranya tiba dengan didampingi
harimau yang membantu membawa kayunya. Setelah sampai di rumah, saudaranya segera
menyalami dan menyambut kedatangannya, dan menurunkan kayu itu dari punggung
harimau, lalu berkata, “pergilah! Semoga Allah berkahi hidupmu”. Lalu ia
mengajak saudaranya masuk rumah, sementara istrinya masih saja menyumpahinya,
namun sedikitpun ia tidak menjawab ocehannya. Ia segera menyiapkan makan untuk
saudaranya sampai akhirnya pamit. Saudaranya pulang dengan takjub atas
kesabaran saudaranya itu.
Di tahun kedua, ia
datang kembali. Ia mengetuk intu rumah dan istrinya berkata, “siapa? “saudara
suamimu karena Allah datang untuk menjenguknya” sahutnya. Segera istrinya
menyambut dan seraya selalu memuji sang suami. Lalu menyuruh tamunya itu untuk
menunggu kedatangan sang suami. Datanglah sang suami sambil memikul kayu di
punggungnya. Segera ia mengajak masuk dan menyiapkan hidangan, sementara
istrinya tidak berhenti memujinya. Pada saat hendak pamit, saudaranya bertanya tentang
perempuan pada tahun lalu dan perempuan ini, juga perihal dibantu harimau pada
tahun lalu dan sekarang tidak. Ia berkata, “Wahai saudarakau, istriku si buruk
itu telah meninggal dan aku bersabar atas perangainya, sehingga Allah menundukkan
harimau yang kau lihat tempo lalu membawa kayu itu kepadaku, ya atas kesabaran
ini. Dan saat ini aku harus memikul kayu itu sendiri karena aku santai dengan
istri ini.
والقرآن حجة لك أو عليك،
(dan
Al Quran bisa menjadi hujjah bagimu atau atasmu
1.
Hujjah bagimu artinya Al Quran membelamu dan
menjadi saksi atas kebaikanmu di tempat-tempat saat kamu ditanya, seperti di
kubur, Mauqif dan ia akan menolongmu di sisi Allah karena kamu memuliakanya. Indikatornya
adalah jika kamu mengamalkan isi Al quran, mematuhi perintahnya, menghindari
larangannya, mengambil petuahnya dan menjadikannya sebagai petunjuk hidupmu.
Atau menjadi hujjah atasmu di tempat-tempat itu jika kamu berpaling darinya dan
tidak kamu amalkan, Al Quran justru akan mendebatmu dan menjadi saksi untuk
menjatuhkanmu bahwa kamu melanggar aturanya dan meyia-nyiakan haknya.
2. Amr bin Syuaib telah
meriwayatkan dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, “Al Quran kelak di hari kiamat akan
menjelma sebagai seorang lelaki, Ketika ia didatangkan kepada seseorang yang
membawanya namun melanggar isinya, ia akan menjadi musuhnya. Al Quran berkata: “Ya
Rabb, engkau telah tanggungkan dia kepadaku, dia adalah seburuk-buruk
penanggung, dia melewati batasanku, menyia-nyiakan kewajibanku, menerjang
maksiatku dan tidak mematuhiku”. Al Quran terus menerus menghakiminya
dengan hujjah-hujjah yang memberatkannya, sampai dikatakan padanya,
“memang seperti itulah kamu” lalu Al
Quran menarik tangannya, tidak ia lepaskan kecuali telah menjungkalkannya dalam
neraka. Ia berkata lagi. Kemudian didatangkan pula pemuda shalih yang
telah menghafalnya dan menjaga isinya. Maka Al Quran itu menjelma sebagai sosok
pembelanya. Ia berkata: “Ya Rabb, engkau telah tanggungkan dia kepadaku,
maka ia adalah sabaik-baik pembawa. Ia menjaga batasanku, mengerjakan
kewajibanku, menjauhi maksiatku, dan patuh terhadapku”, ia terus seperti
itu demi membelanya sehingga diputuskan, “engkau memang seperti itu”, lalu Al
Quran mengambil tangannya, ia tidak melepaskannya sampai ia telah memakaikan
perhiasan sutera, mahkota raja, dan memberinya minuman dari anggur. [15]
3. Dari Abdullah bin Masud Ra, : Pada hari kiamat nanti, Al Quran
akan datang untuk menolong pemiliknya dan menuntunnya ke surga, atau sebaliknya
akan menjadi saksi atasnya dan menjebloskannya ke neraka[16].
4. Telah datang dari Nabi ﷺ bahwa beliau
bersabda, “Bacalah Al Quran, kerjakan isinya, dan jangan berpaling darinya
(Maksudnya jangan kamu tidak membacanya) dan jangan keterlaluan atasnya
(maksudnya jangan kamu mengabaikan aturan lafadznya, seperti membacanya tidak
sesuai tajwid, atau dari sisi maknanya, seperti meninggalkan isinya) dan jangan
kamu makan darinya (maksudnya jangan kamu jadikan Al Quran sebagai sebab
ekonomi) dan jangan kamu memperkaya diri dengannya”[17]
Oleh sebab itu,
Sahl Ra berkata: tanda cinta Allah adalah mencintai Al Quran, tanda cinta Al
Quran adalah mencintai Nabi ﷺ,
tanda cinta Nabi ﷺ
adalah mencintai sunnah, tanda cinta sunnah adalah mencintai akhirat, tada
cinta akhirat adalah membenci dunia, tanda benci dunia adalah tidak
mengambilnya kecuali yang dibutuhkan saja, mengambil upah dari Al Quran itu
tercela sekiranya pengambilnya adalah orang kaya, baik lahir maupun hatinya.
Adapun jika sedang butuh, maka tidak apa-apa mengambilnya.
كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها أو موبقها
1.
Semua orang setiap hari pergi untuk memenuhi
kebutuhannya, dari mereka ada yang menjual dirinya untuk ditukar dengan
kebebasan dari neraka dengan taat kepadaNya, atau malah menghancurkan dirinya
dengan mengerjakan maksiat.
2.
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Barang siapa ketika pagi membaca :
اللّهُمَّ إِنِّي أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ
وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ وَمَلآئِكَتِكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ أَنَّكَ أَنْتَ
اللهُ لَاإلهَ اِلَّا أنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ
وَرَسُوْلُكَ
1x, maka
Allah akan bebaskan ¼ dirinya dari neraka, jika dua x maka ½ dirinya, jika 3x
maka ¾ dirinya, jika 4x kali maka bebas seluruh badannya. Begitu juga ketika
sore, cara membacanya dengan mengganti setiap kalimat أَصْبَحْتُ dengan أَمْسَيْتُ . Juga terdapat keterangan bahwa jika ketika pagi
membaca “Subhanallah wabihamdihi” sebanyak 1000x maka sungguh ia telah membeli
dirinya dari Allah, dan di akhir harinya ia akan terbebas dari neraka.
3.
Pakar Tasawwuf telah
menyebutkan, barangsiapa membaca لا اله الا الله sebanyak 70.000x Allah akan bebaskan lehernya,
dan orang yang dibacakan untuknya dari neraka. Oleh karena itu mereka sudah
terbiasa mengamalkannya baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga dan
sahabatnya yang telah meninggal. Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk ikut mengamalkannya
juga sebagai bentuk ittiba’ dengan tabarruk dengan amalan mereka.
4.
Dikisahkan ada seorang
pemuda shalih ahli kasyf ibunya meninggal. Ia menjerit menangis sampai tersungkur.
Setelah sadar ia ditanya tentang itu. Ia mengatakan bahwa ia melihat ibunya ada
di Neraka. Pada saat itu sebagian Sayikh juga hadir di sampingnya dan ia sudah
mengamalkan bacaan itu sebanyak 70.000 yang ia niatkan untuk dirinya sendiri.
Pada saat ia mendengar kisah pemuda itu, ia berkata dalam batinnya, “Ya Allah
engkau tahu bahwa aku telah membaca Tahlil ini sebanyak 70.000 dan aku ingin
menyimpannya untuk diriku, dan sekarang aku bersaksi, bahwa aku telah membeli
ibu pemuda ini dengan tahlil itu dari Neraka”. Sontak pemuda itu langsung
tersenyum dan merasa sangat gembira sebelum menyempurnakan kisahnya. Pemuda itu
berkata, “Segala puji milik Allah yang telah memperlihatkan kepadaku ibuku
telah keluar dari Neraka, dan menyuruhnya masuk surga.
Semoga kita selalu ditolong Allah sehingga bisa mengamalkan
setiap petunjuk dari Nabi Muhammad ﷺ,
dan mengajak orang lain.
والله يتولى الجميع برعايته
[1] AL Jawahir Al Lu’luiyah fii Syarhil Arba’in
Nawawiyah, Muhammad addimyathi, 214-227
[2] HR. Ibnu Majah, no. 280
[3] HR. Tirmidzi no. 3517
[4] HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar, 262
[5] HR. Al Hakim no. 129 -139 Vol. 1
[6] HR. Baihaqi, sebagaiamana dalam Kitab
Kanzul Amal, 26065
[7]
HR. Bukhari 206/11; HR. Muslim 2691
[8]
HR. Muslim 2691 ; Abu Daud 5091; Tirmidzi 3469; Ibnu Hibban 6405; Hakim 518/1
[9]
HR. Muslim 2698, Tirmidzi 3463
[10]
HR. Al Haitsami dalam Kitab Majma’ Zawaid (92/1)
[11]
HR. Said Bin Mansur, sebagaimana yang tertera dalam kitab Kanzul Amal 19053
[12]
HR. Abu Daud 561, Tirmidzi 223
[13]
HR. Addailami 2085 dari Abi Hurairah; Assuyuthi dalam Al Jami As Shaghir 3274
[14]
HR. Al Baihaqi dalam Syuab Al Iman 3442 dari Abi said Al Khudri
[15]
HR. Al Bazzar sebagaimana dalam kitab Al Majma’ Azzawaid Hal. 160-161/7
[16]
HR. Addarimi, 3325
[17]
HR. Ahmad 438/3
Komentar
Posting Komentar